Misteri Batu Nisan Corak Islam Peninggalan Raja Majapahit Hayam Wuruk
loading...
A
A
A
Semasa Hayam Wuruk bertahta di Kerajaan Majapahit konon agama Islam sudah berkembang di Jawa Timur. Hal ini dibuktikan dengan adanya dua batu nisan, di mana satu di antaranya berada di kompleks bekas Ibu Kota Kerajaan Majapahit.
Jejak batu nisan itu terlihat pada Makam Tralaya dan makam Puteri Campa. Temuan nisan - nisan yang bertuliskan Arab atau Jawa kuno di kompleks makam Tralaya ternyata menarik banyak perhatian peneliti.
Beberapa peneliti besar seperti P. J. Veth, Verbeek, Knebel, Krom, dan L. Ch. Damais.
Peneliti bernama P. J. Veth mengungkapkan pertama kalinya ada data tentang islam di Makam Tralaya. Disebutkan pada batu nisan di Makam Tralaya tertulis dengan huruf Jawa kuno dan Arab, dikutip dari "Corak dan Gerak Hinduisme dan Islam di Jawa Timur".
Angka tahun umumnya memakai huruf Jawa kuno dan tahun Saka, tetapi dibalik nisan - nisan itu ada yang bertuliskan Arab, yang masih terbaca berlafad kalimat tayyibah.
Sebagian nisan berjumlah lima yang pernah dilaporkan oleh Verbeek memang sekarang sudah tidak ada lagi.
Dari sejumlah batu nisan di makam tersebut yang masih tertinggal di kompleks makam Tralaya bertarikh tahun 1397 Saka dan 1399, menurut pembacaan Verbeek.
Dari hasil penelitian dan pembacaan angka tahun yang tergores pada nisan - nisan di Tralaya disimpulkan bahwa makam-makam itu berasal dari tahun 1298 Saka sampai 1533 Saka atau dari tahun 1376 Masehi sampai 1611 Masehi.
Dari data tersebut dapat dipastikan bahwa di Ibu Kota Kerajaan Majapahit atau di sekitarnya di masa pemerintahan Hayam Wuruk sudah ada pemeluk - pemeluk agama Islam. Pemeluk - pemeluk Islam itu menurut peneliti Ricklefs adalah orang-orang Jawa.
Selain nisan - nisan di Tralaya, masih ada sebuah batu nisan yang berada di Makam Puteri Campa, yang terletak di sebelah tenggara Museum Trowulan Mojokerto.
Nisan itu bertuliskan angka tahun dengan huruf Kawi atau Jawa kuno dan Arab, serta gambar yang diduga kuat merupakan lambang Kerajaan Majapahit.Kepastian bahwa itu makam Puteri Campa sebenarnya hanya berdasarkan tradisi, naluri, dan babad.
Hanya saja karena naluri yang begitu kuat, masyarakat mempercayai itu merupakan makam Puteri Campa. Puteri Campa sendiri ada yang menafsirkan merupakan bibi Sunan Ampel dan menjadi istri Raja Majapahit.
Menurut H.J. De Graafschap sebagaimana dijelaskan Sjamsudduha pada bukunya, Puteri Campa itu istri Raja Majapahit yang terakhir.
Sedangkan ada pendapat lain yang menyatakan Puteri Campa merupakan istri Raja Majapahit Bhre Tumapel yang berkuasa 1447 - 1451 Masehi.
Terlepas dari Puteri Campa itu merupakan istri Raja Majapahit yang mana, dapat diyakini ia itu istri raja atau setidak-tidaknya termasuk orang dalam pada sistem keprabuan di Kerajaan Majapahit.
Jejak batu nisan itu terlihat pada Makam Tralaya dan makam Puteri Campa. Temuan nisan - nisan yang bertuliskan Arab atau Jawa kuno di kompleks makam Tralaya ternyata menarik banyak perhatian peneliti.
Beberapa peneliti besar seperti P. J. Veth, Verbeek, Knebel, Krom, dan L. Ch. Damais.
Baca Juga
Peneliti bernama P. J. Veth mengungkapkan pertama kalinya ada data tentang islam di Makam Tralaya. Disebutkan pada batu nisan di Makam Tralaya tertulis dengan huruf Jawa kuno dan Arab, dikutip dari "Corak dan Gerak Hinduisme dan Islam di Jawa Timur".
Angka tahun umumnya memakai huruf Jawa kuno dan tahun Saka, tetapi dibalik nisan - nisan itu ada yang bertuliskan Arab, yang masih terbaca berlafad kalimat tayyibah.
Sebagian nisan berjumlah lima yang pernah dilaporkan oleh Verbeek memang sekarang sudah tidak ada lagi.
Dari sejumlah batu nisan di makam tersebut yang masih tertinggal di kompleks makam Tralaya bertarikh tahun 1397 Saka dan 1399, menurut pembacaan Verbeek.
Dari hasil penelitian dan pembacaan angka tahun yang tergores pada nisan - nisan di Tralaya disimpulkan bahwa makam-makam itu berasal dari tahun 1298 Saka sampai 1533 Saka atau dari tahun 1376 Masehi sampai 1611 Masehi.
Dari data tersebut dapat dipastikan bahwa di Ibu Kota Kerajaan Majapahit atau di sekitarnya di masa pemerintahan Hayam Wuruk sudah ada pemeluk - pemeluk agama Islam. Pemeluk - pemeluk Islam itu menurut peneliti Ricklefs adalah orang-orang Jawa.
Selain nisan - nisan di Tralaya, masih ada sebuah batu nisan yang berada di Makam Puteri Campa, yang terletak di sebelah tenggara Museum Trowulan Mojokerto.
Nisan itu bertuliskan angka tahun dengan huruf Kawi atau Jawa kuno dan Arab, serta gambar yang diduga kuat merupakan lambang Kerajaan Majapahit.Kepastian bahwa itu makam Puteri Campa sebenarnya hanya berdasarkan tradisi, naluri, dan babad.
Hanya saja karena naluri yang begitu kuat, masyarakat mempercayai itu merupakan makam Puteri Campa. Puteri Campa sendiri ada yang menafsirkan merupakan bibi Sunan Ampel dan menjadi istri Raja Majapahit.
Menurut H.J. De Graafschap sebagaimana dijelaskan Sjamsudduha pada bukunya, Puteri Campa itu istri Raja Majapahit yang terakhir.
Sedangkan ada pendapat lain yang menyatakan Puteri Campa merupakan istri Raja Majapahit Bhre Tumapel yang berkuasa 1447 - 1451 Masehi.
Terlepas dari Puteri Campa itu merupakan istri Raja Majapahit yang mana, dapat diyakini ia itu istri raja atau setidak-tidaknya termasuk orang dalam pada sistem keprabuan di Kerajaan Majapahit.
(ams)