Tradisi Bersihkan Masjid Panti Sosial Tertua di Garut Jelang Ramadhan

Minggu, 05 Mei 2019 - 05:00 WIB
Tradisi Bersihkan Masjid Panti Sosial Tertua di Garut Jelang Ramadhan
Tradisi Bersihkan Masjid Panti Sosial Tertua di Garut Jelang Ramadhan
A A A
Jika di setiap persimpangan jalan, pusat perbelanjaan, berjubel warga yang sekedar mencari kebutuhan rumah tangga atau melahap makanan, lain hal di Panti Sosial "Ibu Aledja Anggapradja" yang terletak di Jalan Pasundan Kabupaten Garut.

Tak nampak keramaian, suasana begitu hening, tapi semua sibuk dengan aktifitas bersih-bersih menyambut Ramadhan. Tak ada asap dapur mengepul, atau aneka makanan dan hidangan yang dianggap istimewa.

Tapi mereka tetap ceria menikmati tibanya bulan suci Ramadhan. Anak panti perempuan asyik main "bekles", anak pria ada yang main layangan, catur sampai ular tangga.

Selepas Salat Asar, Kepala Panti, Darsih (66), langsung bertepuk tangan, memerintahkan semua anak panti yang berjumlah 55 orang itu membersihkan seluruh ruangan yang sudah ditugaskan.

Anak-anak pun tanpa disuruh lagi ada yang langsung ke dapur mencuci semua peralatan, mengambil sapu untuk menyapu halaman, merapikan jemuran pakaian, sampai bersih-bersih karpet lalu diganti dengan yang baru.

"Nanti malem teh tarawehan kan ?. Cepet ganti karpetna kunu beureum. Buka gudangna (Nanti malam tarawih kan?. Cepat ganti karpet sama yang merah. Buka gudangnya)," ujar Darsih.

Tanpa diperintah lagi, sejumlah anak usia SMP dan SMA langsung megganti karpet lama dengan yang baru. Sekaligus menyapu lantai masjid sambil membersihkan setiap pojok masjid yang berdebu. Serta sebagian lagi membersihkan tempat wudlu, termasuk kamar mandi dan toilet panti.

Menurut Darsih yang sejak 1976 mengelola panti tidak ada tradisi munggahan di panti ini. Anak-anak sudah paham, bahwa kesederhanaan dan kebersahajaan tetap diutamakan karena terpenting dalam menyambut Ramadhan bagaimana mempersiapkan diri dalam meningkatkan kualitas keimanan dan keislaman.

"Tak ada suasana berbeda meski diluar panti begitu banyak orang berlalu lalang karena di panti yang berdiri sejak 1946 ini memang tak ada istilah munggahan. Kalau keramas memang diwajibkan," ujar Darsih beberapa waktu lalu.

Tak hanya ketika munggahan, ketika lebaran juga tak ada perubahan suasana. Hari pertama lebaran semua anak panti kumpul salaman, lalu di data siapa yang akan mudik pulang kampung.

"Disini kan kebanyakan yang yatim piatu, yatim atau tidak mampu. Jadi mudiknya selepas lebaran," ujarnya. Mengenai aktifitas selama Ramadhan, seperti hari biasa saja. Urusan bangun tidur sudah terbiasa semua anak panti bangun sekira pukul 03.30 WIB.

"Kecuali aktifitas sore sejak pukul empat sudah di masjid untuk tadarus sambil menunggu buka puasa. Untuk salat tarawih, pihak panti memiliki tiga imam masjid yang selang dalam waktu dua hari sekali bergantian menjadi imam masjid," tuturnya.

Ada sejumlah kegiatan panti yang biasa dilakukan mulai pukul 14.00 hingga pukul 17.00 WIB. Mereka sejak hari Senin dan Kamis belajar bahasa Inggris, Selasa dan Rabu belajar Silat, Jumat dengan degung, dan Sabtu Minggu belajar baronsai sampai taiko.

Pembelajaran selama dipanti menjadi bekal mereka, karena selepas SMA biasanya mereka keluar memulai hidup baru di dunia luar panti.
"Nah untuk bulan puasa ini jadwalnya sampai jam 4 saja karena selanjutnya di masjid," kata Darsih.

Panti yang mulanya dibawah naungan Paguyuban Pasundan Istri ini boleh dibilang panti sosial pertama di Kabupaten Garut. Sejak 1946 berdiri sudah memberdayakan ribuan orang tidak mampu sampai bisa mandiri di dunia luar. Menghadapi bulan suci Ramadhan, mereka tetap menebar keceriaan meski dengan situasi dan kondisi keterbatasan.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.8769 seconds (0.1#10.140)