Pilu Hati Petani Grobogan Gegara Harga Gabah Anjlok saat Beras Melambung

Jum'at, 01 Maret 2024 - 20:28 WIB
loading...
Pilu Hati Petani Grobogan...
Harga gabah anjlok tak seindah harga beras yang melambung dirasakan para petani di Penawangan, Grobogan, Jawa Tengah. Mereka menjual gabah dengan sistem borong. Foto/MPI/Manik Priyo Prabowo
A A A
GROBOGAN - Harga gabah anjlok dan tak seindah harga beras yang melambung hingga menempati puncak tertinggi sepanjang masa di Indonesia. Raut wajah pilu itu terlihat dari para petani di Penawangan, Grobogan, Jawa Tengah yang menjual gabah dengan sistem borong.

Petani menjerit setelah harga turun dari angka tertinggi Rp8.200 per kg, kini terasa terjun bebas menjadi Rp6.400 per kg.



Hancurnya harga gabah dan para petani ini lantaran kualitas gabah di Grobogan rata rusak akibat banjir sepekan lalu.



"Kalau tidak banjir pasti harga cukup stabil dan tinggi. Tapi, karena banjir jadi harga remuk sama seperti gabah kami yang remuk saat digiling pasca kena banjir (sebulan) lalu," ujar Suparmin (51) petani di Desa dan Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan, Kamis (28/2/2024).

Rusaknya gabah, lanjut dia, karena gabah siap panen sudah kering tapi basah kembali saat dilanda banjir. Sehingga, keringnya gabah yang harusnya pas untuk digiling justru kembali basah dan beras pun remuk saat digiling.

Tak hanya rusak lantaran remuk terpecah menjadi dua hingga tiga bagian, gabah basah juga tampak kotor akibat lumpur.



"Pascabanjir gabah jadi remuk dan juga kotor. Oleh sebab itu harga jadi turun dan tak sebanding dengan harga beras yang kwalitas bagus," lanjutnya.

Sementara itu, Kiswanto pemborong gabah di Kabupaten Grobogan mengaku harga terendah gabah berada di titik Rp6.000-an. Itu pun, jika dilakukan dengan menggunakan mesin perontok gabah roda tiga yang dikenal sebutan mesin dos.

Sementara untuk harga gabah menggunakan combine yang otomatis dari memotong pohon, merontokkan padi, memisahkan gabah dan damen hingga mencacah damen. Sehingga, hasil panen pun diklaim lebih cepat, bersih, murah, efektif dan hasil itu dirasa memudahkan perawatan gabah saat dijemur.

"Kalau awal Februari lalu harga gabah mencapai Rp8 ribuan. Sekarang pakai mesin combine hanya Rp7 ribuan per kg atau pakai mesin dos roda tiga seharga Rp6 ribuan saja," ujar Kiswanto kepada MNC Portal Indonesia.

Lebih lanjut Kiswanto menjelaskan, saat ini harga gabah turun tak sebanding harga beras yang mencapai Rp12 ribuan lantaran gabah kotor, rusak dan kadar air tak sesuai standar harga pasaran.

Sehingga, petani pun mau tidak mau harus menjual gabahnya ketimbang dibiarkan kemakan burung atau bahkan kena banjir. Malahan, ada sejumlah petani mengejar para pemborong dengan harga berapapun lantaran takut terkena banjir susulan.

"Kami memang membeli semua jenis gabah. Rata-rata Kabupaten Grobogan menanam padi jenis medium dan hampir 75% gabah dijual ke Jawa Barat. Meski wilayah Jabar juga panen raya gabah dari Grobogan punya bisa terserap banyak," lanjut Kiswanto.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Sunanto menjelaskan bahwa harga gabah di Kabupaten Grobogan menjelang panen raya cukup tinggi. Namun, seiring adanya panen raya di Kabupaten Grobogan dan panen raya di daerah lain, harga gabah pun turut turun.

"Harga gabah saat ini cukup tinggi karena tembus Rp8 ribu. Harga lapangan untuk petani dan pemborong semua ada kesepakatan lapangan," katanya saat dihubungi MNC Portal Indonesia.

Sementara itu, untuk Kabupaten Grobogan pada bulan Maret sampai April merupakan masa panen raya. Hampir semua petani memanen secara serentak sehingga harga gabah pun juga akan terpengaruh dan kembali lagi ke harga pasar sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Tak hanya itu, surplus beras di Kabupaten Grobogan yang mencapai 300 ton lebih pertahun, membuat pemborong gabah menjual ke luar daerah seperti ke Jawa Barat.

"Panen raya terjadi sekitar bulan Maret sampai April, sebagian besar gabah petani Grobogan diambil dari luar kabupaten terutama Jawa Barat. Sehingga harga di tingkat petani di atas Rp 8 ribu per kg GKP, hal ini karena Grobogan surplus beras di sekitar 350 ribu ton per tahun. Apabila jawa baran mulai panen maka harga gabah akan terjadi penurunan," pungkas Sunanto.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2179 seconds (0.1#10.140)