Ekspor Produk Holtikultura Jabar 2020 Tembus Rp3 Triliun
loading...
A
A
A
BANDUNG - Meski pandemi COVID-19 tengah melanda dunia, termasuk Indonesia, namun bisnis produk holtikultura di Jawa Barat masih menjanjikan. Sepanjang tahun ini saja, ekspor produk holtikultura sudah menembus nilai Rp3 triliun.
Hal itu dikatakan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil saat melepas ekspor komoditas sayuran ke Singapura di UPTD Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman Instalasi Margahayu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat , Rabu (11/11/2020).
Diketahui, Pemprov Jabar terus menggenjot ekspor produk unggulan pangan di tengah pandemi COVID-19. Setelah ekspor ubi pada September dan kopi pada Oktober lalu, kali ini Jabar mengekspor sayuran dan buah-buahan hingga tanaman hias seperti kaktus. (Baca juga: Mentan Lepas Ekspor Komoditas Hortikultura di Bandung Barat )
"Ekspor Jabar nomor satu se-Indonesia dan ekspor di bidang pangan hortikultura sepanjang 2020 kurang lebih sampai bulan lalu (Oktober) itu Rp3 triliun, sehingga ini memberikan optimisme (pertumbuhan ekonomi)," ujar Ridwan Kamil.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Jabar menempati peringkat pertama provinsi pengekspor di Indonesia dengan nilai ekspor pada Januari-September 2020 mencapai 19,11 miliar dolar Amerika Serikat atau 16,31 persen dari total ekspor Indonesia pada periode tersebut.
Selain ekspor sayuran oleh PT Momenta Agrikultural, beberapa pengekspor yang terlibat dalam ekspor hortikultura Jabar kali ini adalah CV Istana Bunga Kaktus, CV Ranata Nursery, PT Ratu Buah Bersaudara, dan perorangan, yaitu Ronggur Oloan Nasution berupa sayuran organik, tanaman hias kaktus dan philondendron, serta buah manggis dengan nilai Rp161,75 juta ke tujuh negara tujuan.
Meski mampu mengekspor di tengah pandemi, namun Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu berujar bahwa hasil produk hortikultura di Jabar belum optimal. Dia menilai, masih banyak lahan kosong di Jabar yang belum dimanfaatkan karena ketidaktahuan pemilik lahan tentang produk yang cocok untuk ditanam di lahan miliknya.
Oleh karenanya, Kang Emil juga meminta Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Jabar membuat forum offtaker yang bertujuan untuk mengetahui produk pangan apa yang tengah laku dan dibutuhkan pasar. "Nah, salah satu tugas pemerintah yang saya titipkan kepada Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura adalah membuat forum pembeli atau offtaker yang isinya ada pengekspor yang sudah tahu bagaimana menjual, apa yang laku," tutur Kang Emil.
"Setelah itu, memperbesar jaringannya difasilitasi oleh kita, sehingga nanti terjadi hubungan ekonomi yang sangat baik. Tanah yang subur tetap ditanami tumbuhan, ekonomi meningkat untuk warga lokal, dan trader eksportir juga memperbesar pasarnya," sambung Kang Emil. (Baca juga: Genjot Ekspor Hortikultura Mentan Siapkan Karpet Merah bagi Eksportir )
Selain itu, Kang Emil juga mengatakan bahwa Pemprov Jabar akan mencanangkan program Petani Milenial di 2021 sebagai upayanya untuk menekan arus urbanisasi, khususnya bagi generasi milenial di desa. "Semoga Januari 2021 kita launching (Petani Milenial). Hasilnya dibeli dengan harga yang baik diawal dan terjadilah budaya baru, yakni kalau anda anak muda tidak harus selalu hijrah ke kota, tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jabar Dadan Hidayat mengakui bahwa sektor tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu dari lima sektor lapangan usaha yang masih tetap eksis di tengah pandemi COVID-19.
