Khawatir Ditambang dengan Alat Berat, Warga Minggir Jaga Bantaran Sungai Progo

Jum'at, 25 September 2020 - 17:01 WIB
loading...
Khawatir Ditambang dengan Alat Berat, Warga Minggir Jaga Bantaran Sungai Progo
Warga Jomboran, Sendangagung, Minggir, Sleman berjaga di bantaran Sungai Progo yang akan ditambang dengan alat berat, Jumat (25/9/2020). Foto/SINDOnews/Priyo
A A A
SLEMAN - Warga Jomboran, Sendangagung, Minggir , Sleman melakukan penjagaan dan pemantauan di bantaran Sungai Progo, Jumat (25/9/2020).

Mereka melakukan itu karena ada informasi perusahaan yang memiliki izin akan menambang pasir dengan alat berat di sungai tersebut.

Warga khawatir hal itu akan merusak lingkungan dan pemukiman. Apalagi kondisi tanah di sekitar lokasi sudah rusak akibat tergerus aliran sungai saat penghujan.

Warga Jomboran, Sedangagung, Minggir, Sleman, Nur Rohim (46) mengatakan, meski perusahaan itu sudah mengantongi izin, namun warga sekitar lokasi akan tetap melakukan perlawanan. Apalagi belum ada kesepakatan dengan warga tentang rencana penambangan itu.

Selama ini warga tidak pernah mendukung dan sosialiasi adanya penambangan pasir di lokasi tersebut tidak pernah jelas. Namun,izin penambangan sudah turun sehingga ini dipertanyakan warga.

"Saya belum pernah mendapat sosialisasi, padahal tanah saya paling dekat dengan lokasi. Tiba-tiba saya dapat undangan dari dukuh tentang pembentukan panitia penambangan alat berat. Kami (warga) mempertanyakan izin yang dipegang oleh perusahaan itu,” katanya.

Warga lainya, Sukardi (43) menambahkan, selain alasan kerusakan lingkungan, alasan penolakan warga, adanya penambangan pasir dengan alat berat dapat mengganggu perekonomian masyarakat setempat.

"Perusahaan itu sebelumnya juga menambang di utara dusun kami. Janjinya hanya pasir yang akan dibawa batunya ditinggal untuk pelindung tanah tepi sungai, tapi kenyataanya semua dibawa. Kita tidak ingin seperti itu," terangnya.

Sungai itu juga merupakan mata pencaharian warga. Sebab mereka bekerja sebagai petani hanya bisa dilakukan satu tahun sekali saat musin penghujan, selebihnya mencari pasir di sungai.

“Kita cari pasir juga jauh dari pemukiman. Lha ini tiba-tiba kok ada alat berat mau masuk menambang pasir. Tentunya kami menolak keras," ungkapnya. (Baca juga: Pembebasan Lahan Exit Tol Salatiga, TPT Tawarkan Harga hingga Rp1 Juta Per Meter Persegi)

Warga Jomboran lainnya Kapir (63) menyesalkan sikap kepala dukuh dan lurah setempat yang tidak berpihak pada warga. Padahal sebelumnya warga setempat dilarang menambang pasir manual. (Baca juga: Wali Kota Solo: Sanksi Menanti Bagi ASN Tak Netral di Pilkada)

"Dulu warga menambang pasir secara manual dilarang. Tapi sekarang pakai alat berat justru di izinkan, kami sangat menyesalkan sikap mereka sebagai aparat pemerintah," tuturnya.
(boy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3579 seconds (0.1#10.140)