Kebengisan Pasukan Khusus Marsose Belanda, Bunuh Pejuang Kemerdekaan dengan Senyap
loading...
A
A
A
Salah satu marsose pribumi yang cukup diakui adalah WC Ferdinandus dari Haruku, Saparua yang berhasil mengalahkan pasukan Maria Langa pimpinan pejuang di NTB pada awal tahun 1900 an.
Selain itu ada nama Robert Talumewo, Simon Leiwakabessy, Stephanus Melfibossert Anthony dan Redjakrama yang berdarah Jawa.
Atas keberanian marsose pribumi ini pemerintah Kolonial Hindia Belanda memberikan Bintang Jasa Militair Willemsorde kelas IV.
Pada 1930 pasukan Marsose di Indonesia resmi dibubarkan. Setelah bubar tak diketahui jelas kemana saja para pasukan ini menyebar.
Tapi, yang pasti mereka benar-benar telah memberikan sejarah kelam dalam dunia militer di Nusantara. Cerita mengenai marsose juga mulai redup sejak kedatangan tentara Dai Nippon di Indonesia.
Tradisi pasukan khusus Belanda di Indonesia dihidupkan kembali oleh putra Letkol WBJA Scheepens, yakni Kapten WJ Scheepens ketika tentara Belanda mendarat pada tahun 1945.
Kapten Scheepens mengembangkan gagasannya untuk membentuk Pasukan Khusus (Speciale Troepens) sehingga pimpinan KNIL menyetujuinya dengan mendirikan Depot Speciale Troepens (DST) pada 15 Juli 1946.
Pasukan DST yang berciri khas berbaret hijau ini dikomandoi oleh Kapten WJ Scheepens personelnya juga direkrut dari berbagai suku dan bangsa.
Pasukan ini diberi pelatihan strategi dan taktik pasukan komando di berbagai tempat mulai dari Polonia, Kalibata hingga akhirnya di Batujajar, Bandung. Lalu pada 20 Juli 1946 Komandan DST diserahterimakan kepada Westerling.
Sekarang tempat latihan pasukan DST di Batujajar digunakan untuk melatih anggota Kopassus, pasukan elite TNI AD. Batujajar, Jawa Barat digunakan untuk mengambil spesialisasi Para dan Komando bagi para anggota Kopassus.
Selain DST terdapat juga pasukan payung Belanda yang bertugas di Indonesia.
Selain itu ada nama Robert Talumewo, Simon Leiwakabessy, Stephanus Melfibossert Anthony dan Redjakrama yang berdarah Jawa.
Atas keberanian marsose pribumi ini pemerintah Kolonial Hindia Belanda memberikan Bintang Jasa Militair Willemsorde kelas IV.
Pada 1930 pasukan Marsose di Indonesia resmi dibubarkan. Setelah bubar tak diketahui jelas kemana saja para pasukan ini menyebar.
Tapi, yang pasti mereka benar-benar telah memberikan sejarah kelam dalam dunia militer di Nusantara. Cerita mengenai marsose juga mulai redup sejak kedatangan tentara Dai Nippon di Indonesia.
Pembentukan DST
Tradisi pasukan khusus Belanda di Indonesia dihidupkan kembali oleh putra Letkol WBJA Scheepens, yakni Kapten WJ Scheepens ketika tentara Belanda mendarat pada tahun 1945.
Kapten Scheepens mengembangkan gagasannya untuk membentuk Pasukan Khusus (Speciale Troepens) sehingga pimpinan KNIL menyetujuinya dengan mendirikan Depot Speciale Troepens (DST) pada 15 Juli 1946.
Pasukan DST yang berciri khas berbaret hijau ini dikomandoi oleh Kapten WJ Scheepens personelnya juga direkrut dari berbagai suku dan bangsa.
Pasukan ini diberi pelatihan strategi dan taktik pasukan komando di berbagai tempat mulai dari Polonia, Kalibata hingga akhirnya di Batujajar, Bandung. Lalu pada 20 Juli 1946 Komandan DST diserahterimakan kepada Westerling.
Sekarang tempat latihan pasukan DST di Batujajar digunakan untuk melatih anggota Kopassus, pasukan elite TNI AD. Batujajar, Jawa Barat digunakan untuk mengambil spesialisasi Para dan Komando bagi para anggota Kopassus.
Selain DST terdapat juga pasukan payung Belanda yang bertugas di Indonesia.