Selain itu, berdasarkan data Stasiun Karantina Pertanian Kelas 1 Bandung, nilai transaksi ekspor sektor pertanian sepanjang 2020, khususnya komoditas sayuran mencapai 2.774.054 kilogram senilai Rp46 miliar dengan negara tujuan China, Thailand, dan Singapura.
Selain itu, ekspor komoditas buah sebanyak hampir 2.540.961 kg senilai Rp44 miliar dengan negara tujuan Singapura, Malaysia, China, dan Hong Kong dan tanaman obat mencapai 10.800 kg senilai Rp312 juta dengan negara tujuan Singapura, serta tanaman hias 74,520 batang senilai Rp2,49 miliar dengan 54 negara tujuan seperti Turki, Amerika Serikat, Jepang, hingga Italia.
"Berdasarkan data total ekspor sejak awal tahun 2020 di Jawa Barat telah mencapai angka Rp3 triliun. Orientasi ekspor adalah salah satu solusi yang akan dijadikan alternatif dalam konteks pengembangan komoditas tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Barat ke depan,” katanya. agung bakti sarasa
Selain agenda pelepasan ekspor komoditas hortikultura Jabar ke sejumlah negara, dalam kesempatan itu, diluncurkan pula aplikasi Peta Komoditas Ekspor Pertanian Indonesia atau Indonesian Map of Agriculture Commodities Exports (I-MACE) di Provinsi Jabar.
Aplikasi yang dicanangkan Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian Republik Indonesia ini berisi informasi kegiatan ekspor komoditas pertanian di Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian seluruh Indonesia. I-MACE diharapkan dapat digunakan pemda provinsi dalam pembangunan pertanian serta mendorong pertumbuhan komoditas pertanian berorientasi ekspor.
"Kami menyampaikan bahwa aplikasi (I-MACE) berisikan data serta merta atau real time lalu lintas produk pertanian yang diekspor dengan harapan dapat dijadikan informasi bagi para pemangku kepentingan, khususnya pemerintah daerah dalam mengembangkan kawasan pertanian berorientasi ekspor,” ujar Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Adnan, MP mewakili Kepala Barantan Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Hal itu dikatakan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil saat melepas ekspor komoditas sayuran ke Singapura di UPTD Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman Instalasi Margahayu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat , Rabu (11/11/2020).
Diketahui, Pemprov Jabar terus menggenjot ekspor produk unggulan pangan di tengah pandemi COVID-19. Setelah ekspor ubi pada September dan kopi pada Oktober lalu, kali ini Jabar mengekspor sayuran dan buah-buahan hingga tanaman hias seperti kaktus. (Baca juga: Mentan Lepas Ekspor Komoditas Hortikultura di Bandung Barat )
"Ekspor Jabar nomor satu se-Indonesia dan ekspor di bidang pangan hortikultura sepanjang 2020 kurang lebih sampai bulan lalu (Oktober) itu Rp3 triliun, sehingga ini memberikan optimisme (pertumbuhan ekonomi)," ujar Ridwan Kamil.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Jabar menempati peringkat pertama provinsi pengekspor di Indonesia dengan nilai ekspor pada Januari-September 2020 mencapai 19,11 miliar dolar Amerika Serikat atau 16,31 persen dari total ekspor Indonesia pada periode tersebut.
Selain ekspor sayuran oleh PT Momenta Agrikultural, beberapa pengekspor yang terlibat dalam ekspor hortikultura Jabar kali ini adalah CV Istana Bunga Kaktus, CV Ranata Nursery, PT Ratu Buah Bersaudara, dan perorangan, yaitu Ronggur Oloan Nasution berupa sayuran organik, tanaman hias kaktus dan philondendron, serta buah manggis dengan nilai Rp161,75 juta ke tujuh negara tujuan.
