Kisah Perantau Teluk Bintuni, dari Pengangguran hingga Kerja di Jakarta
loading...
A
A
A
TELUK BINTUNI - Banyak orang menganggur sejak setelah mereka lulus sekolah. Tidak banyak yang dapat mereka lakukan tanpa kemampuan khusus.
Alih-alih menduduki jabatan strategis, mereka bermuara pada pekerjaan kasar. Meski demikian, semangatnya untuk membangun Papua tidak pupus. (Baca juga: Bocah Asli Papua Ini Menangis Tak Mau Ditinggal Prajurit Yonif 413/Kostrad )
Salah satunya, Yoris Yulius Beperandi. Pemuda asal Distrik Wamesa, Teluk Bintuni, Papua Barat, ini menganggur tepat setelah lulus sekolah. Saat ini yang dia butuhkan hanyalah peluang untuk menimba ilmu. (Baca juga: Polri Hukum 15 Anggota Polres Sorong Kota Atas Tewasnya Adik Ipar Edo Kondologit, Ini Nama-namanya )
Keinginannya terjawab. Pusat Pelatihan Teknik Industri Migas (P2TIM) Teluk Bintuni, Papua Barat, membuka kesempatan bagi para pemuda Papua untuk berkarya. Hanya mereka yang lolos seleksi dapat mengenyam pendidikan teknik industri bertaraf internasional secara gratis.
“Sebelum masuk P2TIM aktivitasnya ada di kampung halaman saja. Setelah beberapa lama menjadi seorang pengangguran. Akhirnya mendaftar di P2TIM ikut pelatihan,” ujar Yoris.
Di sana, dia bertemu dengan rekan sejawatnya, Auqila Gerson Idoorway, seorang pemuda dengan semangat juang yang tinggi. Selama 3 bulan setengah menimba ilmu, mereka lulus dengan mengantongi sertifikat bertaraf internasional.
Beberapa sertifikasi yang mereka kantongi antara lain The Engineering Construction Industry Training Board (ECITB), dan Offshore Petroleum Industry Training Organization (OPITO), yang seluruhnya keluar dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Tak hanya sertifikasi, Petrotekno selaku operator P2TIM membekali mereka ilmu dasar matematika serta bahasa Inggris sebagai bekal mengarungi dunia industri. kedua pemuda asal Papua ini kini bekerja di Jakarta mengemban proyek-proyek pembangunan besar.
“Sekarang pekerjaan saya di Jakarta Selatan di Dukuh Atas. Di PT Superkrane, pembangunan jalan tol. Sudah 7 bulan,” ujar Yoris.
Sedangkan, bagi seorang anak Papua lainnya, Auqila, semangat bekerja adalah kunci berjuang di tanah perantauan. “Pekerjaan saya mengelas. Selama bekerja sebagai welder baik-baik saja. Pekerjaan itu saya meresapi. Karena sebagai seorang welder itu harus mempunyai niat dan semangat bekerja,” ujar Auqila, seorang anak Papua lulusan P2TIM yang kini bekerja di Jakarta.
Bagi Auqila, semangat bekerja adalah bekal dari Petrotekno yang sangat berkesan baginya. Menurut dia, semangat bekerja merupakan modal utama seorang pekerja untuk bersaing.
“Ya saya sebagai anak Papua, saya juga bisa bersaing di mana pun dunia kerja saya,” kata Auqila.
Hal ini juga diamini rekannya, Yoris. Dia berpesan kepada adik-adik dan saudaranya di Papua untuk semangat menimba ilmu. Baginya, anak-anak Papua memiliki semangat yang besar, namun bukan serta merta mereka dijadikan pekerja kasar. Melalui kiprahnya, dia berharap dapat menginspirasi pemuda Papua lainnya.
“Buat adik-adik janganlah kita sebagai pesuruh, tapi kita harus tunjukan diri kita juga bisa. Kita mampu. Kita buktikan kepada semua orang bahwa kita anak Papua itu mampu. Jangan sebagai pesuruh, jadi tukang sapu, tapi tunjukkan kita juga bisa. Nyatanya kami seperti di Jakarta. Di sini kami bekerja dan kami sangat mampu. Kami bisa bisa bekerja dengan sangat baik, apa yang kami dapat dari P2TIM kami terapkan di sini,” pungkas Yoris.
