Guru Besar Unila: Cegah Stunting dengan Ketahanan Pangan

Senin, 26 Oktober 2020 - 13:18 WIB
loading...
Guru Besar Unila: Cegah...
Simposium daring yang mengangkat tema COVID-19 & Sistem Pangan Berkelanjutan: Dampak, Tantangan & Peluang Bagi Industri Pangan yang dihelat Indofood Sukses Makmur. Foto/Ist
A A A
LAMPUNG - Guru Besar Universitas Lampung ( Unila ) dan Tim Pakar Indofood Riset Nugraha (IRN) Prof Dr Ir Bustanul Arifin MS mengatakan, kegagalan pemberian nutrisi 1000 hari pertama kehidupan, bisa berdampak pada anak mengalami stunting atau gagal tumbuh, baik secara fisik maupun kemampuan berpikir.

“Pangan yang rawan adalah di 1000 hari pertama kehidupan, ini teori solid. Karena berhubungan dengan pembentukan otak manusia, gizi jangan sampai buruk, jangan asal kenyang. Jangan main-main dengan 1000 hari pertama, karena anak Anda konsekuensinya,” kata Bustanul Arifin saat berbicara di acara simposium daring yang mengangkat tema “COVID-19 & Sistem Pangan Berkelanjutan: Dampak, Tantangan & Peluang Bagi Industri Pangan” yang dihelat Indofood Sukses Makmur, seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Senin (26/10/2020). (Baca juga: Stunting Menghambat RI Jadi Negara Maju, Menkeu: Kerugian Capai Rp474,9 Triliun )

Menurut Bustanul, pemberian nutrisi ini, diversifikasi atau keanekaragaman sumber pangan juga diperlukan. Sumber karbohidrat misalnya, tidak melulu harus dari nasi, sehingga masyarakat disarankan jangan terlalu bergantung pada beras. (Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Jangan Sampai Pandemi Menambah Jumlah Anak Stunting )

"Karbohidrat jangan yang terlalu banyak beras, cari yang kompleks, rendah indeks glikemik, seperti ubi jalar, ubi kayu, kentang sedang tren, kalau bisa dari tanah lokal," kata dia.

Tak bisa dimungkiri, di masa pandemi COVID-19, ketahanan pangan jadi hal penting yang perlu diperhatikan untuk memastikan kebutuhan gizi masyarakat.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Tim Pakar Indofood Riset Nugraha (IRN) Prof Dr Ir Purwiyatno Hariyadi MSc mengatakan, gangguan sistem distribusi di masa pandemi bisa mempengaruhi pola konsumsi dan status gizi, khususnya bagi populasi rentan.

“Stres pada sistem pangan bisa berakibat serius. Hubungan langsungnya, asupan pangan yang baik akan berikan gizi baik yang berguna bagi peningkatan daya tahan tubuh yang sangat perlu di masa pandemi sekarang ini,” kata Purwiyatno.

Menurut Prof Purwiyatno, Tim Satgas COVID-19 telah mengidentifikasi bahwa daya tahan tubuh yang baik merupakan prasyarat cegah penularan COVID-19 penanganan COVID. “Daya tahan tubuh yang baik juga meningkatkan peluang sembuh bagi mereka yang sakit COVID-19,” kata dia.

Ditambahkan Guru Besar IPB ini, gangguan pasokan pangan berpotensi mengganggu stabiltas sosial dan ekonomi sehingga penanganan pandemi juga akan terganggu, bahkan berlarut-larut.

“Terganggunya sitem pangan di sisi produksi distribusi konsumsi akan ganggu upaya mitigasi pandemi sehingga perlu dikelola risikonya yang mungkin ada pada sistem pangan,” kata Prof Purwiyatno seraya nenambahkan kaum milenial bisa membantu memperbaiki ketahanan pangan agar makin kokoh.

Di kesempatan yang sama, tim panelis IRN Dr Widjaya Lukito SpGK PhD mengatakan, pangan fungsional bisa menjadi cara mudah untuk menjaga imunitas tubuh.

Widjaya mencontohkan di Ambon, sagu dianggap sebagai makanan pokok namun kurang dihargai. ”Padahal sagu ini memiliki kelebihan, indeks glikemik rendah namun tinggi serat sehingga baik bagi kesehatan usus,” kata dia.

Sagu bisa mnejadi prebiotik yang memberi makanan untuk bakteri baik (mikrobiota) di usus. Demikian juga dengan pisang, yang tingkat kematangan berbeda maka beda pula fungsinya.

Tim panelis IRN yang juga spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia menekankan harus ada terobosan promosi nutrisi kesehatan dengan pendekatan terbaru. “Pangan fungsional bisa direkayasa sehingga kandungan gizinya bisa naik, misalnya telur diperkaya dengan omega 3,” ujar dia.

Indonesia, lanjut Widjaya, memiliki miliki kekayaan pangan fungsonal yang luar biasa. Widjaya menyarankan agar masyarakat tidak euforia dengan datangnya vaksin COVID-19. Alternatif terbaik adalah dengan pendekatan pangan dan gizi untuk menghadapi pandemi, karena itulah yang kita konsumsi sehari-hari.
(nth)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1183 seconds (0.1#10.140)