Nestapa Korban Gempa Bandung, Makan Singkong Rebus Tiap Malam dan Terserang Penyakit
loading...
A
A
A
BANDUNG - Ratusan korban gempa di Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung menghadapi kondisi sulit. Di tengah distribusi bantuan belum merata, warga di lokasi pengungsian terpencil terpaksa hanya makan singkong rebus setiap malam.
Bahkan, para pengungsi juga mulai terserang berbagai penyakit kulit, diare, hingga gangguan pernapasan, akibat buruknya kondisi kebersihan di area pengungsian dan alas tidur yang tidak layak. Hal itu diungkapkan salah satu pengungsi, Ririn, Sabtu (21/9/2024).
“Kami hanya bisa makan singkong rebus yang diambil langsung dari kebun. Di malam hari, udara dingin dan kondisi pengungsian yang kotor memperparah keadaan, banyak yang kena penyakit kulit dan diare,” kata Ririn kepada SINDOnews.
Kondisi ini diperparah dengan minimnya fasilitas yang memadai. Di Kampung Hamerang, pengungsi mendirikan empat tenda secara swadaya yang dihuni oleh lebih dari 120 orang. Setiap tenda pengungsian diisi hingga 40 orang.
Sehingga mereka tidur berdesakan tanpa alas tidur yang layak, menyebabkan mereka rentan terkena penyakit kulit dan gangguan kesehatan lainnya. Bantuan untuk korban gempa sebenarnya terus berdatangan ke posko utama di Kecamatan Kertasari.
Namun, di daerah-daerah terpencil seperti Kampung Hamerang, distribusi bantuan belum mencapai seluruh warga. Makanan, perlengkapan tidur, hingga tenda pengungsian masih belum merata didistribusikan oleh petugas.
Menanggapi hal itu, Wakapolresta Bandung AKBP Maruli Pardede bersama jajarannya telah turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan dan pendataan terhadap seluruh warga yang membutuhkan bantuan.
Para pengungsi berharap distribusi bantuan dari pemerintah segera sampai, mengingat kondisi mereka yang semakin sulit. “Kami terjunkan anggota ke lokasi untuk memberikan bantuan, kami koordinasikan dengan pemerintah setempat,” kata Maruli.
Sebelumnya, Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,9 mengguncang Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Rabu (18/9) kemarin. Sebanyak 1.007 unit rumah dilaporkan rusak, daerah terparah dilaporkan terjadi di Kabupaten Bandung.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, jumlah rumah rusak dalam kategori berat mencapai 532 unit dan dalam kategori ringan mencapai 475 unit dan jika ditotalkan mencapai 1.007 unit.
Selain itu, ada 1.264 rumah terdampak akibat guncangan gempa berkekuatan M5,0.
Tak hanya itu, dalam kejadian ini sejumlah fasilitas publik juga ikut mengalami kerusakan di antaranya 8 fasilitas kesehatan, 31 sarana pendidikan, 55 rumah ibadah dan 2 perkantoran.
Gempa bumi ini juga berdampak pada 15.409 kepala keluarga (KK) dengan total 21.696 orang. Selain itu, sebanyak 710 jiwa mengungsi dan 78 warga alami luka-luka akibat tertimpa puing-puing bangunan.
Lokasi pengungsian ada di Lapangsari di depan Kecamatan Kertasari, Masjid Al-Thohiriyah, Masjid Al-Barokah dan kebun RW 16. Sementara itu, di Kabupaten Garut ada 204 unit rumah terdampak, serta 7 sarana pendidikan dan 5 rumah ibadah atau masjid rusak.
Bahkan, para pengungsi juga mulai terserang berbagai penyakit kulit, diare, hingga gangguan pernapasan, akibat buruknya kondisi kebersihan di area pengungsian dan alas tidur yang tidak layak. Hal itu diungkapkan salah satu pengungsi, Ririn, Sabtu (21/9/2024).
“Kami hanya bisa makan singkong rebus yang diambil langsung dari kebun. Di malam hari, udara dingin dan kondisi pengungsian yang kotor memperparah keadaan, banyak yang kena penyakit kulit dan diare,” kata Ririn kepada SINDOnews.
Kondisi ini diperparah dengan minimnya fasilitas yang memadai. Di Kampung Hamerang, pengungsi mendirikan empat tenda secara swadaya yang dihuni oleh lebih dari 120 orang. Setiap tenda pengungsian diisi hingga 40 orang.
Sehingga mereka tidur berdesakan tanpa alas tidur yang layak, menyebabkan mereka rentan terkena penyakit kulit dan gangguan kesehatan lainnya. Bantuan untuk korban gempa sebenarnya terus berdatangan ke posko utama di Kecamatan Kertasari.
Namun, di daerah-daerah terpencil seperti Kampung Hamerang, distribusi bantuan belum mencapai seluruh warga. Makanan, perlengkapan tidur, hingga tenda pengungsian masih belum merata didistribusikan oleh petugas.
Menanggapi hal itu, Wakapolresta Bandung AKBP Maruli Pardede bersama jajarannya telah turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan dan pendataan terhadap seluruh warga yang membutuhkan bantuan.
Baca Juga
Para pengungsi berharap distribusi bantuan dari pemerintah segera sampai, mengingat kondisi mereka yang semakin sulit. “Kami terjunkan anggota ke lokasi untuk memberikan bantuan, kami koordinasikan dengan pemerintah setempat,” kata Maruli.
Sebelumnya, Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,9 mengguncang Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Rabu (18/9) kemarin. Sebanyak 1.007 unit rumah dilaporkan rusak, daerah terparah dilaporkan terjadi di Kabupaten Bandung.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, jumlah rumah rusak dalam kategori berat mencapai 532 unit dan dalam kategori ringan mencapai 475 unit dan jika ditotalkan mencapai 1.007 unit.
Selain itu, ada 1.264 rumah terdampak akibat guncangan gempa berkekuatan M5,0.
Tak hanya itu, dalam kejadian ini sejumlah fasilitas publik juga ikut mengalami kerusakan di antaranya 8 fasilitas kesehatan, 31 sarana pendidikan, 55 rumah ibadah dan 2 perkantoran.
Gempa bumi ini juga berdampak pada 15.409 kepala keluarga (KK) dengan total 21.696 orang. Selain itu, sebanyak 710 jiwa mengungsi dan 78 warga alami luka-luka akibat tertimpa puing-puing bangunan.
Lokasi pengungsian ada di Lapangsari di depan Kecamatan Kertasari, Masjid Al-Thohiriyah, Masjid Al-Barokah dan kebun RW 16. Sementara itu, di Kabupaten Garut ada 204 unit rumah terdampak, serta 7 sarana pendidikan dan 5 rumah ibadah atau masjid rusak.
(ams)