Kisah Pasar Pabean dan Jalur Sutra Kolonial Belanda yang Membelah Surabaya

Kamis, 12 November 2020 - 09:53 WIB
loading...
A A A
Nama Pabean sendiri disematkan karena memang di tempat ini biaya pajak impor atau kepabeanan dipungut. Lokasinya yang menjadi pintu masuk dan keluar kapal menjadi sangat strategis. Di sepanjang jalan jalur dari laut menuju pelabuhan, banyak gudang dan pabrik yang memiliki dermaga masing-masing. Begitu sibuk Kalimas saat itu, sampai setelah 1.900 dipikirkan membangun pelabuhan di hilir yang kini bernama Tanjung Perak.

Sungai Kalimas-lah yang sebenarnya membuat Surabaya berkembang, mengenalkan Surabaya ke dunia luar. Anak Sungai Brantas itu membuat kota dagang ini begitu tersohor sampai kini. Orang luar belum mengenal Indonesia tapi mereka sudah mengetahui Kalimas.

Sejak abad 18 Kalimas memiliki pelabuhan terpanjang dengan dilengkapi ratusan pabrik dan gudang di sepenjang pinggir sungai. Jumlah ini terbanyak, bahkan Batavia tidak bisa menandingi kehebatan Kalimas karena tidak ada sungai selebar dan setenang Kalimas di tanah Jawa.

Sisa sisa kejayaan kalimas saat ini masih bisa dilihat di pelabuhan rakyat Jalan Kalimas Baru. Lokasinya berpindah sekitar satu kilometer ke arah hilir dari tempat semula. Perdagangan di pelabuhan kapal kayu pernah mencatat sejarah gemilang. Bahkan hingga akhir 1970-an, lebih dari seratus perusahaan pelayaran yang singgah. Kini perusahaan yang masih aktif bongkar muat tinggal 25 perusahaan saja.

Tidak semua kapal bisa masuk kalimas saat itu akibat tidak ada dermaga pinggir laut seperti sekarang. Kapal dari luar negeri, terpaksa parkir di tengah laut. Untuk membongkar atau memuat barang-barang kargonya digunakanlah tongkang-tongkang atau kapal-kapal sekunar yang menghubungkan mereka langsung ke Pabean.
(shf)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1211 seconds (0.1#10.140)