Kisah Kematian Tamperan dan Pangereyep usai Dihujani Ribuan Panah Geger Sunten
loading...
A
A
A
Tamperan Barmawijaya, Raja Sunda konon pernah terlibat skandal perselingkuhan saat bertahta. Sang raja bahkan sampai melahirkan seorang anak dari hubungan gelapnya dengan perempuan cantik bernama Pangereyep.
Sosoknya juga suka berjudi sabung ayam, hingga meresahkan rakyatnya. Konon sifat-sifat buruk itu mewarisi Mandiminyak, leluhurnya dari Kerajaan Galuh yang sama-sama berada di tanah Sunda.
Tamperan Barmawijaya kerap membuat skandal asmara, hingga suka bermain perempuan.
Alhasil sang raja kala itu menghamili perempuan cantik hingga melahirkan anak dari hasil hubungan gelapnya. Kamarasa (Banga) nama anak yang dilahirkan dari rahim Pangereyep, demikian nama perempuan itu dikutip dari "Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada".
Selain kerap berselingkuh dan bermain perempuan, Tamperan konon kerap menyabung ayam alias berjudi. Hal ini yang membuat ia tak menyadari adanya musuh dari luar yang menghantuinya.
Salah satunya ketika bertemu Manarah atau Ciung Wanara, yang mempersiapkan pemberontakan merebut tahta dari Tamperan. Apalagi Ciung Wanara mendapat dukungan dari Ki Balangantrang dari Geger Sunten, dalam mempersiapkan segala upaya pemberontakan.
Skenario serangan pun diusung oleh Ciung Wanara ke tlatah ibu kota Sunda.Pada siang hari bertepatan pesta sabung ayam, pasukan Manarah menyerbu. Kudeta Manarah menuai hasil, dalam waktu singkat, kekuasaan Tamperan dapat dikuasai oleh Manarah.
Tamperan, Pangrenyep, dan Banga ditawan di gelanggang sabung ayam. Tetapi Banga sang anak Tamperan, akhirnya dibiarkan bebas.Namun Banga pulalah yang membantu Tamperan dan Pangrenyep bebas dari jeratan Manarah.
Nahas saat keduanya keluar dari tawanan Manarah, usaha Tamperan dan Pangrenyep, yang akan melarikan diri pada malam hari kandas. Keduanya tewas dihujani ribuan panah oleh pasukan Geger Sunten.
Tewasnya Tamperan didengar oleh Sanjaya yang telah memerintah di Kerajaan Medang Mataram Kuno periode Jawa Tengah. Sanjaya pun segera mengerahkan pasukannya untuk menyerang Galuh.
Manarah yang mendapatkan laporan dari telik sandi telah bersiaga untuk menghadapi pasukan Mataram.Dengan mendapat dukungan sisa-sisa pasukan Indraprastha Wanagiri dan raja - raja Kuningan, pasukan Galuh bertempur melawan pasukan Medang.
Perang besar sesama trah Wretikandayun itu berakhir, setelah Raja Resi Demunawan dari Saunggalah melalui Perjanjian Galuh, menghasilkan kesepakatan. Di perjanjian itu dihasilkan keputusan bahwa Galuh diserahkan pada Manarah, dan Sunda pada Banga.
Sosoknya juga suka berjudi sabung ayam, hingga meresahkan rakyatnya. Konon sifat-sifat buruk itu mewarisi Mandiminyak, leluhurnya dari Kerajaan Galuh yang sama-sama berada di tanah Sunda.
Tamperan Barmawijaya kerap membuat skandal asmara, hingga suka bermain perempuan.
Alhasil sang raja kala itu menghamili perempuan cantik hingga melahirkan anak dari hasil hubungan gelapnya. Kamarasa (Banga) nama anak yang dilahirkan dari rahim Pangereyep, demikian nama perempuan itu dikutip dari "Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada".
Selain kerap berselingkuh dan bermain perempuan, Tamperan konon kerap menyabung ayam alias berjudi. Hal ini yang membuat ia tak menyadari adanya musuh dari luar yang menghantuinya.
Salah satunya ketika bertemu Manarah atau Ciung Wanara, yang mempersiapkan pemberontakan merebut tahta dari Tamperan. Apalagi Ciung Wanara mendapat dukungan dari Ki Balangantrang dari Geger Sunten, dalam mempersiapkan segala upaya pemberontakan.
Skenario serangan pun diusung oleh Ciung Wanara ke tlatah ibu kota Sunda.Pada siang hari bertepatan pesta sabung ayam, pasukan Manarah menyerbu. Kudeta Manarah menuai hasil, dalam waktu singkat, kekuasaan Tamperan dapat dikuasai oleh Manarah.
Tamperan, Pangrenyep, dan Banga ditawan di gelanggang sabung ayam. Tetapi Banga sang anak Tamperan, akhirnya dibiarkan bebas.Namun Banga pulalah yang membantu Tamperan dan Pangrenyep bebas dari jeratan Manarah.
Nahas saat keduanya keluar dari tawanan Manarah, usaha Tamperan dan Pangrenyep, yang akan melarikan diri pada malam hari kandas. Keduanya tewas dihujani ribuan panah oleh pasukan Geger Sunten.
Tewasnya Tamperan didengar oleh Sanjaya yang telah memerintah di Kerajaan Medang Mataram Kuno periode Jawa Tengah. Sanjaya pun segera mengerahkan pasukannya untuk menyerang Galuh.
Manarah yang mendapatkan laporan dari telik sandi telah bersiaga untuk menghadapi pasukan Mataram.Dengan mendapat dukungan sisa-sisa pasukan Indraprastha Wanagiri dan raja - raja Kuningan, pasukan Galuh bertempur melawan pasukan Medang.
Perang besar sesama trah Wretikandayun itu berakhir, setelah Raja Resi Demunawan dari Saunggalah melalui Perjanjian Galuh, menghasilkan kesepakatan. Di perjanjian itu dihasilkan keputusan bahwa Galuh diserahkan pada Manarah, dan Sunda pada Banga.
(ams)