'Manusia Karung' Mulai Hiasi Trotoar Kota Palembang
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Suasana berbeda di Kota Palembang terlihat saat pandemi Corona melanda. Arus kendaraan berkurang karena masyarakat dianjurkan berdiam di rumah. Namun, tidak dengan trotoar yang dipenuhi deretan 'manusia karung' yang sebagian besar wanita dan anak – anak yang memikul karung.
Entah apa isi karung itu, namun ada yang berukuran sangat besar namun terlihat sangat ringan, karena dapat dipikul seorang wanita sambil menggendong anak kecil. Atau dipanggul anak kecil dan tidak sedikit juga dipikul wanita dengan usia lanjut.
Mereka ada yang berjalan, ada yang duduk dan bahkan ada yang berbaring. Mereka tidak mengangkat tangan untuk meminta dan tidak juga memungut atau mencari plastik di tumpukan sampah. Mereka hanya duduk terkadang membelakangi jalan.
Mereka menanti ada pembagian bantuan yang biasa di pinggir jalan. Di tengah wabah Corona, memang sering pembagian bantuan di jalan baik dari pemerintah, organisasi, komunitas hingga individu yang dermawan.
Bantuan yang datang biasanya paket sembako, terkadang masker dan hand sanitizer serta nasi kotak atau bungkus. Jika sedang beruntung bisa keduanya, paket sembako beserta uang dalam amplop.
“Tidak ada yang mau seperti ini nak, tapi kami mau makan apa? Kami juga tidak minta, kalau orang kasih yang kami terima,” ujar Rosma, wanita berusia 50 tahun saat ditemui di trotoar Jalan Kol H Barlian depan Taman Wisata Punti Kayu.
Tidak berbeda dengan Eli, manusia karung lainnya. Ibu muda dengan menggendong anak ini mengaku suaminya hanya buruh bangunan yang biasa menjadi kernet (pembantu) tukang bangunan.
Biasanya pendapatan mereka lumayan, perhari suaminya dibayar Rp90.000. Namun dengan Corona, tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan suaminya. “Jadi tukang cuci juga orang takut om, takut Corona. Laki la sebulan setengah dak begawe,” tutur ibu dua anak ini dengan sebagian berbahasa Palembang.
Disinggung apakah tak malu, warga Jalan Pengadilan Tinggi tepatnya Pulau Gadung ini menjawab terpaksa karena tidak ada penghasilan. Beruntung listrik dan air bersih digratiskan, namun makan sehari – hari tetap harus diusahakan.
Dengan menjadi manusia karung, Eli mengaku terkadang dapat bantuan dari pengendara yang dermawan. “Alhamdulillah kadang dapat sembako, tapi jarang. Kadang ada uang, tidak setiap hari dapat,” katanya.
Manusia karung ditemukan hampir di semua trotoar di Palembang Mulai dari Jalan Sudirman, Demang Lebar Daun, Srijaya Negara, Kol H Burlian, R Soekamto, Basuki Rahmat, Ahmad Yani, hingga Jalan Gub Bastari Jakabaring.
Sebagian besar dari mereka wanita dari berbagai usia dengan membawa karung dan anak kecil. Mereka berjalan dan ada yang duduk di samping karung besar yang tak diketahui isinya. Mereka mulai mengisi trotoar sejak pagi sekitar pukul 09.00 WIB hingga sore hari.
Sebagiannya bertahan hingga malam hari seperti di depan SPUB depan Taman Wisata Punti Kayu dan sekitar JM Sukarami hingga Simpang Kebun Bunga.
“Awalnya sempat kita usir, tapi kondisi sekarang ini mau apa. Kita bantu juga tidak bisa, jadi biarlah mereka manusia karung juga cuma duduk-duduk,” ungkap Midun, satpam salah satu kantor perusahaan di Jalan Kol H Barlian.
Entah apa isi karung itu, namun ada yang berukuran sangat besar namun terlihat sangat ringan, karena dapat dipikul seorang wanita sambil menggendong anak kecil. Atau dipanggul anak kecil dan tidak sedikit juga dipikul wanita dengan usia lanjut.
Mereka ada yang berjalan, ada yang duduk dan bahkan ada yang berbaring. Mereka tidak mengangkat tangan untuk meminta dan tidak juga memungut atau mencari plastik di tumpukan sampah. Mereka hanya duduk terkadang membelakangi jalan.
Mereka menanti ada pembagian bantuan yang biasa di pinggir jalan. Di tengah wabah Corona, memang sering pembagian bantuan di jalan baik dari pemerintah, organisasi, komunitas hingga individu yang dermawan.
Bantuan yang datang biasanya paket sembako, terkadang masker dan hand sanitizer serta nasi kotak atau bungkus. Jika sedang beruntung bisa keduanya, paket sembako beserta uang dalam amplop.
“Tidak ada yang mau seperti ini nak, tapi kami mau makan apa? Kami juga tidak minta, kalau orang kasih yang kami terima,” ujar Rosma, wanita berusia 50 tahun saat ditemui di trotoar Jalan Kol H Barlian depan Taman Wisata Punti Kayu.
Tidak berbeda dengan Eli, manusia karung lainnya. Ibu muda dengan menggendong anak ini mengaku suaminya hanya buruh bangunan yang biasa menjadi kernet (pembantu) tukang bangunan.
Biasanya pendapatan mereka lumayan, perhari suaminya dibayar Rp90.000. Namun dengan Corona, tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan suaminya. “Jadi tukang cuci juga orang takut om, takut Corona. Laki la sebulan setengah dak begawe,” tutur ibu dua anak ini dengan sebagian berbahasa Palembang.
Disinggung apakah tak malu, warga Jalan Pengadilan Tinggi tepatnya Pulau Gadung ini menjawab terpaksa karena tidak ada penghasilan. Beruntung listrik dan air bersih digratiskan, namun makan sehari – hari tetap harus diusahakan.
Dengan menjadi manusia karung, Eli mengaku terkadang dapat bantuan dari pengendara yang dermawan. “Alhamdulillah kadang dapat sembako, tapi jarang. Kadang ada uang, tidak setiap hari dapat,” katanya.
Manusia karung ditemukan hampir di semua trotoar di Palembang Mulai dari Jalan Sudirman, Demang Lebar Daun, Srijaya Negara, Kol H Burlian, R Soekamto, Basuki Rahmat, Ahmad Yani, hingga Jalan Gub Bastari Jakabaring.
Sebagian besar dari mereka wanita dari berbagai usia dengan membawa karung dan anak kecil. Mereka berjalan dan ada yang duduk di samping karung besar yang tak diketahui isinya. Mereka mulai mengisi trotoar sejak pagi sekitar pukul 09.00 WIB hingga sore hari.
Sebagiannya bertahan hingga malam hari seperti di depan SPUB depan Taman Wisata Punti Kayu dan sekitar JM Sukarami hingga Simpang Kebun Bunga.
“Awalnya sempat kita usir, tapi kondisi sekarang ini mau apa. Kita bantu juga tidak bisa, jadi biarlah mereka manusia karung juga cuma duduk-duduk,” ungkap Midun, satpam salah satu kantor perusahaan di Jalan Kol H Barlian.
(boy)