Curhat Warga Sidokepung Sidoarjo yang Dikabarkan Terpapar Covid-19
loading...
A
A
A
SIDOARJO - Salah satu warga Desa Sidokepung, Kecamatan Buduran, Sidoarjo yang diduga terpapar virus corona keberatan disebut melarikan diri dari rumah sakit dan berkeliaran di luaran. Pria 42 tahun itu bersedia meluruskan kejadian sebenarnya.
Melalui video call Jumat (1/5/2020) malam, pria yang bekerja di perusahaan di Sukorejo, Pasuruan itu, tidak ingin informasi yang beredar justri tidak benar dan malah membuat warga tidak nyaman. Saat video call, dia mengaku sedang isolasi mandiri di ruang bagian belakang rumahnya.
Dia menceritakan dari awal hingga peristiwanya heboh sekarang ini. Menurutnya, semua ini bermula saat salah seorang teman kantornya mengalami sakit di akhir Maret hingga awal April dengan keluhan lambung.
"Dia tidak masuk kerja karena sama dokter disuruh istirahat tiga hari. Tapi setelah tiga hari ternyata masih sakit dan disuruh periksa darah," ujarnya. (baca juga: Rumah Sakit untuk Covid-19 Sidoarjo Penuh, Warga Sidokepung Isolasi Mandiri )
Dari periksa darah itu, hasilnya tidak ada masalah. Kemudian yang bersangkutan sempat ngantor. "Saya sempat nanya kabar ke dia. Bagaimana keadaannya, keluhannya apa. Dan ngasih masker juga. Ada satu teman lagi yang juga sempat menyapa," tambahnya.
Berselang beberapa hari, si teman kantor tadi dinyatakan statusnya Orang Dalam Pengawasan (ODP). Dia pun diisolasi di RSU dr Soetomo Surabaya "Dari situlah saya dianggap punya riwayat kontak dengan dia," tuturnya.(baca Pemprov Jatim akan Lebih Represif Tindak Pelanggar PSBB juga:)
Akhirnya, semua karyawan perusahaan diliburkan. "Saya isolasi mandiri selama 14 hari mulai 8 sampai 20 April. Setelah itu karena tidak ada gejala, saya pun masuk kerja. Dan anehnya, teman saya yang sakit itu juga masih belum keluar dari rumah sakit," jelasnya.
Dari sanalah, akhirnya perusahaan meminta bapak dua anak ini bersama satu karyawan lagi untuk tes swap di sebuah rumah sakit di Sukorejo, Pandaan, Kamis (23/4/2020). Rumah sakit itu adalah mitra dari perusahaan tempatnya bekerja. (baca juga: Kunci Sukses PSBB, Butuh Kesadaran Individu Lebih Kuat )
Setelah dites, dia mengaku disuruh pulang karena hasilnya akan keluar dalam beberapa hari. "Jelas di situ saya disuruh pulang karena hasil belum keluar. Bagaimana bisa saya dibilang kabur dari rumah sakit, sementara saya belum bisa dinyatakan positif Covid-19," tukasnya.
Sejak selesai tes swap itu, dia mengaku kembali isolasi diri di rumahnya. Sampai akhirnya, Kamis (30/4/2020) malam, perumahan tempat tinggalnya heboh karena kedatangan petugas dari kepolisian dan kecamatan serta puskesmas.
Mereka datang untuk mengevakuasi dirinya ke rumah sakit hanya berbekal data yang diterimanya dari Gugus Tugas Covid-19. "Sedihnya di data itu saya dituduh kabur. Saya sama sekali belum tahu hasil dari tes swap itu," tukasnya.
Baru setelah warga heboh, dia menerima telepon dari kantornya yang menyatakan dirinya positif OTG (orang tanpa gejala). "Saya terima kabar itu, Jumat (1/5/2020) pukul 10.30 WIB. Itu pun saya ditelepon kantor bukan dapat surat secara langsung. Mungkin suratnya dikirim ke kantor saya," ujarnya.
Warga RT 034 ini mengaku dirinya sekarang baik-baik saja. Yang dia sesalkan, kabar yang beredar tentang dirinya sudah membuat keluarganya syok. Bahkan kini, keluarganya sendiri sudah mulai menjaga jarak dengannya.
