Kisah Cinta Pierre Tendean, Rela Masuk Islam Tapi Kandas di Tangan PKI
loading...
A
A
A
KAPTEN Pierre Tendean seorang perwira muda TNI yang menjadi salah satu korban Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI), dikenal tidak hanya karena pengabdiannya kepada negara, tetapi juga karena kisah cinta tragisnya dengan sang kekasih, Rukmini Chamim.
Wajah tampan dan karier cemerlangnya sebagai ajudan termuda Jenderal A.H. Nasution membuatnya dikenang, namun sedikit yang tahu tentang kisah asmara yang harus berakhir tragis dan membuat terenyuh.
Ditulis dalam buku “Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi, Biografi Resmi Pierre Tendean", perjalanan cinta Pierre dan Rukmini bermula ketika dua sahabat Pierre, Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi mengajaknya berkenalan dengan Rukmini.
Meski awalnya Pierre menolak karena ingin fokus pada latihan di Yonzipur I, akhirnya ia menyerah dan setuju untuk bertemu dengan Rukmini. Pertemuan itu membuahkan hasil, Pierre sering mengunjungi rumah Rukmini di Jalan Sekop 4B Medan berdekatan dengan asramanya.
Rukmini, atau Mimin, adalah gadis berdarah Jawa asal Yogyakarta yang dikenal saleh dan taat beragama. Dia juga berasal dari keluarga terpandang di Medan, dengan kekerabatan yang erat dengan tokoh-tokoh militer terkenal, termasuk Jenderal Sumitro dan Arie Bandijoko.
Rukmini adalah anak sulung dari empat saudara dari pasangan Bapak dan Ibu Raden Chamim Rijo Siswopranoto. Chamim adalah seorang wiraswasta yang cukup sukses di Sumatera Utara (Sumut) saat itu.
Ibunda Mimin masih memiliki hubungan kekerabatan dengan istri Jenderal Sumitro, mantan Panglima ABRI dan Pangkopkamtib di era 1970-an. Rukmini juga adalah keponakan dari Bantu Hardio, seorang perwira Intel TNI AD yang menikah dengan adik ibunda Rukmini.
Sedangkan Bantu Hardio merupakan adik Arie Bandijoko, komandan kompi taruna selama tahun pertama Pierre di Atekad dan pernah juga menjabat sebagai Asintel KSAD.
Rukmini atau Mimin adalah wanita berdarah Jawa asal Yogyakarta dari keluarga penganut agama Islam yang taat.
Keluarga besarnya termasuk dalam Barisan Muhammadiyah Kota Medan dan Yogyakarta. Mimin juga dikenal sebagai gadis yang saleh dan rajin beribadah. Saat berkenalan dengan Pierre, Rukmini masih duduk di bangku SMA. Umur Pierre Tendean dengan Rukmini terpaut delapan tahun.
Rukmini bukan gadis yang neko-neko, jika dia menginginkan sesuatu tidak lantas menyatakannya. Dia hanya menanti seseorang bertanya, barulah dia berani menyampaikan keinginannya.
Meski usianya delapan tahun lebih muda dari Pierre, sifat Rukmini yang tegas namun lembut membuat Pierre jatuh hati. Mereka berbagi kesamaan dalam hobi, termasuk kecintaan pada olahraga, terutama renang, yang menjadi andalan Rukmini.
Hubungan mereka berkembang meskipun Pierre harus menjalani dinas militer di berbagai tempat. Namun, perbedaan agama menjadi hambatan utama dalam hubungan ini.
Rukmini, yang merupakan penganut Islam yang taat, hanya bersedia melanjutkan hubungan jika Pierre berpindah agama. Demi cintanya, Pierre bersedia memeluk Islam, meski keputusan ini awalnya tidak disetujui oleh kedua orang tuanya, yang taat beragama Kristen.
Pada akhirnya, kedua keluarga bertemu di Yogyakarta awal 1965 untuk membahas masa depan Pierre dan Rukmini. Meski orang tua Pierre meragukan kemampuannya menyesuaikan diri dengan kehidupan keluarga Rukmini yang sangat religius.
Pierre tetap teguh pada keputusannya. Pengalaman adiknya, Rooswidiati, yang menikah dengan seorang Muslim, Muhammad Jusuf Razak, memberi Pierre keyakinan bahwa perbedaan keyakinan bukanlah halangan bagi cintanya.
Pierre bahkan sempat memberikan sumbangan besar untuk pernikahan adiknya sebagai tanda kasih sayangnya. Namun, kebahagiaan keluarga itu hanya sementara. Pierre ditugaskan kembali ke Medan bersama Jenderal Nasution pada 31 Juli 1965.
Namun hal itu menjadi pertemuan terakhirnya dengan Rukmini. Mereka sepakat untuk menikah pada Desember 1965. Namun, takdir berkata lain. Pada 1 Oktober 1965, Pierre diculik, disiksa, dan dibunuh oleh pasukan G30S/PKI.
Rencana pernikahan yang sudah diimpikan harus kandas. Rukmini butuh bertahun-tahun untuk memulihkan luka hatinya. Pada 1972, ia akhirnya menikah dengan seorang karyawan bank dan memiliki tiga anak serta lima cucu.
