Gugus Tugas Tim Perlindungan Anak Bantu Efek Domino COVID-19

Rabu, 06 Mei 2020 - 11:01 WIB
loading...
Gugus Tugas Tim Perlindungan...
Direktur Eksekutif Yayasan Arek Lintang (ALIT) Yuliatiati Umrah memimpin rapat perlindungan anak sebelum COVID-19 datang. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Pandemi virus Corona (COVID-19) membawa efek domino cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Tidak hanya ekonomi dan dunia bisnis yang terkena imbas, kehidupan sosial. Terutama kaum marjinal semakin terpuruk dengan situasi ini. Termasuk keluarga rentan yang didalamnya juga terdapat anak jalanan.

Direktur Eksekutif Yayasan Arek Lintang (ALIT) Yuliatiati Umrah bersama dengan pemerhati anak lainnya merancang Gugus Tugas Tim Perlindungan Anak Jawa Timur. Tujuannya untuk melakukan pendampingan secara massif dan berkelanjutan untuk mengurangi dampak terburuk dari COVID-19, melalui pola kluster penyelesaian dampak sosial yang dialami masyarakat rentan.

“Pandemi COVID-19 ini memiliki dampak yang besar bagi semua sektor masyarakat. Saat ini kami sedang merancang gugus tugas untuk tim perlindungan anak. Ini juga inisiatif dari ALIT untuk mengajak Kepala Dinas Perlindungan Anak Jatim untuk bersama-sama bekerja,” kata Yuliatiati, Rabu (6/5/2020).

Dia mengatakan, pernah ada di Indonesia. Pihaknya telah melibatkan banyak pihak dan institusi untuk mendiskusikan mengenai hal tersebut sehingga mendukung langkah Pemerintah untuk memerangi dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19, terutama dikalangan perempuan dan anak-anak.

Yuliatiati mengatakan, memasuki April lalu, banyak orang tua anak yang kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), baik itu pekerja formal maupun non formal yang selama ini masuk dalam pendampingannya. “Dampak ini dirasakan oleh anak dan orang tuanya karena sudah tidak memiliki penghasilan,” kata Yuliati.

Yuliati mengatakan, pola mata pencaharian sudah terhenti secara langsung, demikian juga dengan akses bagi mereka juga tertutup. ALIT juga telah melakukan pendampingan pada orang tua yang memiliki warung-warung di sepanjang rel kereta api, mengingat mereka tidak bisa lagi mencari rejeki dengan pembatasan sosial yang kini dijalani. Alhasil semua warung tutup dan tidak ada penghasilan.

“Banyak pemulung yang sudah tidak memperoleh pendapatan. Padahal anak-anak mereka juga butuh makan. Pembatasan sosial memiliki dampak besar bagi mereka. Makanya mereka tidak bisa bergerak lagi untuk mencari pendapatan,” kata dia.

Untuk itu Yuliati mengatakan, dengan adanya gugus tugas tim perlindungan anak maka ketepatan pemberian bantuan dari Pemerintah dapat tersalurkan dengan baik. “Banyak bantuan yang bertebaran, ketepatan dalam menyalurkan bantuan itu menjadi penting. Penerima yang tepat serta efek yang bisa ditimbulkan untuk menjadi triger bagi masyarakat dalam kebangkitan mereka di tengah pandemi COVID-19 ini,” jelas Yuliati.

Ke depan ALIT akan terus bersinergi dengan Pemerintah untuk mendukung anak-anak jalanan dan kalangan miskin terutama di tengah pandemi sehingga seluruh bantuan dapat terdeteksi dan termonitor oleh tingkat terendah.

“Secara internal kami di tiap kabupaten/kota di Jatim, langsung menghubungi Kementrian Desa Tertinggal untuk bisa diajak mengangkat ekonomi warga. Kami bersepakat untuk bisa saling membantu,” pungkas dia.
(nth)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1949 seconds (0.1#10.140)