Cerita Jenderal TNI AD Hadapi Prajurit yang Mabuk dan Bikin Resah Warga, Hukumannya Bikin Insaf
loading...
A
A
A
Letnan Jenderal (Letjen) TNI (Purn) Agus Rohman memiliki cara unik menertibkan prajurit yang "mbalelo" ketika masih aktif di militer. Pria yang pernah menjabat Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) III mendisiplinkan bawahannya dengan sentuhan rohani.
Agus Rohman mengisahkan pengalamannya ketika bertugas di Batalyon Infanteri Para Raider 330/Tri Dharma yang berlokasi di Cicalengka, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat lewat buku biografinya berjudul "Panglima dari Bandung Selatan, 88 Praktik Kepemimpinan Ala Mayjen TNI H Agus Rohman, S.I.P., M.I.P".
Mengemban jabatan sebagai Kasi Log Yonif Linud 330/Tri Dharma, Agus Rohman yang kali itu masih berpangkat Letnan Dua (Letda) menerima menerima laporan bahwa ada prajurit Batalyon Infanteri L 330/TD yang berulah di Cicalengka, Bandung hari itu. Prajurit tersebut mabuk dan membuat warga Cicalengka menjadi resah.
Prajurit itu bernama Kopral Komarudin yang merupakan salah satu anggota peleton yang dipimpin Letda Inf Agus Rohman. Dia kemudian menangkap Kopral Komarudin dan memasukkannya ke dalam sel.
Saat Agus Rohman hendak meninggalkan sel, Kopral Komarudin malah mengeluarkan ancaman. "Saya akan bunuh diri dengan menggunakan tali sepatu!"
Abituren Akademi Militer (Akmil) 1988 itu lalu membalikkan badannya dan mendekati sel itu. "Keluar kamu! Kamu bunuh diri sekarang!" ujarnya dikutip SINDOnews, Sabtu (7/9/2024).
Dia lantas membawa Kopral Komarudin ke sebuah kolam di dekat sel itu. Dalam benaknya, ia tahu bahwa pada hakikatnya manusia itu takut mati. Beberapa petugas jaga ikut menyaksikan peristiwa itu.
"Sekarang, kamu masuk ke kolam itu. Bunuh diri di sana!" perintah Agus Rohman. Kopral Komarudin pun masuk ke kolam itu. Ia tampak terdiam.
"Ayo bunuh diri! Saya tanggung jawab!" tegas mantan Ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini.
"Kalian, regu jaga, pasang sangkur! Sikap salvo ke atas!" perintahnya kepada petugas jaga.
Petugas jaga pun berbaris, melepas sangkur, mengacungkan sangkur itu ke langit. Kopral Komarudin pun menenggelamkan dirinya ke kolam itu.
Namun, baru sebentar menenggelamkan dirinya, ia muncul lagi ke permukaan. Sekali. Dua kali. Hingga tiga kali. Akhirnya, Kopral Komarudin merasa belum siap mati.
"Katanya kamu ingin mati. Kok muncul terus kepalamu?" tegas Agus Rohman.
"Ampun! Ampun, Danton!" teriak Kopral Komarudin. Ia pun keluar dari kolam dan bersujud di kaki Letda Inf Agus Rohman sambil meneriakkan kata ampun.
Melihat bawahannya mengurungkan niat untuk bunuh diri dan meminta ampun, Agus Rohman pun melunak. Hukuman sel pun tak jadi diberlakukan kepada Kopral Komarudin.
Mantan Panglima Komando Daerah Militer XVI/Pattimura ini memberi hukuman kepada Kopral Komarudin dengan cara yang unik. Setiap Salat Jumat, Kopral Komarudin diharuskan berada di saf paling depan sebelah kiri.
Ternyata, hukuman itu benar-benar dijalani oleh Kopral Komarudin. Setiap Salat Jumat, Agus Rohman melihatnya berada di saf paling depan sebelah kiri.
Untuk mendapatkan saf itu, Kopral Komarudin harus datang lebih awal ke masjid. Pernah sekali waktu, Kopral Komarudin terlambat datang ke masjid dan kehilangan tempatnya.
