Lika-liku Cinta Sejati Jenderal Kopassus AM Hendropriyono, Taklukkan Hati dengan Topi hingga Jualan Es Mambo
loading...

Jenderal TNI (HOR) (Purn) AM Hendropriyono bersama istri tercinta, Tati Mulya dalam suatu kesempatan. Foto/Repro Love Story, Kisah Cinta Tokoh-Tokoh Terkemuka
A
A
A
JENDERAL TNI (HOR) (Purn) Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono dikenal sebagai sosok tangguh di medan perang. Namun, dalam urusan percintaan, perjuangan pria kelahiran 7 Mei 1945 itu untuk menaklukkan hati sang pujaan, Tati Mulya memerlukan waktu setahun penuh.
Kisah cinta mereka dimulai dari tempat latihan karate yang dipimpin Sensei Latif. Saat itu, Hendropriyono yang tinggal di asrama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD mendengar Sensei Latif menelepon Tati untuk datang latihan. Penasaran dengan suara wanita misterius itu, ia pun berusaha menemuinya.
Ketika pertemuan pertama terjadi, Hendropriyono yang di kemudian hari menjadi Jenderal Kopassus itu langsung jatuh hati. Namun, Tati justru tak merasakan hal yang sama.
Tak patah semangat, Hendropriyono terus mencari cara untuk menarik perhatian Tati. Kesempatan emas datang saat Tati mengikuti ujian kenaikan tingkat karate.
Hendropriyono yang bertugas mengawasi long march sejauh 57 km dari Ambarawa ke Magelang, meminjamkan topinya kepada Tati melalui Sensei Latif agar terhindar dari terik matahari. Perhatian kecil itu ternyata menyentuh hati Tati.
"Dulu dititipin topi saja sudah senang banget," tutur Tati dalam buku Love Story, Kisah Cinta Tokoh-Tokoh Terkemuka terbitan Harian Seputar Indonesia (2009) dikutip, Jumat (28/2/2022).
Tak berhenti di situ, Hendropriyono juga menjemput Tati seusai long march dengan mobil jip dinas dan menyediakan air hangat untuk merendam kakinya yang bengkak.
"Bapak itu romantis, waktu saya selesai long march, Bapak ambilkan air hangat untuk merendam kaki saya yang bengkak-bengkak," kenang Tati, wanita cantik kelahiran Magelang tersebut.
Perlahan, benih cinta mulai tumbuh di hati Tati. Setahun setelah pertemuan pertama, Tati akhirnya menerima lamaran Hendropriyono pada tahun 1970. Cinta mereka terus bersemi meskipun banyak ujian menghadang.
Saat merencanakan pernikahan, ada dua lagu romantis yang mengiringi keduanya dalam berdiskusi. Pertama, lagu "Help Me Make It Throught the Night" yang dipopulerkan penyanyi Kris Kristofferson dan "Love Me Tender" yang dinyanyikan oleh Elvis Presley.
"Dulu kan lagunya itu-itu saja, kita dengar lagu-lagunya dari piringan hitam punya kakek dia," tutur Hendro yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini.
"Kita komunikasi cuma pakai surat-surat, jadi masih kayak orang pacaran aja rasanya," tuturnya.
Ujian lainnya datang ketika Hendropriyono mengalami luka serius saat bertugas di Kalimantan Utara. Tak tahan menunggu kabar, Tati meminta izin untuk menyusul sang suami ke medan perang. Ia menjadi satu-satunya istri prajurit yang ikut dalam operasi militer di wilayah tersebut.
"Jadi, satu-satunya istri yang ikut operasi di Kalimantan Utara waktu itu, cuma saya," kata wanita yang mengaku tak memiliki hobi belanja ini.
Di tengah kerasnya kehidupan di medan perang, Tati tetap mampu beradaptasi. Ia berbagi makanan dengan warga sekitar dan memasakkan ayam arak untuk wanita yang baru melahirkan. Hal ini membuatnya semakin dihormati di lingkungan tersebut.
Saat Hendropriyono kembali bertugas di Jakarta, mereka tinggal di sebuah kamar kecil dengan penerangan lampu tempel.
"Kita tidur dengan penerangan lampu tempel, waktu bangun hidungnya hitam semua," kata Hendropriyono yang dijuluki The Master of Intelligence ini.
Untuk mencukupi kebutuhan, Tati memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam sayur dan membuat kolam ikan.
Tak hanya itu, ia pun mengikuti tren ibu-ibu berjualan es mambo. Berkat kreativitasnya, es mambo buatannya yang menggunakan buah asli seperti nangka, alpukat, dan sirsak menjadi favorit banyak orang. Usaha ini membantu perekonomian keluarga di masa sulit.
"Es mambo orang lain kan cuma air dikasih sirup. Kalau saya manfaatkan buah dari pohon nangka, alpukat, dan sirsak di belakang rumah. Jadi yang paling laku es mambo saya," kata Tati sambil menerawang ke era 1980-an.
