Ratu Shima Penguasa Kerajaan Kalingga, Tegas Tegakkan Hukum dan Suka Beri Hadiah ke Rakyatnya

Kamis, 25 Juli 2024 - 05:49 WIB
loading...
Ratu Shima Penguasa...
Ratu Shima menjadi perempuan pertama di Pulau Jawa yang berkuasa. Ia naik tahta menjadi raja menggantikan suaminya yang meninggal di Kerajaan Kalingga. Foto/Ilustrasi/Instagram @ainusantara
A A A
RATU Shima menjadi perempuan pertama di Pulau Jawa yang berkuasa. Ia naik tahta menjadi raja menggantikan suaminya yang meninggal. Sang ratu berkuasa di Kerajaan Kalingga, Jawa bagian tengah.

Sosoknya terkenal akan keadilannya dalam memimpin Kerajaan Kalingga. Ratu Jay Shima konon akan menghukum setimpal siapapun yang bersalah. Tapi ia juga tidak segan memberikan hadiah kepada siapa pun yang mengabdi kepadanya.



Sikapnya yang adil dan arif ini dibuktikan ketika Ratu Jay Shima dengan memberikan anugerah berupa kampung perdikan kepada orang-orang Upit yang berjasa kepada negara.

Dikutip dari buku "Perempuan - Perempuan Tangguh Penguasa Tanah Jawa" tulisan Krishna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, pemberian Upit yang merupakan salah satu peninggalannya, selain Prasasti Upit, Ratu Jay Shima juga meninggalkan Prasasti Tukmas, Prasasti Sojomerto, Candi Angin, Candi Bubrah.

Prasasti Upit merupakan prasasti yang ditemukan di daerah Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.

Prasasti tersebut menceritakan tentang penganugerahan Ratu Jay Shima terhadap masyarakat Kampung Upit, yang dijadikan sebagai daerah swatantra (bebas pajak).



Saat ini Prasasti Upit disimpan di Museum Purbakala di Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.

Peninggalan berikutnya yang ditinggalkan Ratu Jay Shima adalah Prasasti Tukmas. Prasasti Tukmas yang ditemukan di daerah Kecamatan Grabak, Magelang, Jawa Tengah.

Prasasti ini bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta dan lengkap dengan pahatan berbagai bentuk rupa gambar.

Prasasti ini berisi tentang informasi adanya sungai di lereng Gunung Merapi yang airnya jernih dan diibaratkan seperti aliran Sungai Gangga.

Gambar-gambar yang termuat pada Prasasti Tukmas adalah gambar kapak, kendi, trisula, kelasangka, cakra, dan bunga teratai.

Gambar-gambar tersebut menjadi bukti, bahwa Kerajaan Kalingga memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dengan kebudayaan Hindu dari negeri India.

Letak ditemukan Prasasti Tukmas yang cukup jauh dari perkiraan ibukota kerajaan juga membuktikan kalau cukupan wilayah kekuasaan dari Kerajaan Kalingga cukup luas.

Prasasti Sojomerto merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Kalingga ditemukan di wilayah Kabupaten Batang. Prasasti ini dinamakan Sojomerto karena ditemukan di wilayah Dusun Sojomerto.

Dalam Prasasti Sojomerto ini diketahui bertuliskan dengan huruf Kawi dengan mmenggunakan bahasa Melayu Kuno.

Berdasarkan bentuk prasasti, para ahli memperkirakan bahwa Prasasti Sojomerto dibuat pada abad ke-7 Masehi. Prasasti Sojomerto menceritakan tentang kondisi keluarga Kerajaan Kalingga.

Salah satunya adalah tentang pendiri kerajaan yang bernama Dapunta Sailendra. Dari nama tersebut diperkirakan pendiri Kalingga berasal dari keturunan Dinasti Sailendra.

Selain tiga prasasti, ada dua candi yang menjadi warisan peninggalan Ratu Jay Shima. Kedua candi ini yakni Candi Angin dan Candi Bubrah.

Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Jepara, Jawa Tengah. Dinamakan Candi Angin dikarenakan candi tersebut berdiri di atas daerah yang cukup tinggi.

Sekalipun terpaan angin sangat kencang, namun candi tersebut tetap kokoh dan tidak roboh. Berdasarkan analisa karbon yang dilakukan para ahli, diperkirakan bahwa Candi Angin dibangun sebelum pembangunan Candi Borobudur.

Ciri-ciri Candi Angin tidak adanya ornamen-ornamen Hindu dan Budha. Disimpulkan bahwa Candi Angin diperkirakan dibangun sebelum kebudayaan Hindu dan Budha, berbaur dengan kebudayaan asli Jawa.

Sedangkan Candi Bubrah menjadi peninggalan Ratu Jay Shima yang terakhir. Dinamakan Candi Bubrah, karena saat ditemukan, kondisi candi tersebut sudah luluh lantak.

Dari segi arsitektur dan gaya bangunannya, candi tersebut dibangun pada sekitar abad ke-9 Masehi dengan bercorak kebudayaan Budha.

Candi yang dibuat dari bahan batu andesit tersebut berukuran 12 x 12 meter. Ketika ditemukan reruntuhan candi tersebut, ukuran ketinggiannya tersisa kira-kira hanya dua meter saja.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1602 seconds (0.1#10.140)