1 Warga DIY Tewas dan 53 Suspect Antraks Gara-gara Daging Sapi dan Kambing Mati Dikonsumsi
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Kasus antraks yang menjangkiti puluhan Sleman dan Gunungkidul ternyata karena tradisi brandu yaitu menyembelih hewan ternak yang sakit atau mati. Selanjutnya membagi-bagikan dagingnya ke tetangga atau saudara untuk kemudian dikonsumsi.
Saat ini ada 53 orang yang suspect antraks. Mereka terdiri dari 23 warga Dusun Kalinongko Kalurahan Gayamharjo Kapanewon Prambanan Sleman dan 30 warga Padukuhan Kayoman Kalurahan Serut Kapanewon Gedangsari, Gunung Kidul. Seorang warga Kalinongko meninggal dunia.
"Untuk warga yang meninggal ini belum bisa dipastikan positif Antraks. Sebab dia meninggal sebelum diambil sampelnya," kata Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) DIY, Pembajun Setyaningastutie, di gedung DPRD DIY, Rabu (13/3/2024).
Temuan kasus dugaan penyakit antraks ini bermula saat Dinas Kesehatan Gunung Kidul menerima informasi dari Dinkes Sleman pada tanggal 7 Maret 2024. Dinkes Gunungkidul mendapat informasi ada warganya yang terpaksa dirawat di RSUD Prambanan dengan gejala antraks. Pasien itu masuk ke RSUD Prambanan 8 Maret 2024 atas nama S.
Dinkes pun kemudian melakukan PE awal. Hal ini dilakukan untuk menelusuri penyebarannya. Dinkes Gunung Kidul kemudian berkoordinasi untuk info lebih lanjut dengan Puskesmas Gedangsari 2 dan RSUD Prambanan untuk memastikan apakah benar antraks atau bukan
Setelah itu, bersama Satuan Tugas One Health, Dinkes Gunung Kidul, Dinkes Sleman, Puskesmas Gedangsari serta Puskesmas Prambanan, melakukan epidemiologi gabungan ke lokasi perbatasan Kayoman, Serut, Gedangsari, Gunung Kidul dan Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Prambanan.
"Jadi tahu ya lokasinya, berbatasan. Sehingga paham munculnya di Gunungkidul tetapi kok ada Sleman juga," terangnya.
Dari hasil penelusuran lebih lanjut, Dinkes menemukan fakta jika pada 12 Februari 2024 ada satu kambing milik warga Padukuhan Kayoman, Serut, Gedangsari, Gunungkidul berinisial S mati dan dikubur.
Saat ini ada 53 orang yang suspect antraks. Mereka terdiri dari 23 warga Dusun Kalinongko Kalurahan Gayamharjo Kapanewon Prambanan Sleman dan 30 warga Padukuhan Kayoman Kalurahan Serut Kapanewon Gedangsari, Gunung Kidul. Seorang warga Kalinongko meninggal dunia.
"Untuk warga yang meninggal ini belum bisa dipastikan positif Antraks. Sebab dia meninggal sebelum diambil sampelnya," kata Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) DIY, Pembajun Setyaningastutie, di gedung DPRD DIY, Rabu (13/3/2024).
Temuan kasus dugaan penyakit antraks ini bermula saat Dinas Kesehatan Gunung Kidul menerima informasi dari Dinkes Sleman pada tanggal 7 Maret 2024. Dinkes Gunungkidul mendapat informasi ada warganya yang terpaksa dirawat di RSUD Prambanan dengan gejala antraks. Pasien itu masuk ke RSUD Prambanan 8 Maret 2024 atas nama S.
Dinkes pun kemudian melakukan PE awal. Hal ini dilakukan untuk menelusuri penyebarannya. Dinkes Gunung Kidul kemudian berkoordinasi untuk info lebih lanjut dengan Puskesmas Gedangsari 2 dan RSUD Prambanan untuk memastikan apakah benar antraks atau bukan
Setelah itu, bersama Satuan Tugas One Health, Dinkes Gunung Kidul, Dinkes Sleman, Puskesmas Gedangsari serta Puskesmas Prambanan, melakukan epidemiologi gabungan ke lokasi perbatasan Kayoman, Serut, Gedangsari, Gunung Kidul dan Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Prambanan.
"Jadi tahu ya lokasinya, berbatasan. Sehingga paham munculnya di Gunungkidul tetapi kok ada Sleman juga," terangnya.
Dari hasil penelusuran lebih lanjut, Dinkes menemukan fakta jika pada 12 Februari 2024 ada satu kambing milik warga Padukuhan Kayoman, Serut, Gedangsari, Gunungkidul berinisial S mati dan dikubur.