Geliat Wisata Gunung Bromo di Tengah Pandemi COVID-19
loading...
A
A
A
SURABAYA - Sabtu (3/9/2020), sekitar pukul 03.00 WIB, puluhan mobil Toyota Land Cruiser berjejer di jalan menuju penanjakan 1 atau juga disebut view point 1 Gunung Bromo.
Mobil yang khusus untuk berpacu di medan berat ini mengantar para wisatawan yang hendak menikmati matahari terbit atau sunrise dari ketinggian 2.770 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Penanjakan 1 disebut-sebut merupakan spot terbaik untuk melihat sunrise di Gunung Bromo . Spot ini terletak di Wonokitri, Kabupaten Pasuruan. Untuk mencapai lokasi ini, harus menggunakan kendaraan SUV yang khusus untuk offroad.
Sebab, perjalanan menuju Penanjakan 1 cukup ekstrim, penuh dengan tikungan tajam dan jurang. Jika anda tidak menggunakan kendaraan offroad dan tidak mahir mengemudi, lebih baik menyewa Jeep Bromo yang sudah disiapkan penduduk setempat.(Baca juga : Wisata Gunung Bromo Dibuka, Khofifah: Jaga Protokol Kesehatan )
Pagi itu, masih cukup gelap. Para wisatawan harus berjalan kaki sekitar 100 hingga 500 meter dari lokasi parkir menuju Penanjakan 1. Mengingat dingin yang cukup menusuk tulang, sejumlah wisatawan tampak mampir ke salah satu warung untuk menghangatkan diri dan beristirahat. Baik dengan meminum minuman hangat maupun makanan hangat. Saat itu, suhu di Penanjakan 1 Gunung Bromo mencapai 11 derajat celcius.
Sarana dan prasarana di Penanjakan 1 ini cukup lengkap. Seperti kamar mandi, toilet, warung, musholla dan lain sebagainya. Sehingga semua wisatawanpun merasa nyaman selama ada di puncak Penanjakan 1. Setelah selesai beristirahat, perjalanan kembali dilanjutkan dengan naik ke spot Penanjakan 1. Jalannya cukup nyaman karena sudah diaspal. Tepat di spot Penanjakan juga sudah direnovasi sedemikian rupa. Sehingga wisatawan bisa bebas untuk mengambil gambar dan berswafoto dari sudut manapun.
Mengingat masa pandemi COVID-19, para wisatawan diwajibkan untuk tetap mengenakan masker dan jaga jarak. Bahkan di spot Penanjakan, pihak pengelola sudah membuat lingkaran-lingkaran berjarak yang didalamnya bergambar sepatu.( )
Artinya, lingkaran itu menjadi titik berdiri antara satu pengunjung dengan pengunjung lainnya. Begitu pula dengan para pemilik warung dan toko souvenir, semua diwajibkan mengenakan masker.
Salah satu wisatawan asal Surabaya, Lydia mengaku selama masa pandemi ini dirinya baru pertama kali datang ke Bromo. Dia mengetahui Bromo sudah kembali beroperasi dari media massa dan media sosial. Begitu ada waktu luang, diapun menyempatkan diri ke salah satu destinasi wisata utama Jawa Timur (Jatim) tersebut. “Saya sangat sering ke sini (Gunung Bromo). Dalam setahun bisa lebih dari dua tiga kali,” katanya.
Diapun mengapresiasi pihak pengelola yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Semua pengunjung dan penjual diwajibkan mengenakan masker. Dari para wisatawan juga sudah tertib untuk menjaga jaga. Di tiap warung dan tempat oleh-oleh maupun souvenir, juga sudah disiapkan tempat mencuci tangan dengan air mengalir. “Saya harap ditengah pandemi COVID-19, wisata Gunung Bromo bisa kembali bangkit,” ujar perempuan berambut lurus ini.(Baca juga : Besok, KLHK Mulai Buka Kawasan Gunung Bromo untuk Wisatawan )
Pengelola Gunung Bromo, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS), kembali membuka tempat wisata ini pada 28 Agustus 2020 setelah sebelumnya ditutup akibat pandemi COVID-19 sejak 19 Maret 2020. Sejak dibuka pada 28 Agustus 2020, jumlah pengunjung dibatasi 20 persen dari total kapasitas daya tampung atau sebanyak 739 orang per hari.
