Pulau Binongko Wakatobi, Kampung Pandai Besi Pembuat 'Parang Setangguh Karang'
loading...
A
A
A
WAKATOBI - Jika berkunjung ke Kabupaten Wakatobi , Sulawesi Tenggara (Sultra) anda tidak hanya disuguhkan keindahan alam bawah laut saja. Namun anda juga akan menemukan kampung pandai besi di ujung Wakatobi dan bisa menyaksikan kelihaian warga dalam membuat parang tradisional.
Di Kelurahan Sawo, Pulau Binongko, Kecamatan Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) ini akan dijumpai kampung pandai besi untuk membuat parang tradisional.
Saat MNC Media memasuki kampung dari kejauhan sudah terdengar suara godam bertalu-talu yang menghantam besi. Seolah meramaikan kampung di pesisir barat Pulau Binongko pulau terujung di gugus pulau yang dulu dikenal dengan nama kepulauan tukang besi.
Dimana hampir semua warga disini berprofesi sebagai pengrajin atau pembuat parang tradisional. Dimana warga lokal menyebutnya Parang Binongko. (Baca: Bawa Mayat Pakai Betor ke Puskemas, 2 Remaja di Binjai Dicokok Polisi)
Lurah Sowa Saluhudin mengatakan, sehari-hari warga di kampung pandai besi ini bekerja sebagai pembuat parang secara tradisional. “Aktivitas ini sudah dilakoni warga disini secara turun temurun. Pada abad ke 17 penjelajah belanda konon menamai pulau itu ”toekang besi eilanden” yang artinya pulau tukang besi setelah berkunjung ke Binongko,” ungkap dia.
Sejak berabad-abad lalu, kata dia, masyarakat setempat telah menguasai keterampilan mengolah besi menjadi parang. “Hasil produksinya dijual per partai ke seluruh penjuru Sulawesi Tenggara hingga Maluku, Papua dan Flores,” timpalnya. (Bisa diklik : Geledah Rumah Adam Djuje, Tim Penyidik Temukan Mesin Ketik Jadul)
Kepulauan ‘tukang besi’ atau Kepulauan Wakatobi adalah gugusan kepulauan yang terdiri dari empat pulau utama dan sejumlah pulau kecil lainnya dengan luas kurang lebih 821 km persegi.
“Pandai besi di Kelurahan Sowa mempelajari keahlian itu secara turun-temurun. Bahan baku besi didatangkan dari Pulau Jawa. Saat ini bahan yang dipakai adalah pelat besi dan per mobil dari Surabaya, Jawa Timur,” kata Saluhudin.
Pembuatan parang, lanjut dia, dimulai dengan memotong pelat besi atau per mobil sesuai ukuran bilah yang akan dibuat. Setelah itu besi dipanaskan di tungku berbahan bakar arang kemudian ditempa hingga pipih dan berbentuk parang. Proses selanjutnya adalah merapikan permukaan bilah dengan gerinda sebelum memasuki proses akhir berupa penyepuhan .
“Dalam sehari pekerja bisa menghasilkan lebih kurang 50 buah parang setengah jadi. Pengerjaan Parang Binongko terdiri dari tiga tahapan pertama memotong batang besi, kedua melakukan pencetakan parang dan tahap ketiga itu gurinda atau mengasah parang,” ujar Saluhudin.
Menurut dia, Parang Binongko menjadi kondang karena tajam dan awet ujung parang berbentuk segitiga siku-siku persis seperti parang yang dipegang pahlawan nasional kapitan Pattimura dalam gambar uang kertas pecahan Rp1.000 edisi tahun 2000.
“Pandai besi disini tidak hanya memproduksi parang tetapi alat lain macam jangkar dan paku kapal, serta pisau, tergantung pemesanan pelanggan,” tandasnya.
Di Kelurahan Sawo, Pulau Binongko, Kecamatan Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) ini akan dijumpai kampung pandai besi untuk membuat parang tradisional.
Saat MNC Media memasuki kampung dari kejauhan sudah terdengar suara godam bertalu-talu yang menghantam besi. Seolah meramaikan kampung di pesisir barat Pulau Binongko pulau terujung di gugus pulau yang dulu dikenal dengan nama kepulauan tukang besi.
Dimana hampir semua warga disini berprofesi sebagai pengrajin atau pembuat parang tradisional. Dimana warga lokal menyebutnya Parang Binongko. (Baca: Bawa Mayat Pakai Betor ke Puskemas, 2 Remaja di Binjai Dicokok Polisi)
Lurah Sowa Saluhudin mengatakan, sehari-hari warga di kampung pandai besi ini bekerja sebagai pembuat parang secara tradisional. “Aktivitas ini sudah dilakoni warga disini secara turun temurun. Pada abad ke 17 penjelajah belanda konon menamai pulau itu ”toekang besi eilanden” yang artinya pulau tukang besi setelah berkunjung ke Binongko,” ungkap dia.
Sejak berabad-abad lalu, kata dia, masyarakat setempat telah menguasai keterampilan mengolah besi menjadi parang. “Hasil produksinya dijual per partai ke seluruh penjuru Sulawesi Tenggara hingga Maluku, Papua dan Flores,” timpalnya. (Bisa diklik : Geledah Rumah Adam Djuje, Tim Penyidik Temukan Mesin Ketik Jadul)
Kepulauan ‘tukang besi’ atau Kepulauan Wakatobi adalah gugusan kepulauan yang terdiri dari empat pulau utama dan sejumlah pulau kecil lainnya dengan luas kurang lebih 821 km persegi.
“Pandai besi di Kelurahan Sowa mempelajari keahlian itu secara turun-temurun. Bahan baku besi didatangkan dari Pulau Jawa. Saat ini bahan yang dipakai adalah pelat besi dan per mobil dari Surabaya, Jawa Timur,” kata Saluhudin.
Pembuatan parang, lanjut dia, dimulai dengan memotong pelat besi atau per mobil sesuai ukuran bilah yang akan dibuat. Setelah itu besi dipanaskan di tungku berbahan bakar arang kemudian ditempa hingga pipih dan berbentuk parang. Proses selanjutnya adalah merapikan permukaan bilah dengan gerinda sebelum memasuki proses akhir berupa penyepuhan .
“Dalam sehari pekerja bisa menghasilkan lebih kurang 50 buah parang setengah jadi. Pengerjaan Parang Binongko terdiri dari tiga tahapan pertama memotong batang besi, kedua melakukan pencetakan parang dan tahap ketiga itu gurinda atau mengasah parang,” ujar Saluhudin.
Menurut dia, Parang Binongko menjadi kondang karena tajam dan awet ujung parang berbentuk segitiga siku-siku persis seperti parang yang dipegang pahlawan nasional kapitan Pattimura dalam gambar uang kertas pecahan Rp1.000 edisi tahun 2000.
“Pandai besi disini tidak hanya memproduksi parang tetapi alat lain macam jangkar dan paku kapal, serta pisau, tergantung pemesanan pelanggan,” tandasnya.
(sms)