Kisah Sultan Agung Amalkan Sifat Welas Asih dari Penghulu Sakti Mataram
loading...
A
A
A
Pelajaran berharga konon pernah diterima Sultan Agung, penguasa Kerajaan Mataram dari penghulu. Pelajaran welas asih ini membuat sang sultan itu tak mampu melupakan seumur hidupnya.
Dari penghulu ini, sifat Sultan Agung yang pemarah dan tegas tak tampak, justru yang terjadi ia lebih lunak, pemaaf, dan sabar.Bahkan Sultan Agung sampai memuliakan dan memberikan harta kekayaan kepada Ahmad, nama sang penghulu.
Kisah Sultan Agung cukup akrab dengan penghulu ini digambarkan pada Babad Sultan Agung. Namun suatu saat kiai penghulu Ahmad ini tak mau datang lagi ke Sultan Agung.
Soedjipto Abimanyu pada "Babad Tanah Jawi", menggambarkan bagaimana undangan dari sang penguasa Mataram ini tak pernah diindahkan oleh sang penghulu. Beberapa kali selamatan kerajaan yang diadakan langsung oleh Sultan Agung pun ia tak hadir.
Sang penghulu ini hanya mengirimkan wakilnya bernama Mas Khatib Anom dengan alasan sakit. Alhasil, Sultan Agung sampai dibuat marah dengan ulah sang penghulu ini. Padahal saat itu merupakan hari ulang tahunnya yang akan dirayakan secara besar-besaran
Menurut keterangan para khatib, sudah biasa Kiai Penghulu hanya mengirimkan wakilnya. Mendengar keterangan itu, Sultan Agung bertambah marah, lalu ia mengutus seorang bintara dan dua orang bupati untuk menjemput paksa Kiai Penghulu Ahmad.
Sultan Agung bahkan sampai empat kali Sultan Agung menyuruh Kiai Penghulu untuk mendoakan selamatan, namun Kiai Penghulu tetap menolak dan menawarkan Mas Khatib mewakilinya.
Sultan Agung menjadi marah besar, kemudian bertanya tentang alasan Kiai Penghulu enggan mendoakan selamatan.
“Jika hamba mendoakan selamatan Kanjeng Sultan,"jawab Kiai Penghulu, "semua hidangan tidak akan dapat dimakan oleh para tamu, dan para abdi akan mendapat malu."
Dengan suara keras, Sultan Agung berkata lagi, "Saya ingin tahu buktinya!" Kiai Penghulu kemudian mengangkat sembah, mulai berdoa.
Baru dua kali terdengar ucapan amin, semua hidangan berubah bentuknya. Sesudah ucapan amin yang ketiga, semua hidangan kembali menjadi mentah.
Sultan Agung menjadi heran, karena sudah mengetahui sendiri bukti dan akibatnya, mengapa kiai penghulu selalu menolak mendoakan setiap selamatan.
Sultan Agung menjadi dan senang hatinya. Kiai Penghulu Ahmad kemudian dihadiahi berupa serban, dodot, dan cundrik.
Dari sanalah Babad Sultan Agung, sang penguasa Mataram ini memiliki sifat lain dibalik tegasnya. Sosoknya ternyata terdapat sifat lemah lembut, pemaaf, dan murah hati.
Hal ini pulalah yang membuat Sultan Agung, menjadi raja yang mengantarkan Kerajaan Mataram ke masa kejayaan.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
Dari penghulu ini, sifat Sultan Agung yang pemarah dan tegas tak tampak, justru yang terjadi ia lebih lunak, pemaaf, dan sabar.Bahkan Sultan Agung sampai memuliakan dan memberikan harta kekayaan kepada Ahmad, nama sang penghulu.
Kisah Sultan Agung cukup akrab dengan penghulu ini digambarkan pada Babad Sultan Agung. Namun suatu saat kiai penghulu Ahmad ini tak mau datang lagi ke Sultan Agung.
Soedjipto Abimanyu pada "Babad Tanah Jawi", menggambarkan bagaimana undangan dari sang penguasa Mataram ini tak pernah diindahkan oleh sang penghulu. Beberapa kali selamatan kerajaan yang diadakan langsung oleh Sultan Agung pun ia tak hadir.
Sang penghulu ini hanya mengirimkan wakilnya bernama Mas Khatib Anom dengan alasan sakit. Alhasil, Sultan Agung sampai dibuat marah dengan ulah sang penghulu ini. Padahal saat itu merupakan hari ulang tahunnya yang akan dirayakan secara besar-besaran
Menurut keterangan para khatib, sudah biasa Kiai Penghulu hanya mengirimkan wakilnya. Mendengar keterangan itu, Sultan Agung bertambah marah, lalu ia mengutus seorang bintara dan dua orang bupati untuk menjemput paksa Kiai Penghulu Ahmad.
Sultan Agung bahkan sampai empat kali Sultan Agung menyuruh Kiai Penghulu untuk mendoakan selamatan, namun Kiai Penghulu tetap menolak dan menawarkan Mas Khatib mewakilinya.
Sultan Agung menjadi marah besar, kemudian bertanya tentang alasan Kiai Penghulu enggan mendoakan selamatan.
“Jika hamba mendoakan selamatan Kanjeng Sultan,"jawab Kiai Penghulu, "semua hidangan tidak akan dapat dimakan oleh para tamu, dan para abdi akan mendapat malu."
Dengan suara keras, Sultan Agung berkata lagi, "Saya ingin tahu buktinya!" Kiai Penghulu kemudian mengangkat sembah, mulai berdoa.
Baru dua kali terdengar ucapan amin, semua hidangan berubah bentuknya. Sesudah ucapan amin yang ketiga, semua hidangan kembali menjadi mentah.
Sultan Agung menjadi heran, karena sudah mengetahui sendiri bukti dan akibatnya, mengapa kiai penghulu selalu menolak mendoakan setiap selamatan.
Sultan Agung menjadi dan senang hatinya. Kiai Penghulu Ahmad kemudian dihadiahi berupa serban, dodot, dan cundrik.
Dari sanalah Babad Sultan Agung, sang penguasa Mataram ini memiliki sifat lain dibalik tegasnya. Sosoknya ternyata terdapat sifat lemah lembut, pemaaf, dan murah hati.
Hal ini pulalah yang membuat Sultan Agung, menjadi raja yang mengantarkan Kerajaan Mataram ke masa kejayaan.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
(ams)