Karamah Sunan Kalijaga Bikin Jaka Tingkir Menepati Janji Serahkan Hutan Mentaok
loading...
A
A
A
Sunan Kalijaga dengan karamahnya konon pernah menebak isi hati Raja Pajang Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, akibat tidak juga melaksanakan janjinya. Saat itu Sunan Kalijaga yang mendengar Sultan Hadiwijaya belum juga menyerahkan tanah Mentaok ke Ki Ageng Pemanahan.
Padahal tanah Pati sudah diserahkan oleh Sultan Hadiwijaya ke Ki Panjawi, sebagaimana janjinya ketika sayembara peperangan berhasil dilaksanakan Ki Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan. Ki Ageng Pamanahan yang tengah bertapa di Desa Kembang Lampir, kemudian bertemu dengan Sunan Kalijaga.
Selanjutnya Sunan Kalijaga bersama Ki Ageng Pamanahan meninggalkan Desa Kembang Lampir menuju ke Pajang. Kedatangan mereka berdua di istana Pajang, benar-benar mengejutkan Sultan Hadiwijaya, dikisahkan dari buku "Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II".
Sultan Hadiwijaya pun langsung tergopoh-gopoh, dan mencium kaki Sunan Kalijaga sebagai tanda hormat. Mereka berdua pun dipersilahkan duduk di tempat tamu.
Setelah duduk, Sunan Kalijaga langsung berkata kepada Sultan Hadiwijaya, "Sultan, kenapa kau ingkari janjimu terhadap Ki Pamanahan. Bukankah Sultan telah mengganjar tanah Mataram, serta Pati kepada Ki Pamanahan dan Ki Panjawi. Kini Panjawi sudah menerima tanah Pati, tetapi kenapa Sultan belum juga menyerahkan kepada Ki Pamanahan?"
Sultan Hadiwijaya pun menjawab, "Karena tanah Mentaok masih tandus; penduduknya juga masih sedikit. Tanah itu sendiri masih berupa hutan. Itulah kenapa Mentaok belum saya serahkan. Niat saya, Kakang Pamanahan mau saya beri tempat lain yang sudah banyak penduduknya serta sudah ramai."
Sebenarnya, Sunan Kalijaga sudah bisa menangkap kegalauan hati Sultan Hadiwijaya, dan alasan yang sesungguhnya kenapa Sultan Pajang itu cenderung mengulur-ulur waktu dalam memberikan Alas Mentaok kepada Ki Pamanahan.
Namun kanjeng Sunan Kalijaga tetap tidak bersedia mengungkapkannya.
"Mengapa akan diberi tanah lain? Bukankah sudah menjadi janjimu sendiri bahwa Pati dan Mentaok itulah yang menjadi hadiah. Jika Sultan mempunyai rencana lain bahwa Sultan akan memberikan Ki Pamanahan tanah lain sebagai hadiah, maka Sultan akan dicap sebagai pembohong. Sekarang segera berikan Alas Mentaok ke Pamanahan, supaya jangan ada yang marah, jaga dan lestarikanlah persaudaraan", tegas Sunan Kalijaga.
Mendengar nasehat Sunan Kalijaga itu, Sultan Hadiwijaya hanya diam.
Dia memang tidak ingin memberikan Alas Mentaok kepada Ki Pamanahan, karena masih teringat jelas ramalan Kanjeng Sunan Giri tentang masa depan Alas Mentaok yang kelak menjadi Kerajaan Mataram.
"Adapun Alas Mentaok tidak segera saya berikan ke Kakang Pamanahan, sebab saya dengar ramalan Sunan Giri bahwa di sana kelak akan muncul raja besar seperti saya," kata Sultan Hadiwijaya menjelaskan kepada Kanjeng Sunan Kalijaga.
Jawaban Sultan itu, lalu ditimpali oleh Sunan Kalijaga, "Jika memang hal itu (ramalan Sunan Giri-pen) yang membuat Sultan cemas dan khawatir, maka itu mudah saja mengatasinya. Ki Pamanahan diminta janji setianya terhadap Pajang dan saya yang akan menjadi saksinya. Ayo Pamanahan berjanjilah, biar saya saksikan."
Ki Pamanahan kemudian melontarkan janjinya, "Kanjeng Sunan, mohon jadilah saksi untuk diri saya, jika saya mempunyai niat atau gagasan untuk menjadi raja, atau berniat untuk menaklukkan Pajang, semoga saya sendiri tidak selamat. Namun bagaimana soal anak turun saya, aku tidak bisa mengetahui sebab sepenuhnya yang mengetahui mereka itu hanyalah Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui".