"Maaf, Pak. Ini tempat saya," begitulah ucap Kopral Komarudin saat ia datang terlambat sementara safnya sudah diisi oleh orang lain. Dari belakang, Agus Rohman tersenyum melihat perubahan yang terjadi pada Kopral Komarudin.
Di lain cerita, pria yang pernah menjabat sebagai Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad ini mendobrak barak pada hari Jumat. Ia mendapati para prajurit yang sedang berleha-leha di dalam barak.
Padahal, hari itu adalah hari Jumat. Seharusnya, bagi prajurit yang menganut agama Islam mempersiapkan diri untuk Salat Jumat. Saat itu, Letda Inf Agus Rohman sedang melaksanakan piket (perwira piket).
"Semuanya cepat bersiap Salat Jumat!" perintah Letda Inf Agus Rohman.
"Jangan sampai saya temukan ada yang nggak Salat Jumat!" tegasnya.
Memang, ketika itu beberapa prajurit Batalyon Infanteri L 330/TD malas melaksanakan Salat Jumat. Agus Rohman menjabat sebagai komandan peleton berprinsip bahwa ia bertanggung jawab mengubah kebiasaan prajuritnya. Namun, ia membutuhkan keberanian untuk mengubah mereka.
Pria yang menjabat sebagai Danrem 061/Surya Kencana pada tahun 2012-2013 ini merasa tidak mungkin memimpin manusia tanpa keberanian. Meski berstatus sebagai perwira remaja, ia harus berani menghadapi prajurit yang dipimpinnya. Ia harus dapat mengubah prajuritnya itu agar menjadi prajurit yang lebih baik.
Bukan tanpa alasan Agus Rohman selalu menekankan Salat Jumat kepada para prajurit, sejak kecil ia dan saudara-saudaranya sudah ditanamkan pendidikan agama oleh sang ayah, Ahmad Mustofa. Ahmad Mustofa menitipkan anak-anaknya kepada kiai di sekitar Cibaduyut untuk dididik menjadi pribadi yang taat.
Didikan ayahnya tersebut menjadikan Agus Rohman sebagai Muslim yang taat saat menjalani karier kemiliterannya di TNI. Setiap bertugas sebagai perwira piket, Agus Rohman selalu memerintahkan prajurit untuk menunaikan salat Jumat.
Rupanya, ada prajurit yang tidak suka dengan kebiasaan Letda Inf Agus Rohman. Ia adalah Kopral Darmianto.
Kopral Darmianto dikenal sebagai prajurit yang memiliki kemampuan bela diri boxer. Tubuhnya atletis khas seorang atlet boxer dan sangat ditakuti para juniornya. Ya, boleh dibilang dia adalah pentolan barak.
"Izin Danton, kalau persoalan agama tidak perlu diatur atau ikut campur, masalah agama jangan dipaksa-paksa, Komandan. Biar menjadi urusan masing-masing orang," sergah Kopral Darmianto.
Agus Rohman cukup terkejut dengan perkataan prajuritnya itu. Ia tahu siapa Kopral Darmianto.
"Saya tanya. Kamu punya orangtua?"
"Siap punya!" jawab Darmianto.
"Orang tuamu di kampung, kan? Di sini, saya orang tua kamu! Saya yang bertanggung jawab atas kamu. Suatu hari kamu akan mati. Apa yang kamu bawa saat mati kalau bukan salat," tegas Agus Rohman.
"Apa hukum Salat Jumat?"
"Siap, wajib!" jawab Darmianto.
"Kamu Islam, kan?" tanya Agus muda.
"Siap, Islam!" jawab Kopral.
"Kamu tahu wajib? Wajib itu apabila dilaksanakan berpahala, tidak dilaksanakan mendapat dosa. Dan saya sebagai wakil orang tuamu di sini akan sangat sedih kalau kamu mendapat dosa. Salat itu salah satu wujud pengamalan Pancasila, Sila Pertama Ketuhanan YME dan ada di Sapta Marga ke-3. Jika saya memerintahkan Salat Jumat kepada yang non-Muslim, itu baru salah. Kamu mau melanggar itu?" tuturnya.
