Sejarah dan Isi Sumpah Palapa, Manifestasi Program Politik Gajah Mada di Kerajaan Majapahit
loading...
A
A
A
SUMPAH Palapa yang diucapkan Mahapatih Gajah Mada menjadi tonggak penting dari masa keemasan Kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Raja Prabu Hayam Wuruk.
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu terbesar yang memiliki pengaruh kekuasaan di Nusantara. Kerajaan ini bertahta lebih dari tiga setengah abad dengan meneruskan kekuasaan kerajaan Hindu terdahulu.
Wilayah kekuasaan Majapahit mencakup Nusantara dengan batas ujung daratan paling barat Asia Tenggara hingga daratan timur Asia Tenggara. Masa kejayaan ini tidak lepas dari peran seorang Raja dan Mahapatihnya terkenal.
Masa Kejayaan Majapahit pada saat itu dipimpin oleh Raja Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) dan jabatan Mahapatih diduduki oleh Gajah Mada (1334-1359).
Gajah Mada adalah Mahapatih Amangkubhumi yang berjasa menyatukan wilayah-wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Keberhasilan Gajah Mada tersebut tidak terlepas dari kemampuannya dalam bidang strategi politik, selain itu juga ikrar Sumpah Palapa yang pernah disampaikannya.
Dilansir dari Jurnal bertajuk "Sejarah Peristiwa Sumpah Palapa dalam Kitab Pararaton", Kitab Pararaton menjelaskan setelah peristiwa Sadeng, Gajah Mada kemudian dilantik oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi untuk menjadi Patih Amangkubumi Majapahit.
Pada saat itu wilayah Kerajaan Majapahit sedang mengalami konflik saat terjadi pemberontakan ketika Majapahit menaklukkan wilayah Sadeng dan Keta.
Peristiwa tersebut berawal dari ulah Ra Kembar yang membuat marah Gajah Mada dan para menteri. Gajah Mada mendapat berita tentang pengepungan Sedeng yang dilakukan oleh Ra Kembar.
Sebagai seorang ksatria sejati yang sangat peduli terhadap negaranya, Gajah Mada kemudian mengabdikan diri untuk ikut serta melindungi Majapahit dari serangan-serangan luar. Di lain pihak, Patih Amangkubhumi Arya Tadah sedang menderita sakit parah.
Patih Amangkubhumi Arya Tadah merasa dirinya sudah tak mampu lagi menjalankan pemerintahan. Arya Tadah kemudian meminta Gajah Mada untuk menggantikan posisinya menjadi patih.
Pelantikan Gajah Mada menjadi patih tidak lepas dari pengabdian dan perjuangannya yang begitu besar kepada Majapahit.
Pelantikan Gajah Mada sebagai Mahapatih di Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kebijakan yang dibuat oleh Tribhuwana Tunggadewi. Kebijakan tersebut bertujuan untuk memperkuat kekuasaan kerajaan Majapahit.
Setelah pengangkatan sebagai Mahapatih, Gajah Mada kemudian mengucapkan Sumpah Palapa di Balairung Istana di hadapan para pembesar Majapahit.
"Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi, sira Gajah Mada: 'Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa"
Artinya: Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin menikmati palapa (melepaskan puasa). Beliau Gajah Mada, "jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) menikmati palapa (melepaskan puasa).
Sumpah Palapa merupakan manifestasi program politik Gajah Mada terhadap Majapahit. Selama menjadi Patih Amangkubumi, Gajah Mada telah menerapkan sumpahnya tersebut ke dalam manifestasi politik Majapahit dengan menginvasi beberapa wilayah di Nusantara.
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu terbesar yang memiliki pengaruh kekuasaan di Nusantara. Kerajaan ini bertahta lebih dari tiga setengah abad dengan meneruskan kekuasaan kerajaan Hindu terdahulu.
Wilayah kekuasaan Majapahit mencakup Nusantara dengan batas ujung daratan paling barat Asia Tenggara hingga daratan timur Asia Tenggara. Masa kejayaan ini tidak lepas dari peran seorang Raja dan Mahapatihnya terkenal.
Masa Kejayaan Majapahit pada saat itu dipimpin oleh Raja Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) dan jabatan Mahapatih diduduki oleh Gajah Mada (1334-1359).
Gajah Mada adalah Mahapatih Amangkubhumi yang berjasa menyatukan wilayah-wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Keberhasilan Gajah Mada tersebut tidak terlepas dari kemampuannya dalam bidang strategi politik, selain itu juga ikrar Sumpah Palapa yang pernah disampaikannya.
Sejarah Sumpah Palapa
Dilansir dari Jurnal bertajuk "Sejarah Peristiwa Sumpah Palapa dalam Kitab Pararaton", Kitab Pararaton menjelaskan setelah peristiwa Sadeng, Gajah Mada kemudian dilantik oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi untuk menjadi Patih Amangkubumi Majapahit.
Pada saat itu wilayah Kerajaan Majapahit sedang mengalami konflik saat terjadi pemberontakan ketika Majapahit menaklukkan wilayah Sadeng dan Keta.
Peristiwa tersebut berawal dari ulah Ra Kembar yang membuat marah Gajah Mada dan para menteri. Gajah Mada mendapat berita tentang pengepungan Sedeng yang dilakukan oleh Ra Kembar.
Sebagai seorang ksatria sejati yang sangat peduli terhadap negaranya, Gajah Mada kemudian mengabdikan diri untuk ikut serta melindungi Majapahit dari serangan-serangan luar. Di lain pihak, Patih Amangkubhumi Arya Tadah sedang menderita sakit parah.
Patih Amangkubhumi Arya Tadah merasa dirinya sudah tak mampu lagi menjalankan pemerintahan. Arya Tadah kemudian meminta Gajah Mada untuk menggantikan posisinya menjadi patih.
Pelantikan Gajah Mada menjadi patih tidak lepas dari pengabdian dan perjuangannya yang begitu besar kepada Majapahit.
Pelantikan Gajah Mada sebagai Mahapatih di Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kebijakan yang dibuat oleh Tribhuwana Tunggadewi. Kebijakan tersebut bertujuan untuk memperkuat kekuasaan kerajaan Majapahit.
Isi Sumpah Palapa
Setelah pengangkatan sebagai Mahapatih, Gajah Mada kemudian mengucapkan Sumpah Palapa di Balairung Istana di hadapan para pembesar Majapahit.
"Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi, sira Gajah Mada: 'Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa"
Artinya: Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin menikmati palapa (melepaskan puasa). Beliau Gajah Mada, "jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) menikmati palapa (melepaskan puasa).
Sumpah Palapa merupakan manifestasi program politik Gajah Mada terhadap Majapahit. Selama menjadi Patih Amangkubumi, Gajah Mada telah menerapkan sumpahnya tersebut ke dalam manifestasi politik Majapahit dengan menginvasi beberapa wilayah di Nusantara.
(shf)