7 Faktor Penyebab Keruntuhan Kesultanan Mataram Islam, Apa Saja?
loading...
A
A
A
KERUNTUHAN Kesultanan Mataram Islam dipengaruhi sejumlah faktor yang menjadi penyebab. Salah satunya berkaitan dengan adanya campur tangan Belanda.
Kesultanan Mataram Islam adalah sebuah kerajaan bercorak Islam yang pernah muncul di Pulau Jawa. Mengulik sejarah, keberadaannya tak bisa dilepaskan dari sosok Ki Ageng Pemanahan dan putranya, Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati).
Seiring waktu, Mataram Islam terus tumbuh menjadi kerajaan besar. Mereka mengalami era kejayaan pada periode kekuasaan Sultan Agung.
Akan tetapi, masa kejayaan itu tak berlangsung lama. Setelah Sultan Agung wafat, Mataram Islam berangsur mengalami kemunduran hingga keruntuhannya.
Lalu, apa saja faktor penyebab runtuhnya Mataram Islam? Berikut ini ulasannya sebagaimana diolah dari berbagai sumber, Senin (12/8/2024).
Sultan Agung membawa Mataram Islam menuju era kejayaan. Salah satu buktinya bisa dilihat dari wilayah kerajaan yang bertambah luas.
Pada sosoknya, Sultan Agung juga dikenal sangat anti kolonialisme. Saat VOC muncul, dia tak gentar untuk melawannya karena dianggap bisa membahayakan hegemoni kekuasaan Mataram Islam.
Namun, keadaan mulai berubah setelah Sultan Agung wafat. Seakan kehilangan sosok pemimpin, para penerus Sultan Agung belum memiliki kecakapan yang sama dalam memimpin kerajaan.
Sejak kemunculan VOC, Sultan Agung setidaknya telah menyerang Batavia sebanyak dua kali. Akan tetapi, hasilnya memang masih menemui kegagalan.
Pada satu sisi, serangan itu menjadi inspirasi bagi kerajaan lain agar berani menentang VOC. Namun, di sisi lain kegagalan penyerangan secara tidak langsung juga berdampak untuk kondisi ekonomi dan sosial kerajaan.
Akibatnya, keadaan ekonomi rakyat Mataram Islam menjadi lebih sulit dari biasanya. Belum lagi, setelah periode Sultan Agung, penerusnya tidak bisa mengatasi krisis, sehingga kondisi ekonomi kerajaan pun semakin buruk.
Sejalan dengan menurunnya kondisi ekonomi di wilayah Mataram Islam, muncul masalah lain. Sebut saja seperti kemiskinan hingga kelaparan di tengah masyarakat.
Kabar buruknya, kondisi serba kekurangan itu membuat angka kriminalitas meningkat. Terlebih, di daerah-daerah di pedalaman yang memang terdampak secara signifikan oleh krisis ekonomi.
Melihat kondisi Mataram Islam yang ditinggal Sultan Agung, Belanda menjadi lebih berani. Mereka sadar bahwa salah satu musuh terkuatnya telah tumbang, sehingga semakin membuka potensi untuk melebarkan hegemoni VOC tanpa halangan.
Pada langkah-langkahnya, tak jarang Belanda turut memakai cara licik. Misal, seperti siasat adu domba yang ditujukan kepada pewaris kerajaan.
Selain tekanan dari Belanda, Mataram Islam juga dihadapkan pada pemberontakan. Wilayah-wilayah yang dulu ditaklukan Sultan Agung mulai berupaya melepaskan diri.
Alhasil, Mataram Islam pun harus lebih sering lagi bertempur. Gerakan pemberontakan ini juga tidak bisa di atasi oleh para pengganti Sultan Agung, sehingga banyak yang resmi melepaskan diri.
Mirisnya, ada penerus Mataram Islam yang justru berkolaborasi dengan VOC. Hal ini tentunya sangat bertolak belakang dari Sultan Agung yang dikenal anti VOC.
Menurut sejumlah sumber, kebijakan itu diambil karena pihak Istana kesulitan memperbaiki kondisi sosial ekonomi rakyat yang dilanda krisis. Amangkurat I dan para pengganti setelahnya memilih bekerjasama dengan VOC untuk menumpas pemberontakan dari wilayah kekuasaan.
Melihat kesempatan, Belanda yang memang berambisi untuk menguasai tanah Jawa menyambut baik uluran tangan dari Mataram. Sejak itu, Mataram dan VOC selalu terlibat dalam perjanjian yang lebih banyak merugikan pihak kerajaan.
Masuknya Belanda dalam kerajaan turut memperkeruh kondisi di Istana. Melalui taktik adu domba, akhirnya terjadi pergolakan internal.
Puncaknya, masalah harus diakhiri dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Melalui kesepakatan itu, Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan Nagari Kasunanan Surakarta.
Itulah sejumlah faktor penyebab keruntuhan Kesultanan Mataram Islam.
