Tak Punya HP, Anak Terpaksa Belajar Online ke Rumah Teman
loading...
A
A
A
BANDUNG BARAT - Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara online belum sepenuhnya bisa dilakukan oleh siswa di Kabupaten Bandung Barat (KBB) khususnya mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Seperti yang dialami oleh Kiki Ahmad anak bungsu dari pasangan Rukandi (50) dan Mastuti (50) yang tinggal Kampung Babakan Pari RT 02/04, Desa Batujajar Timur, Kecamatan Batujajar, KBB. "Gak punya HP, jadi kalau belajar ikut ke temen," kata Kiki kepada SINDOnews, Selasa (11/8/2020). (Baca: PJJ Tak Efektif dan Banyak Kendala, Orang Tua Ingin Anak Sekolah Tatap Muka)
Jika hendak belajar online dirinya harus turun gunung karena tempat tinggalnya berada di kaki Gunung Batu. Untuk sampai di rumah temannya yang berada di kampung tetangga, dia harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 2 kilometer. Kondisi orang tuanya yang kurang mampu membuatnya harus bersusah payah mengikuti belajar online. "Orang tua juga ga punya HP," ucapnya.
Orang tua Kiki, Rukandi mengaku, sudah seminggu tinggal di gubuk berukuran 1,5 x 1,5 meter di kaki Gunung Batu. Jangankan memikirkan membeli HP belajar online anaknya, untuk kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari juga sangat berat. Bahkan karena keterbatasan ekonomi, membuatnya harus pergi dari kontrakan dan tinggal di gubuk bambu.
"Dulu saya kerja jadi buruh angkut batu tapi sekarang udah enggak, jadi ga punya penggasilan. Kaki saya ga kuat, sakit, kata dokter asam urat," terangnya. Awalnya istri dan anaknya tinggal di sebuah kontrakan dengan sewa Rp350.000/bulan. (Baca: Belajar Online, Sejumlah Pelajar Susuri Hutan)
Sementara dirinya lebih suka tinggal di gubuk yang dibangun di lahan garapan milik perusahaan tambang tempat Rukandi sebelumnya menjadi buruh angkut batu. Itu dilakukan agar dapat sambil menjaga tanaman seperti singkong, ubi, kacang tanah, dan cabe rawit yang digarapnya.
"Baru seminggu anak dan istri tinggal di sini karena tak bisa bayar kontrakan. Ya memang kalau ke kampung sebelah lumayan jauh, kasihan juga anak saya," imbuhnya.
Seperti yang dialami oleh Kiki Ahmad anak bungsu dari pasangan Rukandi (50) dan Mastuti (50) yang tinggal Kampung Babakan Pari RT 02/04, