Cerita Kemegahan Masjid Agung Demak Runtuhkan Pamor Kerajaan Majapahit di Nusantara

Kamis, 10 Oktober 2024 - 08:00 WIB
loading...
Cerita Kemegahan Masjid...
Masjid Agung Demak simbol Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Foto/IST
A A A
KESULTANAN Demak menjadi kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa usai keruntuhan Majapahit. Kerajaan ini muncul usai kekuasaan Majapahit mulai meredup di sekitar abad 13 akhir.

Tapi jauh sebelum berdirinya Kerajaan Demak, Islam sudah berkembang di wilayah Demak dan sekitarnya. Masjid Agung Demak yang berdiri megah, dahulu merupakan langgar kecil.

Jauh sebelum masjid direhab, langgar itu memang sudah ada sejak tahun 1399. Saat itu Demak masih merupakan kekuasaan Kerajaan Majapahit, dengan candrasangkala lawang (koritrusgunaning – janmi).



Di langgar itu syi'ar agama Islam tersebar. Berdirinya Kerajaan Demak membuat langgar Demak meningkat statusnya menjadi masjid agung. Peningkatan status Masjid Agung Demak itu juga dikisahkan pada kronik dari Klenteng Sam Poo Kong Semarang.

Bahwa pada tahun 1481 Gan Si Chang dengan tukang-tukang kayu dari galangan kapal di Semarang, membantu pemugaran Masjid Agung Demak.

Sebagaimana dikutip dari buku “Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit”, dari sejarawan Prof. Slamet Muljana, menceritakan bagaimana Masjid Agung Demak itu dipugar beberapa kali pasca pembuatannya dari sebuah langgar, hingga jadi masjid besar.

Pemugaran itu berarti juga peningkatan wujudnya, sesuai dengan kemampuan masyarakat Islam yang menggunakannya dan kedudukan kota Demak. Wujud Masjid Agung Demak pada tahun 1477 itu boleh dikatakan wujud permulaannya.



Tarikh 1477 juga dapat disebut awal pembangunannya. Tiap masjid mempunyai mihrab, biasanya berupa lubang atau ruangan kecil pada dinding di tembok barat, gunanya untuk menetapkan kiblat waktu beribadah.

Kiblat waktu melakukan ibadah menghadap ke Mekkah. Demikianlah kiblat itu merupakan bagian utama pada bangunan masjid. Tiap orang yang melakukan ibadah di masjid, menghadap ke kiblat.

Mihrab Masjid Agung Demak berupa ruangan kecil di tengah-tengah dinding tembok barat masjid, di sisi kiri mimbar. Pada mihrab itu terdapat gambar penyu. Di tengah gambar penyu itu ada gambar yang mewakili kiblat, baik arah utara, timur selatan, dan barat.



Letak empat kaki penyu tepat di sela-sela gambar kiblat; jadi mewakili arah timur laut, tenggara, barat daya, dan barat laut. Kepala penyu menunjukkan arah utara; ekornya menunjukkan arah selatan.

Jadi gambar penyu itu benar menunjukkan kiblat sesuai dengan maksud pembuatan mihrab. Gambar penyu pada mihrab Masjid Agung itu dapat juga ditafsirkan sebagai candrasangkala, mewakili tahun Jawa 1401 atau sama dengan 1479 Masehi.

Kepala: 1; badan penyu yang bulat: 0; empat kaki penyu: 4; dan ekor penyu: 1. Paling sedikit candrasangkala itu menunjukkan tarikh pembuatan mihrab. Namun sering dihubungkan dengan selesainya pembangunan Masjid Agung.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1693 seconds (0.1#10.140)