Sekolah Damai Digelar di Banyuwangi, Tegaskan Toleransi Itu Satu Keharusan
loading...
A
A
A
Menurutnya, kalau santri itu akan diajarkan pertama itu adalah belajar agama. Kedua adalah menginternalisasi agama melalui apa-apa yang disebut dengan suluk.
Di pesantren tasawuf seperti di Darussalam ini, bukan hanya belajar agama tapi meresapi agama melalui suluk. Dia menyebut para santri inilah yang akan menjadi generasi yang tahu agama dan tidak diprovokasi oleh nafsu dalam diri ketika melihat perbedaan.
Jadi, lanjutnya, kalau santri itu pasti telah belajar agama dan mereka tahu bahwa toleransi itu adalah satu keharusan karena perbedaan itu satu kenyataan dan keniscayaah Tuhan yang tercantum dalam Alquran. Sebab, Tuhan menciptakan dunia dengan manusia dan segala isinya dengan berbagai perbedaan.
“Intinya bahwa toleransi adalah ajaran Islam terhadap perbedaan. Perpecahan adalah musuh Islam yang harus dilawan. Jadi musuh kita itu bukan peradaban yang berbeda tapi orang-orang yang tidak siap menerima perbedaan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Habib Ja’far menguraikan terkait intoleransi, kekerasan, dan bullying. Menurutnya, orang yang punya intoleransi dia akan menyebabkan kekacauan sehingga tidak ada kedamaian.
“Ciri orang islam itu menurut Nabi Muhammad bukan hanya salat, puasa, zakat haji, tapi bisa memberikan rasa damai bagai siapa saja. Maka orang tidak toleran bukan muslim. Muslim itu yang tasamuh, memberikan rasa damai dan toleransi bagi orang sekitar,” jelasnya.
Ia mengatakan, ada empat jenjang toleransi. Pertama intra agama sesama orang Islam yaitu ukhuwah islamiyah, kalau beda agama atas namanya ukhuwah wathoniyah, toleransi antar warga negara. Kalau beda suku, beda agama, tapi satu warga negara maka sesama orang indonesia adalah saudara.
“Kalau dia bukan orang indonesia bukan Islam, maka toleransi kita ukuhuwah insaniyah. Persaudaraan sesama manusia. Sedangkan kalau dia bukan manusia, toleransi ukhuwah mahmudiyah persaudaran dalam toleransi sesama makhluk Tuhan,” tuturnya.
Habib Ja’far juga menuturkan empat unsur Islam toleran. Pertama Islam yang tidak takfiri, tidak mudah mengkafirkan orang lain. Kedua dia tidak menjadikan kekerasan sebagai jalan iuntuk menyeleaikan masalah. Kalau ada masalah dia cari solusi damai bukan dengan kekerasan. Ketiga tidak anti nilai-nilai kebangsan. Kempat tidak anti nilai budaya.
“Kemudian jangan lupa, non-muslim itu menilai Islam tidak dari Alquran atau zhadits maupun sebagainya, melainkan mereka ini melihat dari kita umat muslim dari tindak tanduk sebagai agen atau marketing islam. Maka dari itu kita sebagai muslim harus bisa memberikan contoh dalam berkehidupan dan beribadah yang baik dimanapun karena nama islam harus senantiasa kita jaga,” pungkasnya.
Di pesantren tasawuf seperti di Darussalam ini, bukan hanya belajar agama tapi meresapi agama melalui suluk. Dia menyebut para santri inilah yang akan menjadi generasi yang tahu agama dan tidak diprovokasi oleh nafsu dalam diri ketika melihat perbedaan.
Jadi, lanjutnya, kalau santri itu pasti telah belajar agama dan mereka tahu bahwa toleransi itu adalah satu keharusan karena perbedaan itu satu kenyataan dan keniscayaah Tuhan yang tercantum dalam Alquran. Sebab, Tuhan menciptakan dunia dengan manusia dan segala isinya dengan berbagai perbedaan.
“Intinya bahwa toleransi adalah ajaran Islam terhadap perbedaan. Perpecahan adalah musuh Islam yang harus dilawan. Jadi musuh kita itu bukan peradaban yang berbeda tapi orang-orang yang tidak siap menerima perbedaan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Habib Ja’far menguraikan terkait intoleransi, kekerasan, dan bullying. Menurutnya, orang yang punya intoleransi dia akan menyebabkan kekacauan sehingga tidak ada kedamaian.
“Ciri orang islam itu menurut Nabi Muhammad bukan hanya salat, puasa, zakat haji, tapi bisa memberikan rasa damai bagai siapa saja. Maka orang tidak toleran bukan muslim. Muslim itu yang tasamuh, memberikan rasa damai dan toleransi bagi orang sekitar,” jelasnya.
Ia mengatakan, ada empat jenjang toleransi. Pertama intra agama sesama orang Islam yaitu ukhuwah islamiyah, kalau beda agama atas namanya ukhuwah wathoniyah, toleransi antar warga negara. Kalau beda suku, beda agama, tapi satu warga negara maka sesama orang indonesia adalah saudara.
“Kalau dia bukan orang indonesia bukan Islam, maka toleransi kita ukuhuwah insaniyah. Persaudaraan sesama manusia. Sedangkan kalau dia bukan manusia, toleransi ukhuwah mahmudiyah persaudaran dalam toleransi sesama makhluk Tuhan,” tuturnya.
Habib Ja’far juga menuturkan empat unsur Islam toleran. Pertama Islam yang tidak takfiri, tidak mudah mengkafirkan orang lain. Kedua dia tidak menjadikan kekerasan sebagai jalan iuntuk menyeleaikan masalah. Kalau ada masalah dia cari solusi damai bukan dengan kekerasan. Ketiga tidak anti nilai-nilai kebangsan. Kempat tidak anti nilai budaya.
“Kemudian jangan lupa, non-muslim itu menilai Islam tidak dari Alquran atau zhadits maupun sebagainya, melainkan mereka ini melihat dari kita umat muslim dari tindak tanduk sebagai agen atau marketing islam. Maka dari itu kita sebagai muslim harus bisa memberikan contoh dalam berkehidupan dan beribadah yang baik dimanapun karena nama islam harus senantiasa kita jaga,” pungkasnya.