Melihat Wisata Kampung Cokelat Blitar yang Mulai Menggeliat
loading...
A
A
A
Sepengetahuan Fauzi, dibukanya kembali wisata Kampung Cokelat berkat lobi owner (Wisata Kampung Cokelat) kepada kepala daerah setempat. "Namun meski begitu tingkat kunjungan belum normal. Karena masih banyak warga dari luar daerah yang takut datang," papar Fauzi. Mulai bulan Oktober, kunjungan dari luar daerah mulai ramai. Namun mayoritas masih kendaraan pribadi. Sebagian besar masih warga eks karsidenan Kediri.
Rombongan bus bus besar belum ada. "Rata rata kami sudah mendapat pemasukan Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu per hari. Kami syukuri," pungkas Fauzi. Pihak Wisata Kampung Cokelat membenarkan jika situasi belum sepenuhnya normal. Meski protokol kesehatan diperlakukan ketat, yakni setiap pengunjung sebelum masuk wajib cuci tangan, dites dengan pengukur suhu dan harus bermasker, kunjungan belum maksimal. (Baca juga: /Menengok Wisata Kampung Cokelat di Desa Plosorejo
Menurut Kholid Mustofa, owner Wisata Kampung Cokelat, kunjungan rata rata di luar week end masih sekitar 400 orang per hari. "Kalau week end sekitar 2000an orang. Masih jauh dibanding sebelum pandemi," tutur Kholid kepada Sindonews.com. Untuk masuk wisata Kampung Cokelat di hari biasa, setiap pengunjung dikenakan tarif Rp 5.000. Sedangkan week end (Sabtu dan Minggu) Rp 10.000.
Di dalam area wisata yang memiliki luas 3,8 hektar tersebut, pengunjung dapat menikmati berbagai wahana wisata. Yakni mulai wisata edukasi, wisata keluarga, budidaya kakao, pengolahan cokelat, cooking class, galeri cokelat, playground, live musik hingga berbelanja. Seluruh aktifitas di kawasan wisata Kampung Cokelat ditangani sebanyak 400 orang pekerja.
Menurut Kholid, meski saat ini situasi belum sepenuhnya normal, pihaknya tetap mensyukurinya. Sebab dibanding adanya kebijakan penutupan lokasi wisata, situasi yang terjadi saat ini, jauh lebih baik. "Dan semoga situasi benar benar kembali normal seperti sebelum terjadi pandemi COVID-19," pungkas Kholid.
Rombongan bus bus besar belum ada. "Rata rata kami sudah mendapat pemasukan Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu per hari. Kami syukuri," pungkas Fauzi. Pihak Wisata Kampung Cokelat membenarkan jika situasi belum sepenuhnya normal. Meski protokol kesehatan diperlakukan ketat, yakni setiap pengunjung sebelum masuk wajib cuci tangan, dites dengan pengukur suhu dan harus bermasker, kunjungan belum maksimal. (Baca juga: /Menengok Wisata Kampung Cokelat di Desa Plosorejo
Menurut Kholid Mustofa, owner Wisata Kampung Cokelat, kunjungan rata rata di luar week end masih sekitar 400 orang per hari. "Kalau week end sekitar 2000an orang. Masih jauh dibanding sebelum pandemi," tutur Kholid kepada Sindonews.com. Untuk masuk wisata Kampung Cokelat di hari biasa, setiap pengunjung dikenakan tarif Rp 5.000. Sedangkan week end (Sabtu dan Minggu) Rp 10.000.
Di dalam area wisata yang memiliki luas 3,8 hektar tersebut, pengunjung dapat menikmati berbagai wahana wisata. Yakni mulai wisata edukasi, wisata keluarga, budidaya kakao, pengolahan cokelat, cooking class, galeri cokelat, playground, live musik hingga berbelanja. Seluruh aktifitas di kawasan wisata Kampung Cokelat ditangani sebanyak 400 orang pekerja.
Menurut Kholid, meski saat ini situasi belum sepenuhnya normal, pihaknya tetap mensyukurinya. Sebab dibanding adanya kebijakan penutupan lokasi wisata, situasi yang terjadi saat ini, jauh lebih baik. "Dan semoga situasi benar benar kembali normal seperti sebelum terjadi pandemi COVID-19," pungkas Kholid.
(don)