COVID-19 Ditemukan di Sperma Pasien Pria, Bisa Menular via Seks

Jum'at, 08 Mei 2020 - 05:27 WIB
loading...
COVID-19 Ditemukan di Sperma Pasien Pria, Bisa Menular via Seks
Ilustrasi sperma untuk penelitian. Foto/REUTERS
A A A
BEIJING - Ilmuwan China yang menguji sperma pria yang terinfeksi virus corona baru, COVID-19, menemukan virus tersebut di dalam air mani mereka.

Temuan ini mengindikasikan ada potensi kecil bahwa bahwa penyakit tersebut dapat ditularkan secara seksual.

Para peneliti menemukan bukti sperma yang mengandung SARS-CoV-2 pada enam pria dari sekelompok 38 pasien COVID-19 di Rumah Sakit Kota Shangqiu di China yang menyediakan sampel. SARS-CoV-2 adalah singkatan dari severe acute respiratory syndrome coronavirus 2, virus yang menyebabkan COVID-19.

Keenam pria itu termasuk empat pria yang masih terinfeksi dan dua lainnya sedang dalam pemulihan.

Para peneliti mengatakan bahwa temuan mereka baru tahap awal, dan hanya berdasarkan pada sejumlah kecil pria yang terinfeksi. Menurut mereka, diperlukan lebih banyak penelitian untuk melihat apakah penularan seksual mungkin berperan dalam pandemi COVID-19.

“Penelitian lebih lanjut diperlukan sehubungan dengan informasi terperinci tentang pelepasan virus, waktu bertahan hidup, dan konsentrasi dalam air mani,” tulis tim ilmuwan tersebut dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di dalam Journal of American Medical Association, sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (8/5/2020).

"Jika dapat dibuktikan bahwa SARS-CoV-2 dapat ditularkan secara seksual (itu) mungkin menjadi bagian penting dari pencegahan," kata mereka."Terutama mengingat fakta bahwa SARS-CoV-2 terdeteksi di sperma pasien yang sembuh."

Pakar independen mengatakan, temuan itu menarik tetapi harus dilihat dengan hati-hati. Terlebih dalam konteks penelitian kecil lainnya belum menemukan virus corona baru di dalam sperma.

Sebuah studi kecil sebelumnya dari 12 pasien COVID-19 di China pada bulan Februari dan Maret menemukan bahwa semuanya dites negatif untuk SARS-CoV-2 pada sampel sperma.

Seorang profesor andrologi di Universitas Sheffield di Inggris, Allan Pacey, mengatakan, studi tidak boleh dilihat sebagai konklusif, karena ada beberapa kesulitan teknis dalam tes sperma untuk virus.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1511 seconds (0.1#10.140)