Triwulan Pertama 2020, Ekonomi Jabar Anjlok Cukup Dalam
loading...
A
A
A
BANDUNG - Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I/2020 (Januari - Maret) tercatat sebesar 2,73%. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang 5,39%, ada perlambatan hampir setengahnya.
Pencapaian itu didasarkan pada besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp530,79 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 sebesar Rp371,22 triliun.
"Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 24,89 persen. Dari sisi pengeluaran dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi Pemerintah yang tumbuh 4,33 persen," kata kepala BPS Jabar Doddy Herlando, Selasa (5/5/2020).
(Baca : Begini Kondisi Bisnis Hotel di Jawa Barat Sejak Pandemi)
Menurut dia, pertumbuhan didukung hampir semua lapangan usaha. Kecuali sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mengalami penurunan sebesar 10,92 persen yang disebabkan oleh faktor cuaca.
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi terhadap triwulan I-2019 (yoy) hanya mencatatkan pertumbuhan positif pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 4,33 persen. Diikuti pengeluaran konsumsi rumah tangga yang hanya sebesar 3,04 persen dan komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 0,71 persen.
"Perdagangan internasional terdampak pandemi COVID- 19 serta terjadi penurunan permintaan dari negara tujuan utama ekspor Jawa Barat. Sehingga terjadi kontraksi pada komponen ekspor barang dan jasa sebesar 2,50 persen," beber dia.
(Baca: Dua Bulan Pandemi Corona, Inflasi Jabar Tetap Terjaga)
Selain itu kontraksi terjadi pada pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani Rumah Tangga sebesar 1,70 persen, Perubahan Inventori sebesar 1,02 persen. Sementara Komponen Impor Barang dan Jasa yang berlaku sebagai pengurang pertumbuhan ekonomi terkontraksi signifikan sebesar 4,89 persen.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat juga dipengaruhi oleh pandemi COVID-19. Penerapan sistem kerja work from home (WFH) dan sistem belajar secara online yaitu Learning From Home (LFH) membuat Lapangan Usaha Informasi dan komunikasi tumbuh ekspansif sebesar 25,95 persen.
Pertumbuhan positif juga terjadi pada lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 5,79 persen; pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 3,97 persen; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 2,94 persen; dan beberapa Lapangan Usaha lainnya.
Namun, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat turun sebesar 0,95 persen (q-to-q) tertahan oleh kontraksi pertumbuhan pada beberapa lapangan usaha yang memiliki kontribusi besar seperti perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor.
Pencapaian itu didasarkan pada besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp530,79 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 sebesar Rp371,22 triliun.
"Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 24,89 persen. Dari sisi pengeluaran dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi Pemerintah yang tumbuh 4,33 persen," kata kepala BPS Jabar Doddy Herlando, Selasa (5/5/2020).
(Baca : Begini Kondisi Bisnis Hotel di Jawa Barat Sejak Pandemi)
Menurut dia, pertumbuhan didukung hampir semua lapangan usaha. Kecuali sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mengalami penurunan sebesar 10,92 persen yang disebabkan oleh faktor cuaca.
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi terhadap triwulan I-2019 (yoy) hanya mencatatkan pertumbuhan positif pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 4,33 persen. Diikuti pengeluaran konsumsi rumah tangga yang hanya sebesar 3,04 persen dan komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 0,71 persen.
"Perdagangan internasional terdampak pandemi COVID- 19 serta terjadi penurunan permintaan dari negara tujuan utama ekspor Jawa Barat. Sehingga terjadi kontraksi pada komponen ekspor barang dan jasa sebesar 2,50 persen," beber dia.
(Baca: Dua Bulan Pandemi Corona, Inflasi Jabar Tetap Terjaga)
Selain itu kontraksi terjadi pada pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani Rumah Tangga sebesar 1,70 persen, Perubahan Inventori sebesar 1,02 persen. Sementara Komponen Impor Barang dan Jasa yang berlaku sebagai pengurang pertumbuhan ekonomi terkontraksi signifikan sebesar 4,89 persen.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat juga dipengaruhi oleh pandemi COVID-19. Penerapan sistem kerja work from home (WFH) dan sistem belajar secara online yaitu Learning From Home (LFH) membuat Lapangan Usaha Informasi dan komunikasi tumbuh ekspansif sebesar 25,95 persen.
Pertumbuhan positif juga terjadi pada lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 5,79 persen; pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 3,97 persen; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 2,94 persen; dan beberapa Lapangan Usaha lainnya.
Namun, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat turun sebesar 0,95 persen (q-to-q) tertahan oleh kontraksi pertumbuhan pada beberapa lapangan usaha yang memiliki kontribusi besar seperti perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor.
(muh)