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
Padahal tanah Pati sudah diserahkan oleh Sultan Hadiwijaya ke Ki Panjawi, sebagaimana janjinya ketika sayembara peperangan berhasil dilaksanakan Ki Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan. Ki Ageng Pamanahan yang tengah bertapa di Desa Kembang Lampir, kemudian bertemu dengan Sunan Kalijaga.
Baca Juga
Selanjutnya Sunan Kalijaga bersama Ki Ageng Pamanahan meninggalkan Desa Kembang Lampir menuju ke Pajang. Kedatangan mereka berdua di istana Pajang, benar-benar mengejutkan Sultan Hadiwijaya, dikisahkan dari buku "Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II".
Sultan Hadiwijaya pun langsung tergopoh-gopoh, dan mencium kaki Sunan Kalijaga sebagai tanda hormat. Mereka berdua pun dipersilahkan duduk di tempat tamu.
Setelah duduk, Sunan Kalijaga langsung berkata kepada Sultan Hadiwijaya, "Sultan, kenapa kau ingkari janjimu terhadap Ki Pamanahan. Bukankah Sultan telah mengganjar tanah Mataram, serta Pati kepada Ki Pamanahan dan Ki Panjawi. Kini Panjawi sudah menerima tanah Pati, tetapi kenapa Sultan belum juga menyerahkan kepada Ki Pamanahan?"
Sultan Hadiwijaya pun menjawab, "Karena tanah Mentaok masih tandus; penduduknya juga masih sedikit. Tanah itu sendiri masih berupa hutan. Itulah kenapa Mentaok belum saya serahkan. Niat saya, Kakang Pamanahan mau saya beri tempat lain yang sudah banyak penduduknya serta sudah ramai."
Baca Juga
Sebenarnya, Sunan Kalijaga sudah bisa menangkap kegalauan hati Sultan Hadiwijaya, dan alasan yang sesungguhnya kenapa Sultan Pajang itu cenderung mengulur-ulur waktu dalam memberikan Alas Mentaok kepada Ki Pamanahan.
Namun kanjeng Sunan Kalijaga tetap tidak bersedia mengungkapkannya.
"Mengapa akan diberi tanah lain? Bukankah sudah menjadi janjimu sendiri bahwa Pati dan Mentaok itulah yang menjadi hadiah. Jika Sultan mempunyai rencana lain bahwa Sultan akan memberikan Ki Pamanahan tanah lain sebagai hadiah, maka Sultan akan dicap sebagai pembohong. Sekarang segera berikan Alas Mentaok ke Pamanahan, supaya jangan ada yang marah, jaga dan lestarikanlah persaudaraan", tegas Sunan Kalijaga.
Mendengar nasehat Sunan Kalijaga itu, Sultan Hadiwijaya hanya diam.
Dia memang tidak ingin memberikan Alas Mentaok kepada Ki Pamanahan, karena masih teringat jelas ramalan Kanjeng Sunan Giri tentang masa depan Alas Mentaok yang kelak menjadi Kerajaan Mataram.
"Adapun Alas Mentaok tidak segera saya berikan ke Kakang Pamanahan, sebab saya dengar ramalan Sunan Giri bahwa di sana kelak akan muncul raja besar seperti saya," kata Sultan Hadiwijaya menjelaskan kepada Kanjeng Sunan Kalijaga.
Jawaban Sultan itu, lalu ditimpali oleh Sunan Kalijaga, "Jika memang hal itu (ramalan Sunan Giri-pen) yang membuat Sultan cemas dan khawatir, maka itu mudah saja mengatasinya. Ki Pamanahan diminta janji setianya terhadap Pajang dan saya yang akan menjadi saksinya. Ayo Pamanahan berjanjilah, biar saya saksikan."
Ki Pamanahan kemudian melontarkan janjinya, "Kanjeng Sunan, mohon jadilah saksi untuk diri saya, jika saya mempunyai niat atau gagasan untuk menjadi raja, atau berniat untuk menaklukkan Pajang, semoga saya sendiri tidak selamat. Namun bagaimana soal anak turun saya, aku tidak bisa mengetahui sebab sepenuhnya yang mengetahui mereka itu hanyalah Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui".
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
(shf)