Penggunaan Sirekap di Sulsel Tetap Dioptimalkan pada Pilkada 2020
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Meski aplikasi sistem informasi rekapitulasi secara elektronik (Sirekap) di Pilkada serentak 2020, tak jadi digunakan karena DPR bersama KPU, Bawaslu dan Kemendagri sepakat perhitungan suara tetap dilakukan secara manual.
Sirekap hanya akan menjadi alat bantu penghitungan, rekapitulasi, dan publikasi hasil suara dalam Pilkada serentak 2020 mendatang. Walau begitu, KPU kabupaten/kota di Sulsel berencana tetap memaksimalkan aplikasi Sirekap pada pesta demokrasi tahun ini.
"Kita tetap optimalkan, teman-teman (KPU kabupaten/kota) sudah beberapa kali simulasi. Tanggal 21 (November) nanti kita akan simulasi lagi," ucap Komisioner KPU Sulsel, Asram Jaya, Jumat (13/11/2020) kemarin.
Asram mengatakan, agenda simulasi Sirekap pada 21 November 2020 mendatang, tetap digelar. Bahkan agenda tersebut merupakan yang keempat kalinya dilaksanakan.
"Kita ini sudah praktik. Perhitungannya sudah sampai di kecamatan. Kemarin itu sudah praktik, bahkan persiapan kita sudah sampai 90 persen," kata Asram.
Karena persiapannya yang hampir rampung, Koordinator Divisi Teknis ini tak bisa menyembunyikan kekecewaannya, bila Sirekap pada akhirnya tak jadi terapkan sebagai rekap utama hasil suara. Asram bahkan yakin perhitungan Sirekap bisa lebih cepat dibanding manual.
"Bahwa bila ada beberapa yang dimungkinkan ada kesalahan, itu justru bahwa aplikasi ini bisa dikontrol dan bisa dilakukan perbaikan. Tapi kan sudah diputuskan, hanya sebagai alat bantu saja," ujarnya.
Meski demikian, Asram mengaku pihaknya masih akan tetap menunggu PKPU mengenai petunjuk perhitungan suara. Bagaimana posisi Sirekap dalam Pilkada setentak 2020, apakah sebagai alat bantu atau pendamping perhitungan manual.
"Jadi kita tunggu apa betul seperti hasil RDP (rapat dengar pendapat) sebagai alat bantu. Atau ada semacam perkawinan, tidak full sebagai alat bantu, tetapi sebagai alat kontrol," beber Asram.
Komisioner KPU Luwu Utara (Lutra), Hayu Vandy juga mengaku kecewa dengan tak diterapkannya Sirekap di Pilkada serentak 2020. Padahal kata dia, Sirekap ini ialah teroboson dalam menghadapi Pilkada di era digital.
"Sebenarnya kan tujuannya peralihan dari manual ke digitalisasi, mungkin keraguannya pihak luar karena SDM dan terkendala jaringan. Tapi sebenarnya, kalau mau jujur kapan lagi kalau bukan sekarang? Kenapa negara lain bisa e-voting, tapi kita tidak," sebutnya.
Hayu menganggap, penerapan Sirekap sedianya sudah bisa menjadi perhitungan utama hasil suara di Pilkada serentak 2020 ini. Lanjut Hayu, pihaknya sudah melakukan persiapan dengan menggelar beberapa simulasi dan praktik.
Olehnya itu, Hayu menuturkan pihaknya akan tetap mengupayakan pengoptimalan Sirekap. Meski pun di Lutra sendiri ada beberapa kecamatan yang tak didukung jaringan internet secara maksimal, seperti Seko, Rongkong dan Rampi.
"Tetap dipakai nanti, tapi mungkin Sirekap akan sebagai alat bantu. Bimtek terkahir dengan aplikasi, memungkinkan kita memakai jaringan nirkabel atau bluetooth untuk TPS yang tidak ada jaringan. Kita sudah persiapkan semua, sudah bagus, secara aplikasi dan aturan semuanya sudah oke," jelasnya.
Sirekap hanya akan menjadi alat bantu penghitungan, rekapitulasi, dan publikasi hasil suara dalam Pilkada serentak 2020 mendatang. Walau begitu, KPU kabupaten/kota di Sulsel berencana tetap memaksimalkan aplikasi Sirekap pada pesta demokrasi tahun ini.
"Kita tetap optimalkan, teman-teman (KPU kabupaten/kota) sudah beberapa kali simulasi. Tanggal 21 (November) nanti kita akan simulasi lagi," ucap Komisioner KPU Sulsel, Asram Jaya, Jumat (13/11/2020) kemarin.
Asram mengatakan, agenda simulasi Sirekap pada 21 November 2020 mendatang, tetap digelar. Bahkan agenda tersebut merupakan yang keempat kalinya dilaksanakan.
"Kita ini sudah praktik. Perhitungannya sudah sampai di kecamatan. Kemarin itu sudah praktik, bahkan persiapan kita sudah sampai 90 persen," kata Asram.
Karena persiapannya yang hampir rampung, Koordinator Divisi Teknis ini tak bisa menyembunyikan kekecewaannya, bila Sirekap pada akhirnya tak jadi terapkan sebagai rekap utama hasil suara. Asram bahkan yakin perhitungan Sirekap bisa lebih cepat dibanding manual.
"Bahwa bila ada beberapa yang dimungkinkan ada kesalahan, itu justru bahwa aplikasi ini bisa dikontrol dan bisa dilakukan perbaikan. Tapi kan sudah diputuskan, hanya sebagai alat bantu saja," ujarnya.
Meski demikian, Asram mengaku pihaknya masih akan tetap menunggu PKPU mengenai petunjuk perhitungan suara. Bagaimana posisi Sirekap dalam Pilkada setentak 2020, apakah sebagai alat bantu atau pendamping perhitungan manual.
"Jadi kita tunggu apa betul seperti hasil RDP (rapat dengar pendapat) sebagai alat bantu. Atau ada semacam perkawinan, tidak full sebagai alat bantu, tetapi sebagai alat kontrol," beber Asram.
Komisioner KPU Luwu Utara (Lutra), Hayu Vandy juga mengaku kecewa dengan tak diterapkannya Sirekap di Pilkada serentak 2020. Padahal kata dia, Sirekap ini ialah teroboson dalam menghadapi Pilkada di era digital.
"Sebenarnya kan tujuannya peralihan dari manual ke digitalisasi, mungkin keraguannya pihak luar karena SDM dan terkendala jaringan. Tapi sebenarnya, kalau mau jujur kapan lagi kalau bukan sekarang? Kenapa negara lain bisa e-voting, tapi kita tidak," sebutnya.
Hayu menganggap, penerapan Sirekap sedianya sudah bisa menjadi perhitungan utama hasil suara di Pilkada serentak 2020 ini. Lanjut Hayu, pihaknya sudah melakukan persiapan dengan menggelar beberapa simulasi dan praktik.
Olehnya itu, Hayu menuturkan pihaknya akan tetap mengupayakan pengoptimalan Sirekap. Meski pun di Lutra sendiri ada beberapa kecamatan yang tak didukung jaringan internet secara maksimal, seperti Seko, Rongkong dan Rampi.
"Tetap dipakai nanti, tapi mungkin Sirekap akan sebagai alat bantu. Bimtek terkahir dengan aplikasi, memungkinkan kita memakai jaringan nirkabel atau bluetooth untuk TPS yang tidak ada jaringan. Kita sudah persiapkan semua, sudah bagus, secara aplikasi dan aturan semuanya sudah oke," jelasnya.
(agn)