Kisah Penguasa Mataram Kerahkan Kekuatan Makhluk Gaib Bikin Keok Pasukan Pajang

Jum'at, 27 September 2024 - 09:00 WIB
loading...
Kisah Penguasa Mataram...
Sultan Mataram Panembahan Senopati. Foto/Ist
A A A
SULTAN Mataram Panembahan Senopati konon melibatkan makhluk gaib saat berperang melawan Pajang. Saat itu di bawah komando Pangeran Benowo, pasukan Pajang mulai bersiap menerima serangan Mataram.

Tapi sayang Konon ketika prajurit Pajang mendengar bahwa Pangeran Benawa henda menyerang Pajang, mereka menyeberang semua ke pihak lawan, sehingga Adipati Demak hanya mempunyai pengikut - pengikut yang dibawanya dari Demak.

Penyeberangan ini menimbulkan kesan pada Senopati dan Benowo, bahwa perebutan Pajang akan terjadi dengan mudah. Panembahan Senopati mengusulkan agar mulai menyerang keesokan harinya.



Benowo dengan orang-orang Pajang yang telah menyeberang akan menyerang dari arah timur. Senapati dengan pasukan Mataram menyerang dari sebelah barat.

Tentara Adipati Demak terdiri dari orang-orang Demak dan "para budak" sebagaimana dikisahkan pada "Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung" pada buku tulisan H.J. De Graaf. Para budak ini adalah orang-orang Bali, Bugis, dan Makassar.

Mereka diberi tahu akan melawan pasukan Senopati dengan peluru emas dan perak. Budak ditempatkan di atas tembok pertahanan, prajurit lain di halaman. Pertempuran dimulai dengan tembakan senapan yang seru dari pihak Pajang.

Senopati, yang duduk di atas kuda berwarna keemasan, Bratayuda, tidak terluka sama sekali. Konon saat pertempuran memperebutkan Pajang kembali, Senopati diiringi para makhluk halus juga turut serta berperang.



Dengan licik Senopati menjanjikan kemerdekaan kepada para budak Demak, sehingga mereka membelot.Kiai Gedong, seorang mantri Pajang yang berpihak pada Mataram, berhasil mendobrak pintu barat sekalipun ada perlawanan dari orang Demak.

Demikianlah Senopati masuk, lalu mengucapkan janji kepada Kiai Gedong. Mantri ini berjuang lagi, tetapi akhirnya gugur di alun-alun.

Selagi orang Demak diserang dengan sengit, Senopati berlutut dan berdoa kepada Allah. Baru setelah kemenangan tercapai, ia mendapat teguran keras dari pamannya. Senopati menaiki pagelaran dan sitinggil almarhum Sri Baginda Sultan dengan takzim.

Di gerbang pertama dijumpainya putri Sultan, istri Adipati Demak, yang sambil menangis mencium kaki Senopati dan memohon pengampunan bagi suaminya. Senopati mengabulkan dengan ikhlas asalkan suaminya menyerah dan mau ditawan.

Di sitinggil bertemulah para pemenang. Di depan mereka duduk Adipati Demak dengan kepala tertunduk, tangannya diikat dengan kain sutra.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1332 seconds (0.1#10.140)