Lihat Juga: Silaturahmi Pemprovsu di Jakarta, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Imbau Perantau Ikut Bangun Daerah
Alih-alih menduduki jabatan strategis, mereka bermuara pada pekerjaan kasar. Meski demikian, semangatnya untuk membangun Papua tidak pupus. (Baca juga: Bocah Asli Papua Ini Menangis Tak Mau Ditinggal Prajurit Yonif 413/Kostrad )
Salah satunya, Yoris Yulius Beperandi. Pemuda asal Distrik Wamesa, Teluk Bintuni, Papua Barat, ini menganggur tepat setelah lulus sekolah. Saat ini yang dia butuhkan hanyalah peluang untuk menimba ilmu. (Baca juga: Polri Hukum 15 Anggota Polres Sorong Kota Atas Tewasnya Adik Ipar Edo Kondologit, Ini Nama-namanya )
Keinginannya terjawab. Pusat Pelatihan Teknik Industri Migas (P2TIM) Teluk Bintuni, Papua Barat, membuka kesempatan bagi para pemuda Papua untuk berkarya. Hanya mereka yang lolos seleksi dapat mengenyam pendidikan teknik industri bertaraf internasional secara gratis.
“Sebelum masuk P2TIM aktivitasnya ada di kampung halaman saja. Setelah beberapa lama menjadi seorang pengangguran. Akhirnya mendaftar di P2TIM ikut pelatihan,” ujar Yoris.
Di sana, dia bertemu dengan rekan sejawatnya, Auqila Gerson Idoorway, seorang pemuda dengan semangat juang yang tinggi. Selama 3 bulan setengah menimba ilmu, mereka lulus dengan mengantongi sertifikat bertaraf internasional.
Beberapa sertifikasi yang mereka kantongi antara lain The Engineering Construction Industry Training Board (ECITB), dan Offshore Petroleum Industry Training Organization (OPITO), yang seluruhnya keluar dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Tak hanya sertifikasi, Petrotekno selaku operator P2TIM membekali mereka ilmu dasar matematika serta bahasa Inggris sebagai bekal mengarungi dunia industri. kedua pemuda asal Papua ini kini bekerja di Jakarta mengemban proyek-proyek pembangunan besar.
“Sekarang pekerjaan saya di Jakarta Selatan di Dukuh Atas. Di PT Superkrane, pembangunan jalan tol. Sudah 7 bulan,” ujar Yoris.
Sedangkan, bagi seorang anak Papua lainnya, Auqila, semangat bekerja adalah kunci berjuang di tanah perantauan. “Pekerjaan saya mengelas. Selama bekerja sebagai welder baik-baik saja. Pekerjaan itu saya meresapi. Karena sebagai seorang welder itu harus mempunyai niat dan semangat bekerja,” ujar Auqila, seorang anak Papua lulusan P2TIM yang kini bekerja di Jakarta.
Bagi Auqila, semangat bekerja adalah bekal dari Petrotekno yang sangat berkesan baginya. Menurut dia, semangat bekerja merupakan modal utama seorang pekerja untuk bersaing.
“Ya saya sebagai anak Papua, saya juga bisa bersaing di mana pun dunia kerja saya,” kata Auqila.
Hal ini juga diamini rekannya, Yoris. Dia berpesan kepada adik-adik dan saudaranya di Papua untuk semangat menimba ilmu. Baginya, anak-anak Papua memiliki semangat yang besar, namun bukan serta merta mereka dijadikan pekerja kasar. Melalui kiprahnya, dia berharap dapat menginspirasi pemuda Papua lainnya.
“Buat adik-adik janganlah kita sebagai pesuruh, tapi kita harus tunjukan diri kita juga bisa. Kita mampu. Kita buktikan kepada semua orang bahwa kita anak Papua itu mampu. Jangan sebagai pesuruh, jadi tukang sapu, tapi tunjukkan kita juga bisa. Nyatanya kami seperti di Jakarta. Di sini kami bekerja dan kami sangat mampu. Kami bisa bisa bekerja dengan sangat baik, apa yang kami dapat dari P2TIM kami terapkan di sini,” pungkas Yoris.
Lihat Juga: Silaturahmi Pemprovsu di Jakarta, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Imbau Perantau Ikut Bangun Daerah
(nth)