Jalan Kolaboratif Bebaskan Jatim dari Zona Merah
loading...
A
A
A
Pimpinan Ponpes Lirboyo Kediri KH Abdul Mu’id Shohib menuturkan, tantangan pesantren di tengah pandemi ini begitu beragam. Semuanya harus bisa bagaimana menjaga santri agar tidak terpapar Covid-19. “Ini memang tidak ringan, karena tantangan menghadapi santri bandel jauh lebih ringan dibandingkan tantangan bagaimana menghadapi Covid-19 ,” katanya.
Ponpes-ponpes, katanya, berharap kolaborasi berbagai pihak bisa dilakukan di masa-masa mendatang. Pondok pesantren, menurutnya, harus lebih banyak diajak belajar dan bukan malah disudutkan dengan opini-opini tanpa dasar sehingga kolaborasi berbagai pihak bisa terus menekan jumlah penularan. “Ponpes selalu siap diajak sharing bagaimana cara mengatasi penyebaran Covid-19 di lingkungan dalam pondok,” ujar Abdul Mu’id, yang memiliki santri berjumlah 30.000 orang. (Baca juga: Dongkrak Imunitas Dengan Rutin Konsumsi Minuman Herbal)
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Herlin Ferliana menyadari peran berbagai pihak membantu percepatan dalam penanganan Covid-19. Bahkan, sektor rentan seperti ponpes bisa bersama-sama melakukan upaya keras untuk menjaga protokol kesehatan. Komitmen itu pun diwujudkan dalam pengawalan dan pendampingan kepada seluruh elemen ponpes di Jawa Timur yang jumlah ponpes mencapai 4.718 pondok dan jumlah santri mencapai 928.363 orang.
“Kami akan terus melakukan pengawalan dan pendampingan sehingga nanti adik-adik santri di sana tetap sehat. Begitu juga dengan pengasuh dan pimpinan pondok pesantren, kita kawal dengan sebaik-baiknya,” kata Herlin.
Menurut Herlin, santri yang sehat bukan hanya terhindar dari penyakitnya, akan tetapi juga sehat badannya, jiwanya, sosialnya, sehingga memiliki imunitas tinggi. “Perang melawan korona ini belum berakhir. Jangan menyerah dan terserah. Semua harus berjuang,” katanya.
Ketua Persatuan Dokter NU Jawa Timur dr Heri Munajib mengatakan, setiap sektor memiliki peran yang berbeda-beda dalam kesamaan visi untuk menekan jumlah penularan Covid-19. Kerja bersama ini yang menentukan laju Jatim dalam menekan jumlah penularan.
“Pandemi ini betul-betul ada. Ini bukan setting-an atau konspirasi seperti yang banyak disampaikan beberapa pihak. Namun, yang harus diingat juga, Covid-19 itu bisa diobati hingga sembuh. Kuncinya, jika ada gejala segera berobat, jangan ditunda,” ujarnya. (Baca juga: Terdakwa Kasus Jiwasraya Benny Tjokro Divonis Seumur Hidup)
Pencegahan Bisa dari Keluarga
Komunikasi menjadi kunci dalam upaya berbagai pihak untuk menekan jumlah penularan Covid-19. Sejak di hulu, sektor keluarga bisa menjadi benteng untuk melakukan upaya pencegahan. Apalagi, korban Covid-19 yang masih berusia belia juga cukup banyak.
Di sektor paling kecil, kolaborasi antara keluarga dan guru di sekolah bisa menjadi pelopor yang kuat. Mereka diminta untuk lebih mewaspadai ancaman serta dampak penyebaran Covid-19 kepada anak-anak didiknya. Apalagi, tingkat kematian anak penderita Covid-19 di Indonesia, persentasenya saat ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain.
Ponpes-ponpes, katanya, berharap kolaborasi berbagai pihak bisa dilakukan di masa-masa mendatang. Pondok pesantren, menurutnya, harus lebih banyak diajak belajar dan bukan malah disudutkan dengan opini-opini tanpa dasar sehingga kolaborasi berbagai pihak bisa terus menekan jumlah penularan. “Ponpes selalu siap diajak sharing bagaimana cara mengatasi penyebaran Covid-19 di lingkungan dalam pondok,” ujar Abdul Mu’id, yang memiliki santri berjumlah 30.000 orang. (Baca juga: Dongkrak Imunitas Dengan Rutin Konsumsi Minuman Herbal)
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Herlin Ferliana menyadari peran berbagai pihak membantu percepatan dalam penanganan Covid-19. Bahkan, sektor rentan seperti ponpes bisa bersama-sama melakukan upaya keras untuk menjaga protokol kesehatan. Komitmen itu pun diwujudkan dalam pengawalan dan pendampingan kepada seluruh elemen ponpes di Jawa Timur yang jumlah ponpes mencapai 4.718 pondok dan jumlah santri mencapai 928.363 orang.
“Kami akan terus melakukan pengawalan dan pendampingan sehingga nanti adik-adik santri di sana tetap sehat. Begitu juga dengan pengasuh dan pimpinan pondok pesantren, kita kawal dengan sebaik-baiknya,” kata Herlin.
Menurut Herlin, santri yang sehat bukan hanya terhindar dari penyakitnya, akan tetapi juga sehat badannya, jiwanya, sosialnya, sehingga memiliki imunitas tinggi. “Perang melawan korona ini belum berakhir. Jangan menyerah dan terserah. Semua harus berjuang,” katanya.
Ketua Persatuan Dokter NU Jawa Timur dr Heri Munajib mengatakan, setiap sektor memiliki peran yang berbeda-beda dalam kesamaan visi untuk menekan jumlah penularan Covid-19. Kerja bersama ini yang menentukan laju Jatim dalam menekan jumlah penularan.
“Pandemi ini betul-betul ada. Ini bukan setting-an atau konspirasi seperti yang banyak disampaikan beberapa pihak. Namun, yang harus diingat juga, Covid-19 itu bisa diobati hingga sembuh. Kuncinya, jika ada gejala segera berobat, jangan ditunda,” ujarnya. (Baca juga: Terdakwa Kasus Jiwasraya Benny Tjokro Divonis Seumur Hidup)
Pencegahan Bisa dari Keluarga
Komunikasi menjadi kunci dalam upaya berbagai pihak untuk menekan jumlah penularan Covid-19. Sejak di hulu, sektor keluarga bisa menjadi benteng untuk melakukan upaya pencegahan. Apalagi, korban Covid-19 yang masih berusia belia juga cukup banyak.
Di sektor paling kecil, kolaborasi antara keluarga dan guru di sekolah bisa menjadi pelopor yang kuat. Mereka diminta untuk lebih mewaspadai ancaman serta dampak penyebaran Covid-19 kepada anak-anak didiknya. Apalagi, tingkat kematian anak penderita Covid-19 di Indonesia, persentasenya saat ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain.