Terkubur 61 Tahun, Jejak Trem Malang Kembali Muncul ke Permukaan
loading...
A
A
A
Hampir seluruh jalur trem tersebut resmi mendapatkan izin beroperasi dari pemerintah Hindia Belanda sejak 13 Juli 1901, kecuali jalur trem Sedayu-Turen yang resmi mendapatkan izin pada 13 Agustus 1908.
Perjanjian kerjasama yang dibuat untuk mengoperasionalkan trem antara MS dengan Pemerintah Hindia Belanda berlangsung selama 99 tahun. Seharusnya, kontrak kerja tersebut baru berakhir pada tahun 2000-an, namun semuanya hanya tinggal kenangan.
"Sangat disayangkan hilangnya trem sebagai alat transportasi di Malang Raya ini, karena adanya trem saya yakini akan dapat memecah kemacetan lalulintas dan mengatasi kebutuhan transportasi masal," ujar Endiarto. (Baca juga: Mengintip Petilasan Ken Dedes, Ibu Para Raja Nusantara )
Mantan Kepala Stasiun Trem Tumpang, Sujatno yang pernah ditemui pada tahun 2009 silam, mengungkapkan pada zamannya trem berfungsi untuk angkutan manusia dan barang, utamanya hasil kebun baik arang, ketela, maupun gula dan kopi.
Pria uzur yang saat ditemui 11 tahun silam masih tinggal di perumahan kuno di depan bekas Stasiun Trem Tumpang itu, menyebutkan pada masa jayanya jalur trem Malang-Tumpang melayani hingga empat pemberangkatan.
Stasiun Trem Tumpang merupakan pemberhentian terakhir trem dari Malang. Ada sekitar empat sampai lima rangkaian gerbong yang ditarik, tiga di antaranya untuk angkutan manusia, sisanya untuk mengangkut barang.
Saat ini kondisi Stasiun Trem Tumpang sendiri cukup mengenaskan, selain hanya tersisa jendela besi dan loket pembelian karcis yang masih ditulis dengan ejakan lama, bangunannya juga sudah berubah total dan menjadi tempat penjualan sayur mayur.
Trem Malang-Tumpang, menurut Sujatno yang akrab disapa Pak Chef, berakhir beroperasi sekitar tahun 1969, penyebabnya karena jalurnya rusak berat setelah dihantam banjir bandang. (Baca juga: Belajar Islam dan Kemerdekaan Beragama Dari KH Oesman Mansoer )
Banjirnya terjadi di wilayah Tumpang, dan air bahnya sangat besar, sehingga rel trem melesat dari jalurnya sekitar 100 meter. Banjir bandang ini terjadi di akhir tahun 1968. Setelah banjir bandang yang menerpa wilayah Tumpang berakhir, jalur trem berhenti sementara untuk perbaikan jalur selama dua bulan.
Perjanjian kerjasama yang dibuat untuk mengoperasionalkan trem antara MS dengan Pemerintah Hindia Belanda berlangsung selama 99 tahun. Seharusnya, kontrak kerja tersebut baru berakhir pada tahun 2000-an, namun semuanya hanya tinggal kenangan.
"Sangat disayangkan hilangnya trem sebagai alat transportasi di Malang Raya ini, karena adanya trem saya yakini akan dapat memecah kemacetan lalulintas dan mengatasi kebutuhan transportasi masal," ujar Endiarto. (Baca juga: Mengintip Petilasan Ken Dedes, Ibu Para Raja Nusantara )
Mantan Kepala Stasiun Trem Tumpang, Sujatno yang pernah ditemui pada tahun 2009 silam, mengungkapkan pada zamannya trem berfungsi untuk angkutan manusia dan barang, utamanya hasil kebun baik arang, ketela, maupun gula dan kopi.
Pria uzur yang saat ditemui 11 tahun silam masih tinggal di perumahan kuno di depan bekas Stasiun Trem Tumpang itu, menyebutkan pada masa jayanya jalur trem Malang-Tumpang melayani hingga empat pemberangkatan.
Stasiun Trem Tumpang merupakan pemberhentian terakhir trem dari Malang. Ada sekitar empat sampai lima rangkaian gerbong yang ditarik, tiga di antaranya untuk angkutan manusia, sisanya untuk mengangkut barang.
Saat ini kondisi Stasiun Trem Tumpang sendiri cukup mengenaskan, selain hanya tersisa jendela besi dan loket pembelian karcis yang masih ditulis dengan ejakan lama, bangunannya juga sudah berubah total dan menjadi tempat penjualan sayur mayur.
Trem Malang-Tumpang, menurut Sujatno yang akrab disapa Pak Chef, berakhir beroperasi sekitar tahun 1969, penyebabnya karena jalurnya rusak berat setelah dihantam banjir bandang. (Baca juga: Belajar Islam dan Kemerdekaan Beragama Dari KH Oesman Mansoer )
Banjirnya terjadi di wilayah Tumpang, dan air bahnya sangat besar, sehingga rel trem melesat dari jalurnya sekitar 100 meter. Banjir bandang ini terjadi di akhir tahun 1968. Setelah banjir bandang yang menerpa wilayah Tumpang berakhir, jalur trem berhenti sementara untuk perbaikan jalur selama dua bulan.