Rahasia Minyak Klentik Kelapa Ala Kitab Mustika Rasa Bung Karno
loading...
A
A
A
TANAMAN kelapa atau utamanya buah kelapa mendapat perhatian khusus dalam Kitab Mustika Rasa, yakni kitab masakan dengan kumpulan resep Nusantara yang disusun Pemerintahan Soekarno atau Bung Karno.
Kitab Mustika Rasa diketahui disusun dalam rangka proyek ketahanan pangan sekaligus menjaga gizi rakyat. Pada era kekinian, makan siang gratis merupakan bagian dari proyek ketahanan pangan.
Kita tentu tidak asing dengan kelapa hijau yang buah dan pohonnya besar-besar. Juga kelapa merah, gading, puyuh, manis, kopyor dan lilin. Kitab Mustika Rasa tidak hanya mengulas jenis buah kelapa beserta kandungannya.
Tapi juga memberi panduan bagaimana buah kelapa tidak hanya bisa dinikmati daging buahnya, kesegaran airnya, melainkan juga menghasilkan minyak untuk goreng-menggoreng.
Buah kelapa besar yang memiliki berat rata-rata 2 kg, daging ½ kg dan air ½ liter, mengandung minyak 66 %. Sedangkan buah kecil dengan berat 1 kg, daging 400 gram, dan air 200 cc mengandung minyak 68 %.
Mereka yang tumbuh era 90-an tentu masih ingat istilah minyak klentik atau blondo yang berasa gurih manis di lidah.
Melalui sejumlah cara memasak, dari sebutir buah kelapa dihasilkan minyak yang dilekati nama sesuai prosesnya. Berikut jenis minyak kelapa serta cara bikinnya sesuai Kitab Mustika Rasa:
Sesuai namanya, klentik. Proses pembuatan minyak kelapa klentik melalui cara diklentik, yakni buah kelapa diparut, diambil santannya, lalu santan direbus hingga minyak mengambang di atas santan.
Minyak diambil dengan cara disendoki, dan endapan yang ada di bawah diberi nama belondo, rasanya manis dan gurih.
Pada saat penyimpanan, ampas dipadatkan dengan cara diinjak-injak dengan kaki. Orang-orang memberi nama bahan ampas itu gabar dengan kandungan minyak sekitar 5%.
Setelah melalui proses pemeraman, gabar diperas dengan perkakas pemeras terbuat dari kayu. Minyak yang dihasilkan mendapat sebutan minyak bledigan.
Berasal dari buah kelapa yang belum tua yang sebelumnya direndam air selama 2 hari 2 malam. Setelah dientas, buah kelapa ditutup dengan daun pisang selama 1 malam.
Setelah itu buah diparut dan disimpan dalam panci selama 1 malam. Parutan buah kelapa itu kemudian dijemur selama 2 hari dan diperas dengan perkakas pemeras terbuat dari kayu.
Minyak yang dihasilkan dari pemerasan itu dinamai minyak botokan.
Bahannya adalah daging kelapa yang diparut dan kemudian dipendam dalam tanah beberapa hari. Bahan itu kemudian dikeluarkan untuk diinjak-injak dengan kaki.
Injakan itu mengeluarkan minyak. Lantaran berbau tidak enak alias bacin, minyak ini biasanya hanya dipakai untuk bahan bakar lampu.
Proses pembuatannya kopra yang sudah dibersihkan digiling halus, lalu diperas dengan suhu tinggi oleh mesin hidraulik. Minyak yang keluar disaring bersih, dan bila perlu diputihkan termasuk menyingkirkan aroma yang tidak sedap.
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
Kitab Mustika Rasa diketahui disusun dalam rangka proyek ketahanan pangan sekaligus menjaga gizi rakyat. Pada era kekinian, makan siang gratis merupakan bagian dari proyek ketahanan pangan.
Baca Juga
Kita tentu tidak asing dengan kelapa hijau yang buah dan pohonnya besar-besar. Juga kelapa merah, gading, puyuh, manis, kopyor dan lilin. Kitab Mustika Rasa tidak hanya mengulas jenis buah kelapa beserta kandungannya.
Tapi juga memberi panduan bagaimana buah kelapa tidak hanya bisa dinikmati daging buahnya, kesegaran airnya, melainkan juga menghasilkan minyak untuk goreng-menggoreng.
Buah kelapa besar yang memiliki berat rata-rata 2 kg, daging ½ kg dan air ½ liter, mengandung minyak 66 %. Sedangkan buah kecil dengan berat 1 kg, daging 400 gram, dan air 200 cc mengandung minyak 68 %.
Mereka yang tumbuh era 90-an tentu masih ingat istilah minyak klentik atau blondo yang berasa gurih manis di lidah.
Melalui sejumlah cara memasak, dari sebutir buah kelapa dihasilkan minyak yang dilekati nama sesuai prosesnya. Berikut jenis minyak kelapa serta cara bikinnya sesuai Kitab Mustika Rasa:
Minyak Klentik
Sesuai namanya, klentik. Proses pembuatan minyak kelapa klentik melalui cara diklentik, yakni buah kelapa diparut, diambil santannya, lalu santan direbus hingga minyak mengambang di atas santan.
Minyak diambil dengan cara disendoki, dan endapan yang ada di bawah diberi nama belondo, rasanya manis dan gurih.
Minyak Bledigan
Minyak berasal dari ampas kelapa yang sudah diambil santannya. Proses pembuatan dimulai dengan menyimpan ampas dalam keranjang dengan durasi waktu simpan 4-5 bulan.Pada saat penyimpanan, ampas dipadatkan dengan cara diinjak-injak dengan kaki. Orang-orang memberi nama bahan ampas itu gabar dengan kandungan minyak sekitar 5%.
Setelah melalui proses pemeraman, gabar diperas dengan perkakas pemeras terbuat dari kayu. Minyak yang dihasilkan mendapat sebutan minyak bledigan.
Minyak Botokan
Berasal dari buah kelapa yang belum tua yang sebelumnya direndam air selama 2 hari 2 malam. Setelah dientas, buah kelapa ditutup dengan daun pisang selama 1 malam.
Setelah itu buah diparut dan disimpan dalam panci selama 1 malam. Parutan buah kelapa itu kemudian dijemur selama 2 hari dan diperas dengan perkakas pemeras terbuat dari kayu.
Minyak yang dihasilkan dari pemerasan itu dinamai minyak botokan.
Minyak Bacin
Bahannya adalah daging kelapa yang diparut dan kemudian dipendam dalam tanah beberapa hari. Bahan itu kemudian dikeluarkan untuk diinjak-injak dengan kaki.
Injakan itu mengeluarkan minyak. Lantaran berbau tidak enak alias bacin, minyak ini biasanya hanya dipakai untuk bahan bakar lampu.
Minyak Kopra
Proses pembuatannya kopra yang sudah dibersihkan digiling halus, lalu diperas dengan suhu tinggi oleh mesin hidraulik. Minyak yang keluar disaring bersih, dan bila perlu diputihkan termasuk menyingkirkan aroma yang tidak sedap.
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
(shf)