Dari total kuota 20% itu dibagi untuk Penanjakan sebanyak 178 orang per hari dari total kapasitas 892 orang, wilayah Bukit Cinta sebanyak 28 orang per hari dari total kapasitas 141 orang, dan Bukit Kedaluh yang diperbolehkan 86 orang per hari dari total kapasitas 434 orang.Kemudian, kawasan Savana Teletubbies maksimal 347 orang per hari dari total kapasitas 1.735 orang, dan kawasan Mentigen 100 orang per hari dari total kapasitas 500 orang.
"Setelah dua pekan pembukaan Gunung Bromo, zudah kami evaluasi dan hasilnya bagus. Artinya tidak ada klaster penularan COVID-19. Kalau di awal dibuka 20% pengunjung, sejak sepekan lalu sudah 40%. Pekan depan dievaluasi lagi dan diharapkan tetap bagus. Sehingga jumlah pengunjung bisa sampai 50%," kata Kepala BB-TNBTS John Kenedie.(Baca juga : Salip China, Turis Timor Leste dan Malaysia Paling Banyak Kunjungi Indonesia )
Dia mengatakan, reaktivasi wisata alam Gunung Bromo ini tetap menerapkan normal baru, terutama sistem pembelian tiket secara daring. Tiket hanya bisa diperoleh dengan memesan di laman bookingbromo.bromotenggersemeru.org. Sehingga hanya pemesan daring yang boleh masuk ke area Gunung Bromo.
Wisatawan juga wajib menyertakan surat keterangan sehat dan bebas infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dari puskesmas, termasuk pengecekan suhu tubuh maksimal 37,3 derajat Celcius. "Kita berharap ekonomi rakyat di Gunung Bromo kembali pulih," pungkas John Kenedie.
Mobil yang khusus untuk berpacu di medan berat ini mengantar para wisatawan yang hendak menikmati matahari terbit atau sunrise dari ketinggian 2.770 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Penanjakan 1 disebut-sebut merupakan spot terbaik untuk melihat sunrise di Gunung Bromo . Spot ini terletak di Wonokitri, Kabupaten Pasuruan. Untuk mencapai lokasi ini, harus menggunakan kendaraan SUV yang khusus untuk offroad.
Sebab, perjalanan menuju Penanjakan 1 cukup ekstrim, penuh dengan tikungan tajam dan jurang. Jika anda tidak menggunakan kendaraan offroad dan tidak mahir mengemudi, lebih baik menyewa Jeep Bromo yang sudah disiapkan penduduk setempat.(Baca juga : Wisata Gunung Bromo Dibuka, Khofifah: Jaga Protokol Kesehatan )
Pagi itu, masih cukup gelap. Para wisatawan harus berjalan kaki sekitar 100 hingga 500 meter dari lokasi parkir menuju Penanjakan 1. Mengingat dingin yang cukup menusuk tulang, sejumlah wisatawan tampak mampir ke salah satu warung untuk menghangatkan diri dan beristirahat. Baik dengan meminum minuman hangat maupun makanan hangat. Saat itu, suhu di Penanjakan 1 Gunung Bromo mencapai 11 derajat celcius.
Sarana dan prasarana di Penanjakan 1 ini cukup lengkap. Seperti kamar mandi, toilet, warung, musholla dan lain sebagainya. Sehingga semua wisatawanpun merasa nyaman selama ada di puncak Penanjakan 1. Setelah selesai beristirahat, perjalanan kembali dilanjutkan dengan naik ke spot Penanjakan 1. Jalannya cukup nyaman karena sudah diaspal. Tepat di spot Penanjakan juga sudah direnovasi sedemikian rupa. Sehingga wisatawan bisa bebas untuk mengambil gambar dan berswafoto dari sudut manapun.
