Amarah Prabu Siliwangi Dengar Anak Buahnya Memeluk Islam, Cirebon Nyaris Diserang

Sabtu, 07 September 2024 - 07:50 WIB
loading...
Amarah Prabu Siliwangi...
Prabu Siliwangi penguasa Kerajaan Pajajaran konon memiliki kedekatan dengan Islam. Hal ini karena keluarga besarnya sudah ada yang memeluk agama yang baru masuk di Pulau Jawa kala itu. Foto/Istimewa
A A A
Prabu Siliwangi penguasa Kerajaan Pajajaran konon memiliki kedekatan dengan Islam. Hal ini karena keluarga besarnya sudah ada yang memeluk agama yang baru masuk di Pulau Jawa kala itu.

Bahkan, satu dari beberapa anggota keluarga Prabu Siliwangi merupakan Wali Sanga atau penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang terkenal, yakni Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau yang bernama asli Syarif Hidayatullah ini memang memerintah di Cirebon, usai diangkat kakeknya Pangeran Cakrabuwana.



Pasca pelantikan itu, wilayah Cirebon memutus untuk berdikari alias lepas dari Kerajaan Pajajaran. Konon saat itu Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi baru saja menempati Istana Sang Bhima.

Istana ini dikisahkan pada buku "Hitam Putih Pajajaran: dari Kejayaan hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran" tulisan Fery Taufiq El Jaquene dikutip, Sabtu (7/9/2024), dulunya diberi nama Surawisesa. Tapi penyebaran Islam yang masif sempat membuat ia marah.

Apalagi anak buahnya bernama Tumenggung Jagaya justru memutuskan masuk Islam, padahal sebelumnya sempat diperintahkan Pakuan Pajajaran ke Cirebon. Hal ini diawali dengan adanya pasukan dari Pajajaran yang diutus ke Cirebon, total ada 60 anggota pasukan diutus ke Cirebon.

Saat berada di tengah perjalanan Jagabaya tak menyadari bila pasukan Demak sudah bersiaga. Pasukan pimpinan Jagabaya ini akhirnya tak berdaya dengan pasukan Demak dan Cirebon, dengan skala yang begitu besar. Akhirnya pertempuran tidak terjadi, yang terjadi justru adanya perundingan Cirebon-Demak, dengan Pajajaran.

Jagabaya pun akhirnya terpaksa menyerahkan diri dan memeluk agama Islam. Hal ini membuat Sri Baduga Maharaja marah dan berusaha menyerang Cirebon.

Tetapi pasukan ini berhasil dicegah oleh pendeta tertinggi di Keraton Ki Purea Galih. Ia menjelaskan bahwa Cirebon merupakan warisan Cakrabuwana dari mertuanya bernama Ki Danusela, dan daerah sekitarnya telah diwarisi dari kakeknya Ki Gedeng Tapa, ayah Subanglarang, santri Syekh Quro.

Cakrabuwana sendiri dinobatkan oleh Sri Baduga Maharaja, yang pada waktu itu belum menjadi Susuhunan sebagai penguasa Cirebon dengan menyandang gelar Sri Mangana. Sebab Syarif Hidayatullah dinobatkan oleh Cakrabuwana dan juga masih cucu Sri Baduga, maka alasan pembatalan penyerangan dari Pajajaran ke Cirebon mampu diterima oleh penguasa Cirebon.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1405 seconds (0.1#10.140)