Cerita Punggung Kura-Kura dan Emak-Emak Ojol
loading...
A
A
A
SEMARANG - Punggung kura-kura menjadi andalan Purwanti (43) sebagai penarik ojek online perempuan di Kota Semarang Jawa Tengah. Benda transparan setinggi di atas kepala itu melekat erat di punggung, hingga sekilas tampak seperti tameng datar.
Ibu tiga anak itu pun bergegas menaiki sepeda motor matiknya, setelah memastikan pengait helm berbunyi “klik”. Punggung kura-kura yang dikenakan juga tak terlalu menggangu, karena posisinya tepat di atas jok motor.
“Ya kalau pakai atribut ini enggak repot sih. Kita malah senang karena lebih aman saat kita bawa penumpang. Kita tidak terganggu juga saat naik motor,” kata Purwanti, perempuan asal Gunungpati Kota Semarang. (Baca: Giliran Driver Ojek Online Semarang Berbondong Pindah ke Gojek)
“Penumpang kita juga merasa lebih aman, lebih santai enggak takut (penularan Covid-19). Dengan adanya ini penumpang juga senang, dia merasa lebih nyaman dan percaya sama kita. Yang pasti saya juga merasa aman,” lugasnya.
Punggung kura-kura itu sebagai penyekat atau pembatas dengan penumpang. Sekat partisi menggunakan bahan dari plastik dengan tulang kerangka di sekelilingnya yang terbuat dari besi. Dengan penyekat itu, tidak akan terjadi kontak fisik secara langsung.
Dia menjelaskan, protokol kesehatan ketat bukan hanya ditetapkan pada dirinya tetapi juga untuk penumpang. Sebelum penumpang naik, dia memberikan hairnet (penutup rambut), masker, dan menyemprotkan hand sanitizer.
“Kita akan kasih dia (penutup) tutup rambut, dan hand sanitizer buat tangannya. Soalnya kadang konsumen pegang uang juga kan. Takutnya juga tangannya pegang kepala atau mulut, nah kita kondisikan dengan hand sanitizer,” bebernya secara lengkap.
“Kalau kita pakai ini (penggung kura-kura) ya selama dapat konsumen Go-Ride. Tapi kalau dapat Go-Send, kita enggak bawa (pakai). Jadi kita taruh saja, lalu kalau ada customer baru kita balik pakai lagi,” ungkapnya.
Masa pandemi Covid-19 mulai sekira Maret 2020, membuat Purwanti harus meningkatkan imunitas tubuh dan memahami pola penularan virus Corona. Terlebih sebagai ojek online, pada awal masa pandemi sempat kebingungan untuk menerapkan protokol kesehatan.
“Kalau penurunan (penghasilan) ya ada sedikit, tapi sekarang sudah lumayan karena kita dikondisikan dengan J3K (Jaga Kesehatan, Kebersihan, dan Keamanan. Setiap pekan kita dites cek suhu badan, motor kita disterilkan, kita juga dijaga pakai ini (punggung kura-kura) juga hand sanitizer,” tutur dia.
Ibu tiga anak itu pun bergegas menaiki sepeda motor matiknya, setelah memastikan pengait helm berbunyi “klik”. Punggung kura-kura yang dikenakan juga tak terlalu menggangu, karena posisinya tepat di atas jok motor.
“Ya kalau pakai atribut ini enggak repot sih. Kita malah senang karena lebih aman saat kita bawa penumpang. Kita tidak terganggu juga saat naik motor,” kata Purwanti, perempuan asal Gunungpati Kota Semarang. (Baca: Giliran Driver Ojek Online Semarang Berbondong Pindah ke Gojek)
“Penumpang kita juga merasa lebih aman, lebih santai enggak takut (penularan Covid-19). Dengan adanya ini penumpang juga senang, dia merasa lebih nyaman dan percaya sama kita. Yang pasti saya juga merasa aman,” lugasnya.
Punggung kura-kura itu sebagai penyekat atau pembatas dengan penumpang. Sekat partisi menggunakan bahan dari plastik dengan tulang kerangka di sekelilingnya yang terbuat dari besi. Dengan penyekat itu, tidak akan terjadi kontak fisik secara langsung.
Dia menjelaskan, protokol kesehatan ketat bukan hanya ditetapkan pada dirinya tetapi juga untuk penumpang. Sebelum penumpang naik, dia memberikan hairnet (penutup rambut), masker, dan menyemprotkan hand sanitizer.
“Kita akan kasih dia (penutup) tutup rambut, dan hand sanitizer buat tangannya. Soalnya kadang konsumen pegang uang juga kan. Takutnya juga tangannya pegang kepala atau mulut, nah kita kondisikan dengan hand sanitizer,” bebernya secara lengkap.
“Kalau kita pakai ini (penggung kura-kura) ya selama dapat konsumen Go-Ride. Tapi kalau dapat Go-Send, kita enggak bawa (pakai). Jadi kita taruh saja, lalu kalau ada customer baru kita balik pakai lagi,” ungkapnya.
Masa pandemi Covid-19 mulai sekira Maret 2020, membuat Purwanti harus meningkatkan imunitas tubuh dan memahami pola penularan virus Corona. Terlebih sebagai ojek online, pada awal masa pandemi sempat kebingungan untuk menerapkan protokol kesehatan.
“Kalau penurunan (penghasilan) ya ada sedikit, tapi sekarang sudah lumayan karena kita dikondisikan dengan J3K (Jaga Kesehatan, Kebersihan, dan Keamanan. Setiap pekan kita dites cek suhu badan, motor kita disterilkan, kita juga dijaga pakai ini (punggung kura-kura) juga hand sanitizer,” tutur dia.