Mengingat masa pandemi COVID-19, para wisatawan diwajibkan untuk tetap mengenakan masker dan jaga jarak. Bahkan di spot Penanjakan, pihak pengelola sudah membuat lingkaran-lingkaran berjarak yang didalamnya bergambar sepatu.( )
Artinya, lingkaran itu menjadi titik berdiri antara satu pengunjung dengan pengunjung lainnya. Begitu pula dengan para pemilik warung dan toko souvenir, semua diwajibkan mengenakan masker.
Salah satu wisatawan asal Surabaya, Lydia mengaku selama masa pandemi ini dirinya baru pertama kali datang ke Bromo. Dia mengetahui Bromo sudah kembali beroperasi dari media massa dan media sosial. Begitu ada waktu luang, diapun menyempatkan diri ke salah satu destinasi wisata utama Jawa Timur (Jatim) tersebut. “Saya sangat sering ke sini (Gunung Bromo). Dalam setahun bisa lebih dari dua tiga kali,” katanya.
Diapun mengapresiasi pihak pengelola yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Semua pengunjung dan penjual diwajibkan mengenakan masker. Dari para wisatawan juga sudah tertib untuk menjaga jaga. Di tiap warung dan tempat oleh-oleh maupun souvenir, juga sudah disiapkan tempat mencuci tangan dengan air mengalir. “Saya harap ditengah pandemi COVID-19, wisata Gunung Bromo bisa kembali bangkit,” ujar perempuan berambut lurus ini.(Baca juga : Besok, KLHK Mulai Buka Kawasan Gunung Bromo untuk Wisatawan )
Pengelola Gunung Bromo, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS), kembali membuka tempat wisata ini pada 28 Agustus 2020 setelah sebelumnya ditutup akibat pandemi COVID-19 sejak 19 Maret 2020. Sejak dibuka pada 28 Agustus 2020, jumlah pengunjung dibatasi 20 persen dari total kapasitas daya tampung atau sebanyak 739 orang per hari.
Dari total kuota 20% itu dibagi untuk Penanjakan sebanyak 178 orang per hari dari total kapasitas 892 orang, wilayah Bukit Cinta sebanyak 28 orang per hari dari total kapasitas 141 orang, dan Bukit Kedaluh yang diperbolehkan 86 orang per hari dari total kapasitas 434 orang.Kemudian, kawasan Savana Teletubbies maksimal 347 orang per hari dari total kapasitas 1.735 orang, dan kawasan Mentigen 100 orang per hari dari total kapasitas 500 orang.
"Setelah dua pekan pembukaan Gunung Bromo, zudah kami evaluasi dan hasilnya bagus. Artinya tidak ada klaster penularan COVID-19. Kalau di awal dibuka 20% pengunjung, sejak sepekan lalu sudah 40%. Pekan depan dievaluasi lagi dan diharapkan tetap bagus. Sehingga jumlah pengunjung bisa sampai 50%," kata Kepala BB-TNBTS John Kenedie.(Baca juga : Salip China, Turis Timor Leste dan Malaysia Paling Banyak Kunjungi Indonesia )
Dia mengatakan, reaktivasi wisata alam Gunung Bromo ini tetap menerapkan normal baru, terutama sistem pembelian tiket secara daring. Tiket hanya bisa diperoleh dengan memesan di laman bookingbromo.bromotenggersemeru.org. Sehingga hanya pemesan daring yang boleh masuk ke area Gunung Bromo.
Wisatawan juga wajib menyertakan surat keterangan sehat dan bebas infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dari puskesmas, termasuk pengecekan suhu tubuh maksimal 37,3 derajat Celcius. "Kita berharap ekonomi rakyat di Gunung Bromo kembali pulih," pungkas John Kenedie.
(nun)