Agus Rohman seperti telah menyerang Kopral Damianto dari berbagai arah. Kopral Damianto pun terdiam. Ia tidak dapat mendebat komandannya. Sejak saat itu, tidak ada lagi prajurit Yonif L 330/TD yang berani lagi meninggalkan Salat Jumat.
Agus Rohman mengisahkan pengalamannya ketika bertugas di Batalyon Infanteri Para Raider 330/Tri Dharma yang berlokasi di Cicalengka, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat lewat buku biografinya berjudul "Panglima dari Bandung Selatan, 88 Praktik Kepemimpinan Ala Mayjen TNI H Agus Rohman, S.I.P., M.I.P".
Baca Juga
Mengemban jabatan sebagai Kasi Log Yonif Linud 330/Tri Dharma, Agus Rohman yang kali itu masih berpangkat Letnan Dua (Letda) menerima menerima laporan bahwa ada prajurit Batalyon Infanteri L 330/TD yang berulah di Cicalengka, Bandung hari itu. Prajurit tersebut mabuk dan membuat warga Cicalengka menjadi resah.
Prajurit itu bernama Kopral Komarudin yang merupakan salah satu anggota peleton yang dipimpin Letda Inf Agus Rohman. Dia kemudian menangkap Kopral Komarudin dan memasukkannya ke dalam sel.
Saat Agus Rohman hendak meninggalkan sel, Kopral Komarudin malah mengeluarkan ancaman. "Saya akan bunuh diri dengan menggunakan tali sepatu!"
Abituren Akademi Militer (Akmil) 1988 itu lalu membalikkan badannya dan mendekati sel itu. "Keluar kamu! Kamu bunuh diri sekarang!" ujarnya dikutip SINDOnews, Sabtu (7/9/2024).
Dia lantas membawa Kopral Komarudin ke sebuah kolam di dekat sel itu. Dalam benaknya, ia tahu bahwa pada hakikatnya manusia itu takut mati. Beberapa petugas jaga ikut menyaksikan peristiwa itu.
"Sekarang, kamu masuk ke kolam itu. Bunuh diri di sana!" perintah Agus Rohman. Kopral Komarudin pun masuk ke kolam itu. Ia tampak terdiam.
"Ayo bunuh diri! Saya tanggung jawab!" tegas mantan Ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini.
"Kalian, regu jaga, pasang sangkur! Sikap salvo ke atas!" perintahnya kepada petugas jaga.
Petugas jaga pun berbaris, melepas sangkur, mengacungkan sangkur itu ke langit. Kopral Komarudin pun menenggelamkan dirinya ke kolam itu.
Namun, baru sebentar menenggelamkan dirinya, ia muncul lagi ke permukaan. Sekali. Dua kali. Hingga tiga kali. Akhirnya, Kopral Komarudin merasa belum siap mati.
"Katanya kamu ingin mati. Kok muncul terus kepalamu?" tegas Agus Rohman.
"Ampun! Ampun, Danton!" teriak Kopral Komarudin. Ia pun keluar dari kolam dan bersujud di kaki Letda Inf Agus Rohman sambil meneriakkan kata ampun.
Melihat bawahannya mengurungkan niat untuk bunuh diri dan meminta ampun, Agus Rohman pun melunak. Hukuman sel pun tak jadi diberlakukan kepada Kopral Komarudin.
Mantan Panglima Komando Daerah Militer XVI/Pattimura ini memberi hukuman kepada Kopral Komarudin dengan cara yang unik. Setiap Salat Jumat, Kopral Komarudin diharuskan berada di saf paling depan sebelah kiri.
Ternyata, hukuman itu benar-benar dijalani oleh Kopral Komarudin. Setiap Salat Jumat, Agus Rohman melihatnya berada di saf paling depan sebelah kiri.
Untuk mendapatkan saf itu, Kopral Komarudin harus datang lebih awal ke masjid. Pernah sekali waktu, Kopral Komarudin terlambat datang ke masjid dan kehilangan tempatnya.
"Maaf, Pak. Ini tempat saya," begitulah ucap Kopral Komarudin saat ia datang terlambat sementara safnya sudah diisi oleh orang lain. Dari belakang, Agus Rohman tersenyum melihat perubahan yang terjadi pada Kopral Komarudin.
