PLTA Batangtoru Ramah Lingkungan dan Irit Lahan

Minggu, 17 Maret 2019 - 17:12 WIB
PLTA Batangtoru Ramah Lingkungan dan Irit Lahan
PLTA Batangtoru Ramah Lingkungan dan Irit Lahan
A A A
TAPANULI SELATAN - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Batangtoru, Tapanuli Selatan , Sumut, berkapasitas 510 MW ramah lingkungan.

Hal itu diungkapkan Dirjen Ketenagalistrikan Rida Mulyana saat kunjungan kerja ke lokasi PLTA Batangtoru , Sabtu (17/3/2019) melalui Hendra Iswahyudi, Direktur Bina Usaha Ketenagalistrikan. (Baca Juga: PT NSHE Yakinkan PLTA Batangtoru Dirancang Ramah Lingkungan)

Menurutnya, PLTA ini membutuhkan lahan yang sedikit artinya dari 600 Hektare (Ha) Areal Penggunaan Lain (APL) yang telah dibebaskan cuma butuh sekitar 122 Ha untuk bangunan permanen yang 66 Ha. Di antaranya untuk genangan air dan sisa yang 400 Ha nantinya akan dihutankan kembali.

"Keberadaan hutan sangat penting menjaga air sebagai bahan baku keberlangsungan PLTA ke depan," kata dia seraya membandingkan kapasitas 510 MW daya listrik menggunakan batubara, sudah seberapa tinggi polusi udara yang ditimbulkan?

Proyek ini, kata dia, juga meningkatkan porsi pemerintah mewujudkan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang saat ini baru mencapai 13 persen dan diharapkan akan mencapai 23 persen pada tahun 2025.

"Bayangkan saja 510 MW itu bukan kecil, dia bisa memberikan penerangan kepada 510 ribu rumah tangga 900 watt," katanya. Kemudian energi listrik dihasilkan PLTA ini akan disalurkan interkoneksi Sumatera, dan penggunaan hanya pada beban puncak.

Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan juga pernah menyatakan PLTA Batangtoru akan mampu mengatasi krisis listrik Sumatera Utara. Ke depan dapat menggantikan peran pembangikit listrik tenaga diesel (PLTD) yang biaya produksinya relatif lebih mahal yang sampai saat ini masih diperlukan untuk mencegah pemadaman.

Lebih jauh Hendra mengatakan pertumbuhan kebutuhan akan energi listrik masyarakat dan industri pasti akan bertambah. Karena itu PLTA Batangtoru diharap akan menjawab kebutuhan itu nantinya di samping sumber EBT lainnya.

Irit Penggunaan Lahan
Terpisah, Agus Djoko Ismanto, Senior Advisor Lingkungan PT NSHE menyebut luas lahan yang dipakai PLTA 510 MW sangatlah kecil cuma 0,07 persen atau seluas 122 Ha dibanding total ekosistem Batangtoru berstatus APL seluas 163.846 Ha.

"Dengan mengikuti regulasi Kementerian Lingkungan Hidup dan menggandeng Universitas Sumatera Utara (USU), PT NSHE memiliki program reboisasi dan pelestarian lingkungan sepanjang daerah aliran sungai Batangtoru," ujarnya.

Bahkan kata dia, dalam menjalankan program tersebut NSHE yang memiliki sejumlah pakar ahli lingkungan juga melibatkan kelompok pecinta alam. "Nyawa PLTA itu adalah air, dan sangat tidak mungkin kami merusak lingkungan sebagai penyangga air,” terang Agus.

"PLTA Batangtoru juga memberikan kontribusi sistem penyangga kehidupan dan keberlanjutan suplai air, selain pengendalian erosi pada tebing dan bukit juga meningkatkan daya dukung lingkungan dan konservasi habitat Orangutan Tapanuli serta satwa lainnya," pungkasnya.

Menurut Agus, tidak lah mungkin sebuah investasi pembangunan yang besar hingga mencapai Rp21 triliun untuk di sia-siakan. "PLTA ini demi masa depan anak cucu, soalnya banyak potensi ekonomi yang terberdayakan dari proyek ini," tandasnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.8047 seconds (0.1#10.140)