Kisah Jenderal Amerika Pimpin Perang Dunia II dari Bukit Sentani Papua

Selasa, 14 April 2020 - 18:31 WIB
loading...
Kisah Jenderal Amerika Pimpin Perang Dunia II dari Bukit Sentani Papua
Salah satu bukit yang letaknya tak jauh dari Danau Sentani, ternyata menyimpan jejak sejarah Jenderal Douglass MacArthur. Foto SINDOnews
A A A
Tanah Papua tak hanya memiliki Raja Ampat dan Pegunungan Jayawijaya. Masih banyak tempat lain yang ternyata memiliki pesona tak kalah cantik, salah satunya Danau Sentani. Danau ini terbentang antara Kota dan Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, tepatnya di lereng pengunungan vulkanik Cycloops. Luasnya mencapai 9.360 hektare dan merupakan danau terbesar di Papua.

Bila dipandang dari udara, Danau Sentani terlihat sangat indah karena berbentuk gugusan pulau yang terdiri dari 24 pulau kecil. Kondisinya pun masih sangat asri. Yang menarik, di salah satu bukit yang letaknya tak jauh dari lokasi Danau Sentani, ternyata menyimpan jejak sejarah salah satu jenderal asal Amerika Serikat, yakni Jenderal Douglass MacArthur.

Di situs berupa tugu yang kini berada dalam kompleks militer Kodam Cenderawasih ini, pengunjung bisa melihat jejak sang jenderal yang dikenal dengan strategi lompat kataknya ini, saat memimpin pasukan Sekutu di Perang Dunia ke-2.

Bahkan, kursi kayu tempat sang jenderal duduk pun masih bisa dijumpai. Kursi kayu itu berada di salah satu pojok kompleks dekat gerbang masuk, persisnya di bawah pohon yang disebut Pohon Cinta. Dinamakan Pohon Cinta, karena dahan, ranting, cabang dan daun pohon menyerupai bentuk hati/love.

Selain tugu peringatan MacArthur, juga ada museum yang menceritakan riwayat perjalanan sang jenderal. Di mana, pada 7 Desember 1941 Jepang memulai perang Pasifik dengan menyerang Pearl Harbour di Hawai. Kurang dari delapan jam kemudian Jepang membom Clarc Field, utara Manila. Tiga hari kemudian MacArthur menyatakan Manila sebagai kota terbuka dan pindah ke Corregidor.

Dua minggu kemudian, di bawah tekanan berat tentara Jepang, pasukan Amerika di Filipina ditarik ke Bataan (Teluk Manila), dan mereka meneruskan perlawanan terhadap Jepang selama tiga bulan. Pada Maret 1942, Presiden Franklin Roosevelt memerintahkan MacArthur dan keluarganya menuju ke Melbourne. MacArthur membuat pernyataan …”I shall return.”

Tugas utama MacArthur adalah melindungi Australia. Untuk memutuskan jalur laut Australia ke Amerika Serikat, Jepang berusaha mengurung Port Moresby (Pelabuhan Jayapura) lewat pantai selatan Irian (sekarang Papua).

Setelah Jepang gagal mencapai sasarannya lewat laut, mereka dihentikan di darat pada September 1942 oleh pasukan Australia di bawah perintah MacArthur. Sekutu kemudian mengambil alih pertahanan dan memulai suatu operasi militer yang panjang dan sulit untuk mengusir keluar Jepang dari Irian.

Pada Februari 1943, Sekutu menang kendali atas Irian bagian tenggara dan mengeliminasi ancaman jalur laut. Kemenangan MacArthur terhadap Jepang di Irian adalah suatu langkah pertama dalam suatu operasi militer yang membawa pasukannya menuju ke arah barat Filipina.

Sepanjang operasi ini unit-unit Angkatan Laut Pasific yang dipimpin oleh Admiral William Holsey ditempatkan di bawah komando strategis MacArthur. Setelah membebaskan Kepulauan Solomon, pasukan MacArthur menyerbu memasuki kepulauan Admiralty dan menetralisir basis pertahanan Jepang di Rabaul pada 1944. Mereka kemudian bergerak di sepanjang pantai utara Irian dan akhirnya membuat pertahanan di Jayapura.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1980 seconds (0.1#10.140)