Kasus Ditutup, Keluarga Anggota Polres Selayar yang Tewas Duga Bukan Bunuh Diri
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Pihak keluarga Bripda MF menduga, kematian anggota Polres Kepulauan Selayar tersebut bukan bunuh diri setelah ditemukan tewas dengan luka tembak di dada kiri bersebelahan dengan senapan jenis V2 pada Senin, (19/10/2020) lalu
Idris, ayah almarhum Bripda MF mengaku meski kasusnya sudah dihentikan namin pihaknya tidak menerima anaknya dianggap bunuh diri , apalagi karena depresi usai insiden kecelakaan motor di Selayar, akhir Mei 2020 lalu. Ditambah, beberapa informasi yang menyebut motif anak pertamanya itu mengakhiri hidup karena persoalan rumah tangga dengan istrinya yang juga merupakan anggota polisi berinisial MI.
"Tidak ada persoalan rumah tangga sama sekali. Saya tidak terima kalau dibilang bunuh diri apalagi dibilang depresi, bagaimana bisa disimpulkan begitu tanpa pemeriksaan psikiater. Anak saya itu sudah dinyatakan sembuh, pertama di RS Bhayangkara sama di dokter praktek. Semua bilang sudah normal, sembuh, sudah bisa bertugas, tapi yang ringan-ringan dulu," kata Idris kepada KORAN SINDO, Minggu (25/10/2020).
Dia menyebutkan, seharusnya Polda Sulsel ataupun Polres Selayar memberikan transparansi. Idris meminta pernyataan jika anaknya bunuh diri dibuktikan.
"Saya minta diperlihatkan CCTV. Saya rasa ada ganjil dengan posisi senjata, itu bukan pistol tapi senapan tidak mudah bunuh diri pakai senapan. Saya saja mandikan itu lukanya (di dada) tembus. Tapi lebih besar robeknya di bagian depan, beberapa keluarga yang pernah pegang senjata bilang itu ditembak dari belakang bukan dari depan," tuturnya.
Dalih, keretakan rumah tangga, dipersoalkan Idris sebab selama ini hubungan anaknya dengan istrinya, Bripda MI tidak ada masalah.
"Bahkan waktu mau tugas lagi di Polres Selayar saya sama istri dan mamanya antar ke Selayar. Sekarang saya sama-sama di Gowa ada istrinya juga, tidak ada itu kalau mau cerai. Itu dugaan yang kurang baik. Saat istrinya masih shock," jelas Idris.
Soal keluhan dua hari sebelum kematian pria berusia 26 tahun itu, kata Idris hanya keluhan biasa.
"Memang ada keluhan dua hari sebelum kejadian. Tapi keluhan biasa, 'pak sakit kepalaku' saya bilang, minum obat lagi. Karena dokter praktek yang di Jalan Bawakaraeng Makassar itu bilang, kalau sakit minum lagi itu obat, kalau tidak jangan diminum," keluh Idris.
Terpisah Kapolres Selayar AKBP Temmangnganro Machmud mengatakan, pihaknya sudah menghentikan kasus kematian Bripda MF, hasil pemeriksaan visum awal dan penolakan otopsi dari pihak keluarga juga sudah diterima dari pihak Rumah Sakit KH Hayyung Selayar. Dia menegaskan, jika keluarga menemukan keganjalan bisa dibuatkan laporan untuk diselidiki ulang.
"Kasusnya sudah ditutup. Intinya kalau orang tua komplain, kami terbuka. Kapanpun keluarganya mau buat laporan polisi, curiga bahwa ada pembunuhan atau meninggal tidak wajar, silahkan melapor nanti kita otopsi. Bongkar kembali kuburannya. Dulu juga kami sudah koordinasi dengan Biddokkes Polda Sulsel untuk otopsi, tapi bapaknya menolak," tegas Temmangnganro.
Dia juga mengaku sempat mendapati Bripda MF lupa ingatan pasca kecelakaan hebat, olehnya itu pihaknya mengirimkan permohonan pemindahan tugas ke Makassar agar lebih mudah. Toh kata Temmangnganro, ia tak pernah memaksa almarhum untuk bertugas kembali.
"Kalau kami memang selama ini sudah membebas tugaskan yang bersangkutan karena sakit. Kita tidak pernah meminta dia untuk bertugas," ungkapnya.
"Nah yang pasti kita sudah mengusulkan yang bersangkutan itu untuk dipindahkan ke Polda waktu dia masih perawatan karena mengingat kondisi kepalanya yang luar biasa (parah). Karena saya sempat ketemu waktu dia kecelakaan dia tidak ingat saya, bahkan temannya pun tidak dia hafal dan tatapannya kosong. Kemudian tiba-tiba dia datang dinas, bisa diajak ngobrol berarti sudah sembuh nih," lanjut Temmangnganro.
