Kuto Gawang, Keraton Kerajaan Palembang yang Hilang Misterius Dihancurkan VOC
loading...
A
A
A
Di mana orang-orang Tionghoa dan Portugis tinggal di tepi Sungai Musi. Sebagaimana dilukiskan dalam sketsa Joan Van der Laen, kota menghadap ke arah Sungai Musi, atau ke arah selatan dengan pintu masuknya melalui Sungai Rengas.
Di sebelah timurnya berbatasan dengan Sungai Taligawe, dan di sebelah baratnya berbatasan dengan Sungai Buah. Pada gambar sketsa tahun 1659, Sungai Taligawe, Sungai Rengas, dan Sungai Buah, tampak terus ke arah utara dan satu sama lain tidak bersambung.
Sebagai batas kota sisi utara dibatasi dengan pagar dari kayu besi dan kayu unglen.
Di tengah benteng tampak berdiri megah bangunan keraton, yang letaknya di sebelah barat Sungai Rengas. Benteng keraton ini mempunyai tiga buah baluarti, yang dibuat dari konstruksi batu.
Orang-orang asing ditempatkan di seberang sungai tepatnya di sisi selatan Sungai Musi, sebelah barat muara Sungai Komering, atau sekarang daerah Seberang Ulu, Plaju. Sayang Keraton Kuto Gawang ini akhirnya dihancurkan oleh VOC pada tahun 1659.
Kemudian oleh Susuhunan Abdurrahman pusat pemerintahan dipindahkan ke Beringin Janggut, yang letaknya di sekitar kawasan Masjid Lama II.
Sayang hingga sekarang ini tidak ditemukan data tertulis, maupun gambar sketsa mengenai keberadaan, bentuk, dan ukuran keraton. Daerah sekitar Keraton Beringin Janggut dibatasi oleh sungai-sungai yang saling berhubungan.
Kawasan keraton sendiri dibatasi oleh Sungai Musi di selatan, Sungai Tengkuruk di sebelah barat, Sungai Penedan di sebelah utara, dan Sungai Rendang/Sungai Karang Waru di sebelah timur.
Sungai Penedan adalah sebuah kanal yang menghubungkan Sungai Kemenduran, Sungai Kapuran, dan Sungai Kebon Duku.
Di sebelah timurnya berbatasan dengan Sungai Taligawe, dan di sebelah baratnya berbatasan dengan Sungai Buah. Pada gambar sketsa tahun 1659, Sungai Taligawe, Sungai Rengas, dan Sungai Buah, tampak terus ke arah utara dan satu sama lain tidak bersambung.
Sebagai batas kota sisi utara dibatasi dengan pagar dari kayu besi dan kayu unglen.
Di tengah benteng tampak berdiri megah bangunan keraton, yang letaknya di sebelah barat Sungai Rengas. Benteng keraton ini mempunyai tiga buah baluarti, yang dibuat dari konstruksi batu.
Orang-orang asing ditempatkan di seberang sungai tepatnya di sisi selatan Sungai Musi, sebelah barat muara Sungai Komering, atau sekarang daerah Seberang Ulu, Plaju. Sayang Keraton Kuto Gawang ini akhirnya dihancurkan oleh VOC pada tahun 1659.
Kemudian oleh Susuhunan Abdurrahman pusat pemerintahan dipindahkan ke Beringin Janggut, yang letaknya di sekitar kawasan Masjid Lama II.
Sayang hingga sekarang ini tidak ditemukan data tertulis, maupun gambar sketsa mengenai keberadaan, bentuk, dan ukuran keraton. Daerah sekitar Keraton Beringin Janggut dibatasi oleh sungai-sungai yang saling berhubungan.
Kawasan keraton sendiri dibatasi oleh Sungai Musi di selatan, Sungai Tengkuruk di sebelah barat, Sungai Penedan di sebelah utara, dan Sungai Rendang/Sungai Karang Waru di sebelah timur.
Sungai Penedan adalah sebuah kanal yang menghubungkan Sungai Kemenduran, Sungai Kapuran, dan Sungai Kebon Duku.
(ams)