Rukmini meninggal dunia di usia 72 tahun pada 27 Juli 2019 di Klaten, Jawa Tengah. Kisah cinta Pierre dan Rukmini tetap dikenang sebagai salah satu kisah cinta yang paling menyentuh dan tragis dalam sejarah Indonesia.
Wajah tampan dan karier cemerlangnya sebagai ajudan termuda Jenderal A.H. Nasution membuatnya dikenang, namun sedikit yang tahu tentang kisah asmara yang harus berakhir tragis dan membuat terenyuh.
Ditulis dalam buku “Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi, Biografi Resmi Pierre Tendean", perjalanan cinta Pierre dan Rukmini bermula ketika dua sahabat Pierre, Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi mengajaknya berkenalan dengan Rukmini.
Baca Juga
Meski awalnya Pierre menolak karena ingin fokus pada latihan di Yonzipur I, akhirnya ia menyerah dan setuju untuk bertemu dengan Rukmini. Pertemuan itu membuahkan hasil, Pierre sering mengunjungi rumah Rukmini di Jalan Sekop 4B Medan berdekatan dengan asramanya.
Rukmini, atau Mimin, adalah gadis berdarah Jawa asal Yogyakarta yang dikenal saleh dan taat beragama. Dia juga berasal dari keluarga terpandang di Medan, dengan kekerabatan yang erat dengan tokoh-tokoh militer terkenal, termasuk Jenderal Sumitro dan Arie Bandijoko.
Rukmini adalah anak sulung dari empat saudara dari pasangan Bapak dan Ibu Raden Chamim Rijo Siswopranoto. Chamim adalah seorang wiraswasta yang cukup sukses di Sumatera Utara (Sumut) saat itu.
Ibunda Mimin masih memiliki hubungan kekerabatan dengan istri Jenderal Sumitro, mantan Panglima ABRI dan Pangkopkamtib di era 1970-an. Rukmini juga adalah keponakan dari Bantu Hardio, seorang perwira Intel TNI AD yang menikah dengan adik ibunda Rukmini.
Sedangkan Bantu Hardio merupakan adik Arie Bandijoko, komandan kompi taruna selama tahun pertama Pierre di Atekad dan pernah juga menjabat sebagai Asintel KSAD.
Rukmini atau Mimin adalah wanita berdarah Jawa asal Yogyakarta dari keluarga penganut agama Islam yang taat.
Keluarga besarnya termasuk dalam Barisan Muhammadiyah Kota Medan dan Yogyakarta. Mimin juga dikenal sebagai gadis yang saleh dan rajin beribadah. Saat berkenalan dengan Pierre, Rukmini masih duduk di bangku SMA. Umur Pierre Tendean dengan Rukmini terpaut delapan tahun.
Baca Juga
Rukmini bukan gadis yang neko-neko, jika dia menginginkan sesuatu tidak lantas menyatakannya. Dia hanya menanti seseorang bertanya, barulah dia berani menyampaikan keinginannya.
Meski usianya delapan tahun lebih muda dari Pierre, sifat Rukmini yang tegas namun lembut membuat Pierre jatuh hati. Mereka berbagi kesamaan dalam hobi, termasuk kecintaan pada olahraga, terutama renang, yang menjadi andalan Rukmini.
Hubungan mereka berkembang meskipun Pierre harus menjalani dinas militer di berbagai tempat. Namun, perbedaan agama menjadi hambatan utama dalam hubungan ini.
Rukmini, yang merupakan penganut Islam yang taat, hanya bersedia melanjutkan hubungan jika Pierre berpindah agama. Demi cintanya, Pierre bersedia memeluk Islam, meski keputusan ini awalnya tidak disetujui oleh kedua orang tuanya, yang taat beragama Kristen.
Baca Juga
Pada akhirnya, kedua keluarga bertemu di Yogyakarta awal 1965 untuk membahas masa depan Pierre dan Rukmini. Meski orang tua Pierre meragukan kemampuannya menyesuaikan diri dengan kehidupan keluarga Rukmini yang sangat religius.
Pierre tetap teguh pada keputusannya. Pengalaman adiknya, Rooswidiati, yang menikah dengan seorang Muslim, Muhammad Jusuf Razak, memberi Pierre keyakinan bahwa perbedaan keyakinan bukanlah halangan bagi cintanya.
Pierre bahkan sempat memberikan sumbangan besar untuk pernikahan adiknya sebagai tanda kasih sayangnya. Namun, kebahagiaan keluarga itu hanya sementara. Pierre ditugaskan kembali ke Medan bersama Jenderal Nasution pada 31 Juli 1965.
Namun hal itu menjadi pertemuan terakhirnya dengan Rukmini. Mereka sepakat untuk menikah pada Desember 1965. Namun, takdir berkata lain. Pada 1 Oktober 1965, Pierre diculik, disiksa, dan dibunuh oleh pasukan G30S/PKI.
Rencana pernikahan yang sudah diimpikan harus kandas. Rukmini butuh bertahun-tahun untuk memulihkan luka hatinya. Pada 1972, ia akhirnya menikah dengan seorang karyawan bank dan memiliki tiga anak serta lima cucu.
Rukmini meninggal dunia di usia 72 tahun pada 27 Juli 2019 di Klaten, Jawa Tengah. Kisah cinta Pierre dan Rukmini tetap dikenang sebagai salah satu kisah cinta yang paling menyentuh dan tragis dalam sejarah Indonesia.
(ams)