Aliran Giri dan Tuban Dalam Menyikapi Kerajaan Majapahit Nyaris Pecah Wali Songo
loading...
A
A
A
Wali Songo konon mengalami perbedaan pendapat hingga nyaris terjadi perpecahan. Perbedaan dalam para penyebar agama Islam di Pulau Jawa ini diawali dari dua aliran keyakinan Islam yang diemban Sunan Giri dan Sunan Ampel, yang disebut aliran giri.
Satu aliran lain yakni Aliran Tuban yang dianut Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati. Bahkan perbedaan pendapat pasca peresmian Masjid Agung Demak kian meruncing, hingga nyaris menimbulkan perpecahan.
Penyebabnya Aliran Giri dituduh oleh Aliran Tuban sebagaimana dikutip dari buku "Sunan Giri" tulisan Umar Hasyim, dianggap kurang bijaksana dalam menjalankan dakwah islam, karena terlalu ekstrem.
Tetapi dalam masalah menghadapi Kerajaan Majapahit, Aliran Giri disebut Aliran Tuban terlalu lunak, dan terlihat sangat lain lagi.Sementara aliran Tuban kerap bersikap agak keras menghadapi Kerajaan Majapahit.
Hal berbeda tentu ditunjukkan oleh aliran Giri yang memilih untuk berhati-hati dan tidak tergesa-gesa. Apalagi Sunan Ampel dan Sunan Giri dianggap sebagai pembesar dan keturunan Majapahit oleh Kerajaan Majapahit sendiri.
Maka wajar ketika aliran Tuban menuduh terhadap pribadi Sunan Giri dsn Sunan Ampel sebagai pribadi yang berkompromi dengan Majapahit. Itulah sebabnya maka Sunan Giri dan Sunan Ampel dituduh sebagai kaum feodal oleh aliran Tuban.
Lepas dari itu semua, nyatanya Sunan Ampel dan Sunan Giri berhasil menjalankan siasatnya, yaitu bahwa orang-orang kerajaan dan orang-orang istana termasuk para pembesar - pembesar kerajaan, serta keluarga - keluarga istana telah banyak yang memeluk agama islam.
Bahkan konon Raja Brawijaya V dikisahkan dengan sembunyi - sembunyi telah memeluk agama Islam.
Hingga suatu ketika Sunan Ampel wafat pada tahun 1478. Sosok Sunan Ampel sendiri merupakan ketua para Wali Songo dan sebagai penasehat Pangeran Bintoro Demak atau penasehat bagian politik Demak.
Wafatnya Sunan Ampel membuat dari segi - segi politik tertentu Sunan Kalijaga-lah yang dijadikan penasehat politik. Tentu selain Sunan Giri sebagai sesepuh yang selalu dimintai pertimbangannya.
Suatu ketika para Walisongo mengadakan pertemuan rutin, kebetulan sekali ada acara untuk mengganti kedudukan Sunan Ampel sebagai Ketua Para Walisongo, yang baru wafat. Di dalam permusyawaratan itu para wali juga membicarakan pula masalah Majapahit dan taktik Demak.
Namun sebelum Sunan Giri datang ke Demak, para wali yang mendukung aliran Tuban telah bermusyawarah terlebih dahulu untuk menentukan sikap, sebagai persiapan untuk menghadapi Sunan Giri nanti.
Keputusan yang penting telah mereka sepakati, yaitu tidak ada gunanya sama sekali bila perbedaan pendapat yang menjadi pertentangan berlarut-larut itu diteruskan.
Sebab tujuan antara kedua belah pihak dari kedua aliran itu sama saja, yaitu untuk kepentingan dakwah Islamiyah, menyiarkan agama Allah kepada masyarakat.
Maka biarlah ada yang mendekati kerajaan, dan ada pihak yang mempersiapkan mental rakyat untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Serta agar rakyat bersedia menyokong cita-cita Demak di dalam menyiarkan agama Islam.
Ada yang berjuang dari atas, dan ada yang berjuang dari bawah, tetapi keduanya adalah satu tujuan.
Satu aliran lain yakni Aliran Tuban yang dianut Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati. Bahkan perbedaan pendapat pasca peresmian Masjid Agung Demak kian meruncing, hingga nyaris menimbulkan perpecahan.
Penyebabnya Aliran Giri dituduh oleh Aliran Tuban sebagaimana dikutip dari buku "Sunan Giri" tulisan Umar Hasyim, dianggap kurang bijaksana dalam menjalankan dakwah islam, karena terlalu ekstrem.
Tetapi dalam masalah menghadapi Kerajaan Majapahit, Aliran Giri disebut Aliran Tuban terlalu lunak, dan terlihat sangat lain lagi.Sementara aliran Tuban kerap bersikap agak keras menghadapi Kerajaan Majapahit.
Hal berbeda tentu ditunjukkan oleh aliran Giri yang memilih untuk berhati-hati dan tidak tergesa-gesa. Apalagi Sunan Ampel dan Sunan Giri dianggap sebagai pembesar dan keturunan Majapahit oleh Kerajaan Majapahit sendiri.
Maka wajar ketika aliran Tuban menuduh terhadap pribadi Sunan Giri dsn Sunan Ampel sebagai pribadi yang berkompromi dengan Majapahit. Itulah sebabnya maka Sunan Giri dan Sunan Ampel dituduh sebagai kaum feodal oleh aliran Tuban.
Lepas dari itu semua, nyatanya Sunan Ampel dan Sunan Giri berhasil menjalankan siasatnya, yaitu bahwa orang-orang kerajaan dan orang-orang istana termasuk para pembesar - pembesar kerajaan, serta keluarga - keluarga istana telah banyak yang memeluk agama islam.
Bahkan konon Raja Brawijaya V dikisahkan dengan sembunyi - sembunyi telah memeluk agama Islam.
Hingga suatu ketika Sunan Ampel wafat pada tahun 1478. Sosok Sunan Ampel sendiri merupakan ketua para Wali Songo dan sebagai penasehat Pangeran Bintoro Demak atau penasehat bagian politik Demak.
Wafatnya Sunan Ampel membuat dari segi - segi politik tertentu Sunan Kalijaga-lah yang dijadikan penasehat politik. Tentu selain Sunan Giri sebagai sesepuh yang selalu dimintai pertimbangannya.
Suatu ketika para Walisongo mengadakan pertemuan rutin, kebetulan sekali ada acara untuk mengganti kedudukan Sunan Ampel sebagai Ketua Para Walisongo, yang baru wafat. Di dalam permusyawaratan itu para wali juga membicarakan pula masalah Majapahit dan taktik Demak.
Namun sebelum Sunan Giri datang ke Demak, para wali yang mendukung aliran Tuban telah bermusyawarah terlebih dahulu untuk menentukan sikap, sebagai persiapan untuk menghadapi Sunan Giri nanti.
Keputusan yang penting telah mereka sepakati, yaitu tidak ada gunanya sama sekali bila perbedaan pendapat yang menjadi pertentangan berlarut-larut itu diteruskan.
Sebab tujuan antara kedua belah pihak dari kedua aliran itu sama saja, yaitu untuk kepentingan dakwah Islamiyah, menyiarkan agama Allah kepada masyarakat.
Maka biarlah ada yang mendekati kerajaan, dan ada pihak yang mempersiapkan mental rakyat untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Serta agar rakyat bersedia menyokong cita-cita Demak di dalam menyiarkan agama Islam.
Ada yang berjuang dari atas, dan ada yang berjuang dari bawah, tetapi keduanya adalah satu tujuan.
(ams)