Meski mampu mengekspor di tengah pandemi, namun Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu berujar bahwa hasil produk hortikultura di Jabar belum optimal. Dia menilai, masih banyak lahan kosong di Jabar yang belum dimanfaatkan karena ketidaktahuan pemilik lahan tentang produk yang cocok untuk ditanam di lahan miliknya.
Oleh karenanya, Kang Emil juga meminta Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Jabar membuat forum offtaker yang bertujuan untuk mengetahui produk pangan apa yang tengah laku dan dibutuhkan pasar. "Nah, salah satu tugas pemerintah yang saya titipkan kepada Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura adalah membuat forum pembeli atau offtaker yang isinya ada pengekspor yang sudah tahu bagaimana menjual, apa yang laku," tutur Kang Emil.
"Setelah itu, memperbesar jaringannya difasilitasi oleh kita, sehingga nanti terjadi hubungan ekonomi yang sangat baik. Tanah yang subur tetap ditanami tumbuhan, ekonomi meningkat untuk warga lokal, dan trader eksportir juga memperbesar pasarnya," sambung Kang Emil. (Baca juga: Genjot Ekspor Hortikultura Mentan Siapkan Karpet Merah bagi Eksportir )
Selain itu, Kang Emil juga mengatakan bahwa Pemprov Jabar akan mencanangkan program Petani Milenial di 2021 sebagai upayanya untuk menekan arus urbanisasi, khususnya bagi generasi milenial di desa. "Semoga Januari 2021 kita launching (Petani Milenial). Hasilnya dibeli dengan harga yang baik diawal dan terjadilah budaya baru, yakni kalau anda anak muda tidak harus selalu hijrah ke kota, tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jabar Dadan Hidayat mengakui bahwa sektor tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu dari lima sektor lapangan usaha yang masih tetap eksis di tengah pandemi COVID-19.
Selain itu, berdasarkan data Stasiun Karantina Pertanian Kelas 1 Bandung, nilai transaksi ekspor sektor pertanian sepanjang 2020, khususnya komoditas sayuran mencapai 2.774.054 kilogram senilai Rp46 miliar dengan negara tujuan China, Thailand, dan Singapura.
Selain itu, ekspor komoditas buah sebanyak hampir 2.540.961 kg senilai Rp44 miliar dengan negara tujuan Singapura, Malaysia, China, dan Hong Kong dan tanaman obat mencapai 10.800 kg senilai Rp312 juta dengan negara tujuan Singapura, serta tanaman hias 74,520 batang senilai Rp2,49 miliar dengan 54 negara tujuan seperti Turki, Amerika Serikat, Jepang, hingga Italia.
"Berdasarkan data total ekspor sejak awal tahun 2020 di Jawa Barat telah mencapai angka Rp3 triliun. Orientasi ekspor adalah salah satu solusi yang akan dijadikan alternatif dalam konteks pengembangan komoditas tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Barat ke depan,” katanya. agung bakti sarasa
Selain agenda pelepasan ekspor komoditas hortikultura Jabar ke sejumlah negara, dalam kesempatan itu, diluncurkan pula aplikasi Peta Komoditas Ekspor Pertanian Indonesia atau Indonesian Map of Agriculture Commodities Exports (I-MACE) di Provinsi Jabar.
Aplikasi yang dicanangkan Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian Republik Indonesia ini berisi informasi kegiatan ekspor komoditas pertanian di Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian seluruh Indonesia. I-MACE diharapkan dapat digunakan pemda provinsi dalam pembangunan pertanian serta mendorong pertumbuhan komoditas pertanian berorientasi ekspor.
"Kami menyampaikan bahwa aplikasi (I-MACE) berisikan data serta merta atau real time lalu lintas produk pertanian yang diekspor dengan harapan dapat dijadikan informasi bagi para pemangku kepentingan, khususnya pemerintah daerah dalam mengembangkan kawasan pertanian berorientasi ekspor,” ujar Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Adnan, MP mewakili Kepala Barantan Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
(don)