SSC Nilai Suhandoyo-Astiti Suwarni Kuasai Materi Debat Kandidat Perdana Pilkada Lamongan
loading...
A
A
A
LAMONGAN - Peneliti Senior Surabaya Survey Center (SSC) menilai, pasangan calon nomor urut 1 Suhandoyo-Astiti Suwarni menguasai seluruh materi dalam debat kandidat Pilkada Lamongan 2020 .
Pada debat publik perdana, Suhandoyo-Astiti Suwarni terlihat lebih leluasa menyampaikan semua gagasan dan visi misi.
"Bisa jadi karena pasangan ini bukan merepresentasikan sebagai incumbent sehingga terlihat tidak ada beban. Pak Handoyo dan Bu Astried seolah bisa berkomunikasi langsung dengan pemilih masyarakat Lamongan lebih natural," katanya.
Lebih lanjut Dekan Fisip UTM (Universitas Trunojo Madura) itu mengatakan, bahwa keduanya terlihat bisa berbagi waktu dan bisa bertanya lebih mendalam.
"Setelah saya mengamati, Pak Handoyo-Asiti saling mengisi dalam bertanya dan menjawab. Pembawaan keduanya terlihat tenang," lanjutnya.
Namun secara umum, debat berjalan landai-landai dan datar saja belum terlihat progresivitas, khususnya dalam menawarkan gagasan gagasan progresif untuk perubahan dan perbaikan.
Hal positif yang bisa dilihat dalam debat ini semua paslon punya respek dan fatsun dalam berdebat sehingga debat berjalan cukup kondusif dan konstruktif. (Baca juga: 12 Desainer Asli Jawa Timur Pamer Kreativitas Batik di East Java Fashion Harmony 2020)
"Sebagai sebuah panggung debat pilkada menurut saya sudah cukup konstruktif kendati tidak terlihat mendalam masih permukaan saja belum substantif progresif," tegas dosen komunikasi politik itu.
Sementara, Surokim melihat paslon nomor urut 2 karena berpengalaman di birokrasi sehingga bisa menguasai permasalahan dan juga memberi solusi. Ketenangannya juga bagus, gaya komunikasi lebih formal. (Baca juga: Pesantren di Jombang Diminta Jadi Pelopor Penerapan Protokol Kesehatan)
"Sedangkan pasangan calon nomor urut 3 setelah saya amati, mereka berusaha berada di tengah dengan gaya komunikasi kombinatif. Terlihat taktis, tetapi belum bisa komunikatif," pungkasnya.
Pada debat publik perdana, Suhandoyo-Astiti Suwarni terlihat lebih leluasa menyampaikan semua gagasan dan visi misi.
"Bisa jadi karena pasangan ini bukan merepresentasikan sebagai incumbent sehingga terlihat tidak ada beban. Pak Handoyo dan Bu Astried seolah bisa berkomunikasi langsung dengan pemilih masyarakat Lamongan lebih natural," katanya.
Lebih lanjut Dekan Fisip UTM (Universitas Trunojo Madura) itu mengatakan, bahwa keduanya terlihat bisa berbagi waktu dan bisa bertanya lebih mendalam.
"Setelah saya mengamati, Pak Handoyo-Asiti saling mengisi dalam bertanya dan menjawab. Pembawaan keduanya terlihat tenang," lanjutnya.
Namun secara umum, debat berjalan landai-landai dan datar saja belum terlihat progresivitas, khususnya dalam menawarkan gagasan gagasan progresif untuk perubahan dan perbaikan.
Hal positif yang bisa dilihat dalam debat ini semua paslon punya respek dan fatsun dalam berdebat sehingga debat berjalan cukup kondusif dan konstruktif. (Baca juga: 12 Desainer Asli Jawa Timur Pamer Kreativitas Batik di East Java Fashion Harmony 2020)
"Sebagai sebuah panggung debat pilkada menurut saya sudah cukup konstruktif kendati tidak terlihat mendalam masih permukaan saja belum substantif progresif," tegas dosen komunikasi politik itu.
Sementara, Surokim melihat paslon nomor urut 2 karena berpengalaman di birokrasi sehingga bisa menguasai permasalahan dan juga memberi solusi. Ketenangannya juga bagus, gaya komunikasi lebih formal. (Baca juga: Pesantren di Jombang Diminta Jadi Pelopor Penerapan Protokol Kesehatan)
"Sedangkan pasangan calon nomor urut 3 setelah saya amati, mereka berusaha berada di tengah dengan gaya komunikasi kombinatif. Terlihat taktis, tetapi belum bisa komunikatif," pungkasnya.
(boy)