Pengamat dan Aktivis Beri Masukan Pengelolaan Air Minum di Jakarta
loading...

Komunitas Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (KPMI) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Tantangan Pengelolaan Air Minum Jakarta: Masalah dan Solusinya. Foto: Ist
A
A
A
JAKARTA - Komunitas Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (KPMI) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Tantangan Pengelolaan Air Minum Jakarta: Masalah dan Solusinya". FGD menghadirkan narasumber yakni Direktur Perumda PAM Jaya Arief Nasrudin, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi, Ketua Indonesia Water Institute (IWI) Firdaus Ali, serta pemerhati Jakarta Sugiyanto (SGY) dan Amir Hamzah.
Diskusi ini dihadiri sejumlah pimpinan dan perwakilan Non Government Organization (NGO) di Jakarta antara lain Ketua Aliansi Masyarakat Jakarta Rico Sinaga; Direktur Jakarta Public Service Mohammad Syaiful Jihad; dan Ketua LP2AD Victor Irianto Napitupulu.
Arief mengapresiasi terselenggaranya FGD yang diinisiasi KPMI untuk membahas tantangan pengelolaan air minum di Jakarta bersama NGO, pengamat, serta pemerhati perkotaan dan air.
"Saya kira forum ini juga menjadi penting bagi kami untuk menyampaikan progres target cakupan layanan 100 persen di tahun 2030 serta menerima masukan konstruktif," ujarnya di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (18/3/2025).
Perumda PAM Jaya tidak hanya terbuka terhadap kritik, tapi juga saran membangun agar bisa lebih baik lagi dalam memberikan layanan kepada warga Jakarta.
"Kita sudah on the track, namun demikian juga masih memerlukan energi tambahan. Termasuk dengan adanya masukan positif dari kawan-kawan aktivis," ucapnya.
Dia berharap peran NGO untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat terkait pentingnya menggunakan air bersih atau air minum melalui jaringan perpipaan.
"Penggunaan air tanah saat ini memicu land subsidance hingga dapat memicu masalah kesehatan karena sumber air yang dibuat dekat dengan tangki septiktank," katanya.
Direktur Eksekutif KPMI Andi Wijaya atau akrab disapa Adjie Rimbawan menuturkan FGD ini salah satunya diadakan dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia.
"Ketersediaan air bersih dan sanitasi sangat berkaitan dengan pola hidup masyarakat. Kesehatan, kualitas hidup, dan produktivitas kerja dipengaruhi oleh faktor ini," ujarnya.
Kurangnya infrastruktur air bersih/minum yang baik, terutama di daerah pinggiran kota dan pedesaan dapat berdampak pada kesehatan dan lingkungan. Selain itu, juga bisa memengaruhi ekonomi masyarakat.
Sementara itu, Ketua Umum Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia Agung Nugroho mendukung Perumda PAM Jaya untuk segera merealisasikan cakupan air minum atau air bersih 100 persen di tahun 2030.
"Penggunaan air tanah di Jakarta dengan lingkungan permukiman padat penduduk sangat rentan pada pencemaran yang berdampak pada kesehatan," ucapnya.
Diskusi ini dihadiri sejumlah pimpinan dan perwakilan Non Government Organization (NGO) di Jakarta antara lain Ketua Aliansi Masyarakat Jakarta Rico Sinaga; Direktur Jakarta Public Service Mohammad Syaiful Jihad; dan Ketua LP2AD Victor Irianto Napitupulu.
Arief mengapresiasi terselenggaranya FGD yang diinisiasi KPMI untuk membahas tantangan pengelolaan air minum di Jakarta bersama NGO, pengamat, serta pemerhati perkotaan dan air.
"Saya kira forum ini juga menjadi penting bagi kami untuk menyampaikan progres target cakupan layanan 100 persen di tahun 2030 serta menerima masukan konstruktif," ujarnya di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (18/3/2025).
Perumda PAM Jaya tidak hanya terbuka terhadap kritik, tapi juga saran membangun agar bisa lebih baik lagi dalam memberikan layanan kepada warga Jakarta.
"Kita sudah on the track, namun demikian juga masih memerlukan energi tambahan. Termasuk dengan adanya masukan positif dari kawan-kawan aktivis," ucapnya.
Dia berharap peran NGO untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat terkait pentingnya menggunakan air bersih atau air minum melalui jaringan perpipaan.
"Penggunaan air tanah saat ini memicu land subsidance hingga dapat memicu masalah kesehatan karena sumber air yang dibuat dekat dengan tangki septiktank," katanya.
Direktur Eksekutif KPMI Andi Wijaya atau akrab disapa Adjie Rimbawan menuturkan FGD ini salah satunya diadakan dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia.
"Ketersediaan air bersih dan sanitasi sangat berkaitan dengan pola hidup masyarakat. Kesehatan, kualitas hidup, dan produktivitas kerja dipengaruhi oleh faktor ini," ujarnya.
Kurangnya infrastruktur air bersih/minum yang baik, terutama di daerah pinggiran kota dan pedesaan dapat berdampak pada kesehatan dan lingkungan. Selain itu, juga bisa memengaruhi ekonomi masyarakat.
Sementara itu, Ketua Umum Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia Agung Nugroho mendukung Perumda PAM Jaya untuk segera merealisasikan cakupan air minum atau air bersih 100 persen di tahun 2030.
"Penggunaan air tanah di Jakarta dengan lingkungan permukiman padat penduduk sangat rentan pada pencemaran yang berdampak pada kesehatan," ucapnya.
(jon)
Lihat Juga :