Kesultanan Mataram Islam adalah sebuah kerajaan bercorak Islam yang pernah muncul di Pulau Jawa. Mengulik sejarah, keberadaannya tak bisa dilepaskan dari sosok Ki Ageng Pemanahan dan putranya, Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati).
Seiring waktu, Mataram Islam terus tumbuh menjadi kerajaan besar. Mereka mengalami era kejayaan pada periode kekuasaan Sultan Agung.
Akan tetapi, masa kejayaan itu tak berlangsung lama. Setelah Sultan Agung wafat, Mataram Islam berangsur mengalami kemunduran hingga keruntuhannya.
Lalu, apa saja faktor penyebab runtuhnya Mataram Islam? Berikut ini ulasannya sebagaimana diolah dari berbagai sumber, Senin (12/8/2024).
Penyebab Keruntuhan Kesultanan Mataram Islam
1. Sultan Agung Wafat
Sultan Agung membawa Mataram Islam menuju era kejayaan. Salah satu buktinya bisa dilihat dari wilayah kerajaan yang bertambah luas.
Pada sosoknya, Sultan Agung juga dikenal sangat anti kolonialisme. Saat VOC muncul, dia tak gentar untuk melawannya karena dianggap bisa membahayakan hegemoni kekuasaan Mataram Islam.
Namun, keadaan mulai berubah setelah Sultan Agung wafat. Seakan kehilangan sosok pemimpin, para penerus Sultan Agung belum memiliki kecakapan yang sama dalam memimpin kerajaan.
2. Kemunduran di Bidang Ekonomi dan Sosial
Sejak kemunculan VOC, Sultan Agung setidaknya telah menyerang Batavia sebanyak dua kali. Akan tetapi, hasilnya memang masih menemui kegagalan.
Pada satu sisi, serangan itu menjadi inspirasi bagi kerajaan lain agar berani menentang VOC. Namun, di sisi lain kegagalan penyerangan secara tidak langsung juga berdampak untuk kondisi ekonomi dan sosial kerajaan.
Akibatnya, keadaan ekonomi rakyat Mataram Islam menjadi lebih sulit dari biasanya. Belum lagi, setelah periode Sultan Agung, penerusnya tidak bisa mengatasi krisis, sehingga kondisi ekonomi kerajaan pun semakin buruk.
3. Angka Kriminalitas Meningkat
Sejalan dengan menurunnya kondisi ekonomi di wilayah Mataram Islam, muncul masalah lain. Sebut saja seperti kemiskinan hingga kelaparan di tengah masyarakat.
Kabar buruknya, kondisi serba kekurangan itu membuat angka kriminalitas meningkat. Terlebih, di daerah-daerah di pedalaman yang memang terdampak secara signifikan oleh krisis ekonomi.
4. Tekanan dari Belanda
Melihat kondisi Mataram Islam yang ditinggal Sultan Agung, Belanda menjadi lebih berani. Mereka sadar bahwa salah satu musuh terkuatnya telah tumbang, sehingga semakin membuka potensi untuk melebarkan hegemoni VOC tanpa halangan.
Pada langkah-langkahnya, tak jarang Belanda turut memakai cara licik. Misal, seperti siasat adu domba yang ditujukan kepada pewaris kerajaan.
5. Wilayah Kekuasaan Memberontak
Selain tekanan dari Belanda, Mataram Islam juga dihadapkan pada pemberontakan. Wilayah-wilayah yang dulu ditaklukan Sultan Agung mulai berupaya melepaskan diri.
Alhasil, Mataram Islam pun harus lebih sering lagi bertempur. Gerakan pemberontakan ini juga tidak bisa di atasi oleh para pengganti Sultan Agung, sehingga banyak yang resmi melepaskan diri.
6. Penerus Kerajaan Berkolaborasi dengan VOC
Mirisnya, ada penerus Mataram Islam yang justru berkolaborasi dengan VOC. Hal ini tentunya sangat bertolak belakang dari Sultan Agung yang dikenal anti VOC.
Menurut sejumlah sumber, kebijakan itu diambil karena pihak Istana kesulitan memperbaiki kondisi sosial ekonomi rakyat yang dilanda krisis. Amangkurat I dan para pengganti setelahnya memilih bekerjasama dengan VOC untuk menumpas pemberontakan dari wilayah kekuasaan.
Melihat kesempatan, Belanda yang memang berambisi untuk menguasai tanah Jawa menyambut baik uluran tangan dari Mataram. Sejak itu, Mataram dan VOC selalu terlibat dalam perjanjian yang lebih banyak merugikan pihak kerajaan.
7. Perselisihan Pewaris Tahta
Masuknya Belanda dalam kerajaan turut memperkeruh kondisi di Istana. Melalui taktik adu domba, akhirnya terjadi pergolakan internal.
Puncaknya, masalah harus diakhiri dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Melalui kesepakatan itu, Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan Nagari Kasunanan Surakarta.
Itulah sejumlah faktor penyebab keruntuhan Kesultanan Mataram Islam.
(shf)