Kisah Ikan Duyung Cantik di Danau Sentani yang Dulunya Adalah Lautan

Senin, 26 Oktober 2020 - 14:41 WIB
loading...
Kisah Ikan Duyung Cantik di Danau Sentani yang Dulunya Adalah Lautan
Ukiran Putri Duyung patut menjadi salahsatu bukti cerita rakyat soal orang Pasifik adalah leluhur warga Sentani. Foto/iNewsTV/Edy Siswanto
A A A
SENTANI - Tahukah Anda, Danau Sentani yang berada bawah kaki Gunung Cyclop, Kabupaten Jayapura , Papua ini dulunya adalah Lautan.

Berdasarkan keterangan dari beberapa sumber, termasuk pihak Arkeologi Papua menegaskan hal ini. Peninggalan-peninggalan masa lampau berupaya lukisan dan ukiran hewan endemik dan temuan Arkeologi menyiratkan fakta terkait Danau Sentani. Termasuk cerita rakyat sekitar Danau Sentani. (Baca juga: Pesawat MAF Jatuh di Danau Sentani Papua, Pilot Warga Amerika Tewas )

Danau Sentani berada di bawah kaki Gunung Cyclop Kabupaten Jayapura dan masuk juga sebagian di wilayah Kota Jayapura. Berdasarkan data luas Danau Sentani mencapai 9.360 hektare dan berada pada ketinggian 75 meter di atas permukaan laut (mdpl). (Baca juga: Ketua Adat Mamta Tabi Papua Minta Hormati Proses Hukum 7 Terdakwa Demo Anarkis )

Hal-hal yang menyebut Danau Sentani dulunya adalah laut yakni cerita rakyat soal Hiu Gergaji yang melegenda. Hal ini bisa dilihat dari ukiran-ukiran hewan endemik laut, ukiran Putri Duyung dan penemuan Moluska oleh Peneliti di Kampung Dondai Distrik Waibu Kabupaten Jayapura.

Ukiran Putri Duyung berhasil ditemukan Balai Arkeologi Papua pada tiang rumah Obhee tu Rumah Adat Sentani di Dondai.

Motif Putri Duyung ini diukirkan pada tiang rumah adat yang diperkirakan peninggalan masa lalu. Ukiran Putri Duyung berwarna hitam dan putih. Putri duyung digambarkan sebagai perempuan cantik berambut tergerai indah mempesona, sedangkan bagian bawah berupa ikan berekor.

Seorang pegiat seni dan budaya leluhur Sentani Corry Ohee mengaku, nenek moyang Suku Sentani berasal dari lautan teduh atau wilayah Pasifik. Berdasarkan cerita turun temurun, mereka berlayar ke Danau Sentani yang dulunya adalah lautan.

"Nenek moyang kami orang Pasifik. Jadi dulu ini (Danau Sentani) adalah laut. Ukiran Putri Duyung ini menggambarkan sejarah masa lalu. Dan kemungkinan memang ada Putri Duyung di sini," kata Corry.

Hal senada dikatakan Daud Wally, tokoh masyarakat Kampung Dondai. Dikatakan bahwa leluhur masyarakat Sentani bagian barat ada yang berasal dari Pasifik atau biasa disebut Lautan Teduh. Dengan menggunakan perahu, nenek moyang Sentani melaut dan tiba di Sentani. Ukiran Putri Duyung adalah salah satu ukiran peninggalan yang menyiratkan itu.

"Ukiran putri duyung berfungsi sebagai pengingat bahwa leluhur masyarakat Sentani berasal dari Pasifik di sebelah timur Sentani. Saat ini putri duyung telah menjadi lambang marga di Danau Sentani bagian barat," kata dia.

Terkait ini, peneliti senior Balai Arkeologo Papua Hari Suroto mengatakan, Putri Duyung erat kaitannya dengan kehidupan di laut. Sehingga ukiran Putri Duyung patut menjadi salah satu bukti cerita rakyat soal orang Pasifik adalah leluhur warga Sentani.

"Putri duyung dikenal dalam cerita rakyat digambarkan hidup di lautan. Secara ilmiah duyung disebut Dugong Dugon. Dugong bukanlah sejenis ikan tetapi tergolong dalam hewan mamalia laut pemakan tumbuhan lamun. Padang lamun banyak ditemukan di teluk-teluk perairan Pasifik selatan," kata dia.

Bukti yang turut menguatkan terkait Danau Sentani yang dulunya Laut dan keberadaan orang Pasifik adalah adanya motif hewan laut lain yang juga sangat dipercaya masyarat Sentani pernah ada di Danau Sentani pada masa lalu. Proses geologi membuat air laut berubah menjadi danau air tawar.

"Penelitian di Obhee Kampung Dondai juga menemukan ukiran ikan hiu gergaji di tiang rumah. Pada masa lalu, sebelum kehadiran manusia, Danau Sentani adalah laut yang menjadi habitat fauna laut termasuk ikan hiu gergaji. Proses geologi menjadikan Laut Sentani menjadi sebuah danau air tawar, ikan hiu gergaji kemudian beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Ikan hiu gergaji terakhir ditangkap di Danau Sentani pada tahun 1970-an," jelas dia.

Diakui Hari, Ikan hiu gergaji menjadi sumber inspirasi seni oleh manusia prasejarah hingga seni Sentani masa kini. Beberapa motif ikan hiu ini ditemukan di Situs Tutari dan diabadikan diberbagai bangunan atau rumah warga Sentani.

"Motif ikan Hiu gergaji didigoreskan pada bongkahan batu Situs Megalitik Tutari. Motif ikan hiu digoreskan pada tiang rumah Obhee, serta motif ikan hiu gergaji juga digambarkan dalam lukisan kulit kayu Asei," kata dia.

Hari juga memaparkan penemuan arkeologi berupa cangkang Moluska laut Verenidae dan Arcidae di situs prasejarah Yomokho, Kampung Dondai.

"Keberadaan cangkang moluska laut membuktikan bahwa manusia prasejarah yang menghuni Situs Yomokho telah melakukan kontak dengan masyarakat pesisir atau dalam beraktivitas mereka hingga pesisir," pungkas dia.
(nth)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2187 seconds (0.1#10.140)