Idris, ayah almarhum Bripda MF mengaku meski kasusnya sudah dihentikan namin pihaknya tidak menerima anaknya dianggap bunuh diri , apalagi karena depresi usai insiden kecelakaan motor di Selayar, akhir Mei 2020 lalu. Ditambah, beberapa informasi yang menyebut motif anak pertamanya itu mengakhiri hidup karena persoalan rumah tangga dengan istrinya yang juga merupakan anggota polisi berinisial MI.
"Tidak ada persoalan rumah tangga sama sekali. Saya tidak terima kalau dibilang bunuh diri apalagi dibilang depresi, bagaimana bisa disimpulkan begitu tanpa pemeriksaan psikiater. Anak saya itu sudah dinyatakan sembuh, pertama di RS Bhayangkara sama di dokter praktek. Semua bilang sudah normal, sembuh, sudah bisa bertugas, tapi yang ringan-ringan dulu," kata Idris kepada KORAN SINDO, Minggu (25/10/2020).
Dia menyebutkan, seharusnya Polda Sulsel ataupun Polres Selayar memberikan transparansi. Idris meminta pernyataan jika anaknya bunuh diri dibuktikan.
"Saya minta diperlihatkan CCTV. Saya rasa ada ganjil dengan posisi senjata, itu bukan pistol tapi senapan tidak mudah bunuh diri pakai senapan. Saya saja mandikan itu lukanya (di dada) tembus. Tapi lebih besar robeknya di bagian depan, beberapa keluarga yang pernah pegang senjata bilang itu ditembak dari belakang bukan dari depan," tuturnya.
Dalih, keretakan rumah tangga, dipersoalkan Idris sebab selama ini hubungan anaknya dengan istrinya, Bripda MI tidak ada masalah.
"Bahkan waktu mau tugas lagi di Polres Selayar saya sama istri dan mamanya antar ke Selayar. Sekarang saya sama-sama di Gowa ada istrinya juga, tidak ada itu kalau mau cerai. Itu dugaan yang kurang baik. Saat istrinya masih shock," jelas Idris.
Soal keluhan dua hari sebelum kematian pria berusia 26 tahun itu, kata Idris hanya keluhan biasa.
"Memang ada keluhan dua hari sebelum kejadian. Tapi keluhan biasa, 'pak sakit kepalaku' saya bilang, minum obat lagi. Karena dokter praktek yang di Jalan Bawakaraeng Makassar itu bilang, kalau sakit minum lagi itu obat, kalau tidak jangan diminum," keluh Idris.
Terpisah Kapolres Selayar AKBP Temmangnganro Machmud mengatakan, pihaknya sudah menghentikan kasus kematian Bripda MF, hasil pemeriksaan visum awal dan penolakan otopsi dari pihak keluarga juga sudah diterima dari pihak Rumah Sakit KH Hayyung Selayar. Dia menegaskan, jika keluarga menemukan keganjalan bisa dibuatkan laporan untuk diselidiki ulang.
"Kasusnya sudah ditutup. Intinya kalau orang tua komplain, kami terbuka. Kapanpun keluarganya mau buat laporan polisi, curiga bahwa ada pembunuhan atau meninggal tidak wajar, silahkan melapor nanti kita otopsi. Bongkar kembali kuburannya. Dulu juga kami sudah koordinasi dengan Biddokkes Polda Sulsel untuk otopsi, tapi bapaknya menolak," tegas Temmangnganro.
Dia juga mengaku sempat mendapati Bripda MF lupa ingatan pasca kecelakaan hebat, olehnya itu pihaknya mengirimkan permohonan pemindahan tugas ke Makassar agar lebih mudah. Toh kata Temmangnganro, ia tak pernah memaksa almarhum untuk bertugas kembali.
"Kalau kami memang selama ini sudah membebas tugaskan yang bersangkutan karena sakit. Kita tidak pernah meminta dia untuk bertugas," ungkapnya.
"Nah yang pasti kita sudah mengusulkan yang bersangkutan itu untuk dipindahkan ke Polda waktu dia masih perawatan karena mengingat kondisi kepalanya yang luar biasa (parah). Karena saya sempat ketemu waktu dia kecelakaan dia tidak ingat saya, bahkan temannya pun tidak dia hafal dan tatapannya kosong. Kemudian tiba-tiba dia datang dinas, bisa diajak ngobrol berarti sudah sembuh nih," lanjut Temmangnganro.
(agn)