Kasus COVID-19 Naik di 11 Daerah Pilkada Sulsel
loading...
A
A
A
Diketahui, Presiden Jokowi sebelumnya memerintahkan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk menekan penyebaran COVID-19 di 8 provinsi. Sulsel salah satunya. Disamping juga DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Dalam kesempatannya melalui telekonferensi bersama Menko Kemaritiman dan Investasi, Nurdin melaporkan, situasi COVID-19 di Sulsel masih cenderung fluktuatif. Kasus COVID-19 di Sulsel masih berpusat di Kota Makassar sebagai episentrum.
Berdasarkan analisa klaster COVID-19 di Provinsi Sulsel, saat ini paling tinggi ada di Kota Makassar sebanyak 22 klaster. Beberapa diantaranya adalah klaster tenaga kesehatan, perkantoran, kampus dan keluarga. "Sementara kabupaten penyanggah, seperti Maros, ada enam klaster, Kabupaten Gowa 5 klaster dan beberapa kabupaten kota lainnya memang kita terus pantau," urai Nurdin.
Mantan bupati Bantaeng dua periode ini menerangkan, sejak awal pandemi seluruh warga terkonfirmasi positif COVID-19 yang ada di kabupaten/kota dirujuk ke Kota Makassar untuk ditangani. Pertimbangannya, Kota Makassar dianggap cukup lengkap fasilitasnya, kita termasuk kesiapan rumah sakit penanganan COVID-19 .
Disamping itu, Pemprov Sulsel juga telah menginisiasi program wisata duta COVID-19. Program isolasi mandiri yang dipusatkan di Kota Makassar. Seluruh warga terkonfirmasi kasus positif tanpa gejala (OTG) dirawat dengan memanfaatkan enam hotel sebagai pusat isolasi berpusat di Kota Makassar.
Pemprov Sulsel melalui Gugus Tugas Percepatanan Penanganan COVID-19 pun, lanjut gubernur telah mencanangkan program trisula atau tiga upaya pengendalian COVID-19. Diantaranya, massif tracing, aggresive testing, dan edukasi protokol kesehatan.
"Kami baru-baru ini bersama bapak kapolda dan bapak pangdam mencanangkan ini. Dari program trisula ini kami menargetkan penurunan penambahan kasus harian, peningkatan recovery rate atau angka kesembuhan dan penuruna tingkat kematian," paparnya.
Untuk langkah pertama misalnya untuk massif tracing, pemerintah sudah bekerjasama dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) dalam hal penyediaan tenaga relawan untuk pelacakan kontak erat sebanyak kurang lebih 100 relawan dan 700 petugas surveilans yang tersebar di kabupaten/kota.
Dari hasil pelacakan kontak erat itu, kemudian dilakukan agressive testing. Hal ini didukung dengan dukungan 10 laboratorium pemeriksaan PCR yang ada di Sulsel, ditambah 2 mobil PCR. Dengam beroperasinya total lab itu, kapasitas test untuk diagnosis COVID-19 bisa mencapai 3.500-4.000 spesimen per hari.
Kemudian untuk pelaksanaan edukasi protokol kesehatan, juga melibatkan 1.000 tokoh agama, bersama ormas, didukung aparat pemerintah, serta kolaborasi TNI/Polri.
Dalam kesempatannya melalui telekonferensi bersama Menko Kemaritiman dan Investasi, Nurdin melaporkan, situasi COVID-19 di Sulsel masih cenderung fluktuatif. Kasus COVID-19 di Sulsel masih berpusat di Kota Makassar sebagai episentrum.
Berdasarkan analisa klaster COVID-19 di Provinsi Sulsel, saat ini paling tinggi ada di Kota Makassar sebanyak 22 klaster. Beberapa diantaranya adalah klaster tenaga kesehatan, perkantoran, kampus dan keluarga. "Sementara kabupaten penyanggah, seperti Maros, ada enam klaster, Kabupaten Gowa 5 klaster dan beberapa kabupaten kota lainnya memang kita terus pantau," urai Nurdin.
Mantan bupati Bantaeng dua periode ini menerangkan, sejak awal pandemi seluruh warga terkonfirmasi positif COVID-19 yang ada di kabupaten/kota dirujuk ke Kota Makassar untuk ditangani. Pertimbangannya, Kota Makassar dianggap cukup lengkap fasilitasnya, kita termasuk kesiapan rumah sakit penanganan COVID-19 .
Disamping itu, Pemprov Sulsel juga telah menginisiasi program wisata duta COVID-19. Program isolasi mandiri yang dipusatkan di Kota Makassar. Seluruh warga terkonfirmasi kasus positif tanpa gejala (OTG) dirawat dengan memanfaatkan enam hotel sebagai pusat isolasi berpusat di Kota Makassar.
Pemprov Sulsel melalui Gugus Tugas Percepatanan Penanganan COVID-19 pun, lanjut gubernur telah mencanangkan program trisula atau tiga upaya pengendalian COVID-19. Diantaranya, massif tracing, aggresive testing, dan edukasi protokol kesehatan.
"Kami baru-baru ini bersama bapak kapolda dan bapak pangdam mencanangkan ini. Dari program trisula ini kami menargetkan penurunan penambahan kasus harian, peningkatan recovery rate atau angka kesembuhan dan penuruna tingkat kematian," paparnya.
Untuk langkah pertama misalnya untuk massif tracing, pemerintah sudah bekerjasama dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) dalam hal penyediaan tenaga relawan untuk pelacakan kontak erat sebanyak kurang lebih 100 relawan dan 700 petugas surveilans yang tersebar di kabupaten/kota.
Dari hasil pelacakan kontak erat itu, kemudian dilakukan agressive testing. Hal ini didukung dengan dukungan 10 laboratorium pemeriksaan PCR yang ada di Sulsel, ditambah 2 mobil PCR. Dengam beroperasinya total lab itu, kapasitas test untuk diagnosis COVID-19 bisa mencapai 3.500-4.000 spesimen per hari.
Kemudian untuk pelaksanaan edukasi protokol kesehatan, juga melibatkan 1.000 tokoh agama, bersama ormas, didukung aparat pemerintah, serta kolaborasi TNI/Polri.