Kisah perjuangan hidup pasangan ini penuh lika-liku, dari medan perang hingga berjualan es mambo. Namun, satu hal yang tak pernah berubah: cinta dan kesetiaan mereka tetap utuh seiring waktu. Kisah mereka menjadi bukti bahwa cinta sejati selalu bertahan, dalam suka maupun duka.
Kisah cinta mereka dimulai dari tempat latihan karate yang dipimpin Sensei Latif. Saat itu, Hendropriyono yang tinggal di asrama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD mendengar Sensei Latif menelepon Tati untuk datang latihan. Penasaran dengan suara wanita misterius itu, ia pun berusaha menemuinya.
Baca Juga
Ketika pertemuan pertama terjadi, Hendropriyono yang di kemudian hari menjadi Jenderal Kopassus itu langsung jatuh hati. Namun, Tati justru tak merasakan hal yang sama.
Tak patah semangat, Hendropriyono terus mencari cara untuk menarik perhatian Tati. Kesempatan emas datang saat Tati mengikuti ujian kenaikan tingkat karate.
Hendropriyono yang bertugas mengawasi long march sejauh 57 km dari Ambarawa ke Magelang, meminjamkan topinya kepada Tati melalui Sensei Latif agar terhindar dari terik matahari. Perhatian kecil itu ternyata menyentuh hati Tati.
"Dulu dititipin topi saja sudah senang banget," tutur Tati dalam buku Love Story, Kisah Cinta Tokoh-Tokoh Terkemuka terbitan Harian Seputar Indonesia (2009) dikutip, Jumat (28/2/2022).
Tak berhenti di situ, Hendropriyono juga menjemput Tati seusai long march dengan mobil jip dinas dan menyediakan air hangat untuk merendam kakinya yang bengkak.
"Bapak itu romantis, waktu saya selesai long march, Bapak ambilkan air hangat untuk merendam kaki saya yang bengkak-bengkak," kenang Tati, wanita cantik kelahiran Magelang tersebut.
Perlahan, benih cinta mulai tumbuh di hati Tati. Setahun setelah pertemuan pertama, Tati akhirnya menerima lamaran Hendropriyono pada tahun 1970. Cinta mereka terus bersemi meskipun banyak ujian menghadang.
Saat merencanakan pernikahan, ada dua lagu romantis yang mengiringi keduanya dalam berdiskusi. Pertama, lagu "Help Me Make It Throught the Night" yang dipopulerkan penyanyi Kris Kristofferson dan "Love Me Tender" yang dinyanyikan oleh Elvis Presley.
"Dulu kan lagunya itu-itu saja, kita dengar lagu-lagunya dari piringan hitam punya kakek dia," tutur Hendro yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini.
Tantangan Hidup Sebagai Istri Prajurit
Tak lama setelah menikah, Tati harus menghadapi kenyataan ditinggal suaminya yang bertugas ke Australia. Selama enam bulan, mereka hanya bisa berkomunikasi lewat surat."Kita komunikasi cuma pakai surat-surat, jadi masih kayak orang pacaran aja rasanya," tuturnya.
Ujian lainnya datang ketika Hendropriyono mengalami luka serius saat bertugas di Kalimantan Utara. Tak tahan menunggu kabar, Tati meminta izin untuk menyusul sang suami ke medan perang. Ia menjadi satu-satunya istri prajurit yang ikut dalam operasi militer di wilayah tersebut.
"Jadi, satu-satunya istri yang ikut operasi di Kalimantan Utara waktu itu, cuma saya," kata wanita yang mengaku tak memiliki hobi belanja ini.
Di tengah kerasnya kehidupan di medan perang, Tati tetap mampu beradaptasi. Ia berbagi makanan dengan warga sekitar dan memasakkan ayam arak untuk wanita yang baru melahirkan. Hal ini membuatnya semakin dihormati di lingkungan tersebut.
Dari Medan Perang ke Jualan Es Mambo
Saat Hendropriyono kembali bertugas di Jakarta, mereka tinggal di sebuah kamar kecil dengan penerangan lampu tempel.
"Kita tidur dengan penerangan lampu tempel, waktu bangun hidungnya hitam semua," kata Hendropriyono yang dijuluki The Master of Intelligence ini.
Untuk mencukupi kebutuhan, Tati memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam sayur dan membuat kolam ikan.
Tak hanya itu, ia pun mengikuti tren ibu-ibu berjualan es mambo. Berkat kreativitasnya, es mambo buatannya yang menggunakan buah asli seperti nangka, alpukat, dan sirsak menjadi favorit banyak orang. Usaha ini membantu perekonomian keluarga di masa sulit.
"Es mambo orang lain kan cuma air dikasih sirup. Kalau saya manfaatkan buah dari pohon nangka, alpukat, dan sirsak di belakang rumah. Jadi yang paling laku es mambo saya," kata Tati sambil menerawang ke era 1980-an.
Kisah perjuangan hidup pasangan ini penuh lika-liku, dari medan perang hingga berjualan es mambo. Namun, satu hal yang tak pernah berubah: cinta dan kesetiaan mereka tetap utuh seiring waktu. Kisah mereka menjadi bukti bahwa cinta sejati selalu bertahan, dalam suka maupun duka.
(shf)