Di lain cerita, pria yang pernah menjabat sebagai Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad ini mendobrak barak pada hari Jumat. Ia mendapati para prajurit yang sedang berleha-leha di dalam barak.
Padahal, hari itu adalah hari Jumat. Seharusnya, bagi prajurit yang menganut agama Islam mempersiapkan diri untuk Salat Jumat. Saat itu, Letda Inf Agus Rohman sedang melaksanakan piket (perwira piket).
"Semuanya cepat bersiap Salat Jumat!" perintah Letda Inf Agus Rohman.
"Jangan sampai saya temukan ada yang nggak Salat Jumat!" tegasnya.
Memang, ketika itu beberapa prajurit Batalyon Infanteri L 330/TD malas melaksanakan Salat Jumat. Agus Rohman menjabat sebagai komandan peleton berprinsip bahwa ia bertanggung jawab mengubah kebiasaan prajuritnya. Namun, ia membutuhkan keberanian untuk mengubah mereka.
Pria yang menjabat sebagai Danrem 061/Surya Kencana pada tahun 2012-2013 ini merasa tidak mungkin memimpin manusia tanpa keberanian. Meski berstatus sebagai perwira remaja, ia harus berani menghadapi prajurit yang dipimpinnya. Ia harus dapat mengubah prajuritnya itu agar menjadi prajurit yang lebih baik.
Bukan tanpa alasan Agus Rohman selalu menekankan Salat Jumat kepada para prajurit, sejak kecil ia dan saudara-saudaranya sudah ditanamkan pendidikan agama oleh sang ayah, Ahmad Mustofa. Ahmad Mustofa menitipkan anak-anaknya kepada kiai di sekitar Cibaduyut untuk dididik menjadi pribadi yang taat.
Didikan ayahnya tersebut menjadikan Agus Rohman sebagai Muslim yang taat saat menjalani karier kemiliterannya di TNI. Setiap bertugas sebagai perwira piket, Agus Rohman selalu memerintahkan prajurit untuk menunaikan salat Jumat.
Rupanya, ada prajurit yang tidak suka dengan kebiasaan Letda Inf Agus Rohman. Ia adalah Kopral Darmianto.
Kopral Darmianto dikenal sebagai prajurit yang memiliki kemampuan bela diri boxer. Tubuhnya atletis khas seorang atlet boxer dan sangat ditakuti para juniornya. Ya, boleh dibilang dia adalah pentolan barak.
"Izin Danton, kalau persoalan agama tidak perlu diatur atau ikut campur, masalah agama jangan dipaksa-paksa, Komandan. Biar menjadi urusan masing-masing orang," sergah Kopral Darmianto.
Agus Rohman cukup terkejut dengan perkataan prajuritnya itu. Ia tahu siapa Kopral Darmianto.
"Saya tanya. Kamu punya orangtua?"
"Siap punya!" jawab Darmianto.
"Orang tuamu di kampung, kan? Di sini, saya orang tua kamu! Saya yang bertanggung jawab atas kamu. Suatu hari kamu akan mati. Apa yang kamu bawa saat mati kalau bukan salat," tegas Agus Rohman.
"Apa hukum Salat Jumat?"
"Siap, wajib!" jawab Darmianto.
"Kamu Islam, kan?" tanya Agus muda.
"Siap, Islam!" jawab Kopral.
"Kamu tahu wajib? Wajib itu apabila dilaksanakan berpahala, tidak dilaksanakan mendapat dosa. Dan saya sebagai wakil orang tuamu di sini akan sangat sedih kalau kamu mendapat dosa. Salat itu salah satu wujud pengamalan Pancasila, Sila Pertama Ketuhanan YME dan ada di Sapta Marga ke-3. Jika saya memerintahkan Salat Jumat kepada yang non-Muslim, itu baru salah. Kamu mau melanggar itu?" tuturnya.
Baca Juga
Agus Rohman seperti telah menyerang Kopral Damianto dari berbagai arah. Kopral Damianto pun terdiam. Ia tidak dapat mendebat komandannya. Sejak saat itu, tidak ada lagi prajurit Yonif L 330/TD yang berani lagi meninggalkan Salat Jumat.
(kri)