Strategi Perang Raden Wijaya Setelah Kematian 2 Wanita Kerajaan Kediri
loading...
A
A
A
Raden Wijaya , sebelum mendirikan Kerajaan Majapahit, berhasil menaklukkan dua pasukan besar: pasukan dari Kerajaan Kediri dan pasukan Mongol dari Cina. Pasukan Mongol sempat membantu Raden Wijaya dalam perang melawan Kediri yang dipimpin oleh Jayakatwang.
Pada awalnya, rencana peperangan berjalan sesuai rencana. Raden Wijaya berhasil membunuh Jayakatwang dan pengikutnya, serta menaklukkan istana Daha, ibu kota kerajaan. Harta rampasan dari Kediri pun jatuh ke tangan gabungan pasukan Raden Wijaya dan Arya Wiraraja.
Namun, kematian permaisuri dan putri cantik Raja Daha mengubah segalanya. Keduanya tewas dengan cara bunuh diri setelah mendengar bahwa anggota kerajaan mereka banyak yang tewas atau ditahan.
Kematian kedua wanita ini menjadi tantangan tersendiri bagi Raden Wijaya. Dalam perjanjian awal dengan Shih-Pi, pimpinan pasukan Mongol, disebutkan bahwa jika kemenangan diraih, pasukan Mongol akan membawa putri Kediri dan sebagian harta rampasan perang.
"Selain itu, di dalam istana Daha masih ada Gayatri, putri Raja Kertanagara yang juga diincar untuk menjadi istri Raden Wijaya," demikian tercantum dalam buku Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit.
Raden Wijaya segera membawa Gayatri dari istana Daha, memanfaatkan momen ketika pasukan Mongol sedang merayakan kemenangan mereka atas Kediri. Namun, niat Raden Wijaya ini tercium oleh pasukan Mongol.
Pasukan Mongol yang mendengar kabar ini menuju Majapahit untuk meminta penjelasan dari Raden Wijaya. Di sisi lain, sahabat setianya Arya Wiraraja berusaha meyakinkan Shih-Pi bahwa Raden Wijaya tidak ingkar janji.
Arya Wiraraja menjelaskan bahwa putri Daha yang termasuk dalam perjanjian telah tewas, sehingga kewajiban Raden Wijaya hanya memberikan sebagian harta rampasan perang dari Kediri. Mengenai Gayatri, Arya Wiraraja menegaskan bahwa ia bukan bagian dari perjanjian tersebut.
Namun, pasukan Mongol terlanjur tidak percaya dan menyerbu Majapahit. Tuntutan mereka untuk menyerahkan putri Jawa membuat rakyat Majapahit bergejolak.
Akhirnya, pasukan Mongol yang baru saja bertempur melawan Kediri harus kembali bertempur di Majapahit. Rakyat Majapahit, yang awalnya tenang, ikut angkat senjata setelah melihat pasukan Mongol menyerang keraton. Pertempuran berlangsung sengit dan berakhir dengan kekalahan pasukan Mongol.
Sebagian besar pasukan Mongol tewas dan sisanya ditahan. Pada saat yang bersamaan, markas mereka di Changgu diserang dan kapal-kapal mereka di Sungai Brantas dihancurkan. Pasukan Mongol yang sedang merayakan kemenangan di Daha tidak menyadari serangan dari Majapahit dan bantuan tentara dari Arya Wiraraja.
Pasukan Mongol yang bertahan di Daha diserang dari selatan dan akhirnya kabur ke utara. Mereka terus dikejar dan diserang habis-habisan oleh pasukan Raden Wijaya dan Arya Wiraraja. Terdesak, mereka melarikan diri ke pantai dan segera berlayar pulang, membawa serta ratusan tawanan dari Daha.
Setelah kekalahan itu, pasukan Mongol tidak pernah lagi mengusik wilayah Jawa, terutama setelah kematian Kubilai Khan akibat perang. Pasukan Mongol yang terkenal perkasa akhirnya kalah, karena kurang berpengalaman dengan kondisi tropis.
Pada awalnya, rencana peperangan berjalan sesuai rencana. Raden Wijaya berhasil membunuh Jayakatwang dan pengikutnya, serta menaklukkan istana Daha, ibu kota kerajaan. Harta rampasan dari Kediri pun jatuh ke tangan gabungan pasukan Raden Wijaya dan Arya Wiraraja.
Namun, kematian permaisuri dan putri cantik Raja Daha mengubah segalanya. Keduanya tewas dengan cara bunuh diri setelah mendengar bahwa anggota kerajaan mereka banyak yang tewas atau ditahan.
Kematian kedua wanita ini menjadi tantangan tersendiri bagi Raden Wijaya. Dalam perjanjian awal dengan Shih-Pi, pimpinan pasukan Mongol, disebutkan bahwa jika kemenangan diraih, pasukan Mongol akan membawa putri Kediri dan sebagian harta rampasan perang.
"Selain itu, di dalam istana Daha masih ada Gayatri, putri Raja Kertanagara yang juga diincar untuk menjadi istri Raden Wijaya," demikian tercantum dalam buku Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit.
Raden Wijaya segera membawa Gayatri dari istana Daha, memanfaatkan momen ketika pasukan Mongol sedang merayakan kemenangan mereka atas Kediri. Namun, niat Raden Wijaya ini tercium oleh pasukan Mongol.
Pasukan Mongol yang mendengar kabar ini menuju Majapahit untuk meminta penjelasan dari Raden Wijaya. Di sisi lain, sahabat setianya Arya Wiraraja berusaha meyakinkan Shih-Pi bahwa Raden Wijaya tidak ingkar janji.
Arya Wiraraja menjelaskan bahwa putri Daha yang termasuk dalam perjanjian telah tewas, sehingga kewajiban Raden Wijaya hanya memberikan sebagian harta rampasan perang dari Kediri. Mengenai Gayatri, Arya Wiraraja menegaskan bahwa ia bukan bagian dari perjanjian tersebut.
Namun, pasukan Mongol terlanjur tidak percaya dan menyerbu Majapahit. Tuntutan mereka untuk menyerahkan putri Jawa membuat rakyat Majapahit bergejolak.
Akhirnya, pasukan Mongol yang baru saja bertempur melawan Kediri harus kembali bertempur di Majapahit. Rakyat Majapahit, yang awalnya tenang, ikut angkat senjata setelah melihat pasukan Mongol menyerang keraton. Pertempuran berlangsung sengit dan berakhir dengan kekalahan pasukan Mongol.
Sebagian besar pasukan Mongol tewas dan sisanya ditahan. Pada saat yang bersamaan, markas mereka di Changgu diserang dan kapal-kapal mereka di Sungai Brantas dihancurkan. Pasukan Mongol yang sedang merayakan kemenangan di Daha tidak menyadari serangan dari Majapahit dan bantuan tentara dari Arya Wiraraja.
Pasukan Mongol yang bertahan di Daha diserang dari selatan dan akhirnya kabur ke utara. Mereka terus dikejar dan diserang habis-habisan oleh pasukan Raden Wijaya dan Arya Wiraraja. Terdesak, mereka melarikan diri ke pantai dan segera berlayar pulang, membawa serta ratusan tawanan dari Daha.
Setelah kekalahan itu, pasukan Mongol tidak pernah lagi mengusik wilayah Jawa, terutama setelah kematian Kubilai Khan akibat perang. Pasukan Mongol yang terkenal perkasa akhirnya kalah, karena kurang berpengalaman dengan kondisi tropis.
(hri)