"Saya akan patuhi semua prosedur yang berlaku. Kalau memang saya diharuskan isolasi mandiri lagi, saya siap," katanya.
Melalui video call Jumat (1/5/2020) malam, pria yang bekerja di perusahaan di Sukorejo, Pasuruan itu, tidak ingin informasi yang beredar justri tidak benar dan malah membuat warga tidak nyaman. Saat video call, dia mengaku sedang isolasi mandiri di ruang bagian belakang rumahnya.
Dia menceritakan dari awal hingga peristiwanya heboh sekarang ini. Menurutnya, semua ini bermula saat salah seorang teman kantornya mengalami sakit di akhir Maret hingga awal April dengan keluhan lambung.
"Dia tidak masuk kerja karena sama dokter disuruh istirahat tiga hari. Tapi setelah tiga hari ternyata masih sakit dan disuruh periksa darah," ujarnya. (baca juga: Rumah Sakit untuk Covid-19 Sidoarjo Penuh, Warga Sidokepung Isolasi Mandiri )
Dari periksa darah itu, hasilnya tidak ada masalah. Kemudian yang bersangkutan sempat ngantor. "Saya sempat nanya kabar ke dia. Bagaimana keadaannya, keluhannya apa. Dan ngasih masker juga. Ada satu teman lagi yang juga sempat menyapa," tambahnya.
Berselang beberapa hari, si teman kantor tadi dinyatakan statusnya Orang Dalam Pengawasan (ODP). Dia pun diisolasi di RSU dr Soetomo Surabaya "Dari situlah saya dianggap punya riwayat kontak dengan dia," tuturnya.(baca Pemprov Jatim akan Lebih Represif Tindak Pelanggar PSBB juga:)
Akhirnya, semua karyawan perusahaan diliburkan. "Saya isolasi mandiri selama 14 hari mulai 8 sampai 20 April. Setelah itu karena tidak ada gejala, saya pun masuk kerja. Dan anehnya, teman saya yang sakit itu juga masih belum keluar dari rumah sakit," jelasnya.
Dari sanalah, akhirnya perusahaan meminta bapak dua anak ini bersama satu karyawan lagi untuk tes swap di sebuah rumah sakit di Sukorejo, Pandaan, Kamis (23/4/2020). Rumah sakit itu adalah mitra dari perusahaan tempatnya bekerja. (baca juga: Kunci Sukses PSBB, Butuh Kesadaran Individu Lebih Kuat )
Setelah dites, dia mengaku disuruh pulang karena hasilnya akan keluar dalam beberapa hari. "Jelas di situ saya disuruh pulang karena hasil belum keluar. Bagaimana bisa saya dibilang kabur dari rumah sakit, sementara saya belum bisa dinyatakan positif Covid-19," tukasnya.
Sejak selesai tes swap itu, dia mengaku kembali isolasi diri di rumahnya. Sampai akhirnya, Kamis (30/4/2020) malam, perumahan tempat tinggalnya heboh karena kedatangan petugas dari kepolisian dan kecamatan serta puskesmas.
Mereka datang untuk mengevakuasi dirinya ke rumah sakit hanya berbekal data yang diterimanya dari Gugus Tugas Covid-19. "Sedihnya di data itu saya dituduh kabur. Saya sama sekali belum tahu hasil dari tes swap itu," tukasnya.
Baru setelah warga heboh, dia menerima telepon dari kantornya yang menyatakan dirinya positif OTG (orang tanpa gejala). "Saya terima kabar itu, Jumat (1/5/2020) pukul 10.30 WIB. Itu pun saya ditelepon kantor bukan dapat surat secara langsung. Mungkin suratnya dikirim ke kantor saya," ujarnya.
Warga RT 034 ini mengaku dirinya sekarang baik-baik saja. Yang dia sesalkan, kabar yang beredar tentang dirinya sudah membuat keluarganya syok. Bahkan kini, keluarganya sendiri sudah mulai menjaga jarak dengannya.
"Saya akan patuhi semua prosedur yang berlaku. Kalau memang saya diharuskan isolasi mandiri lagi, saya siap," katanya.
(msd)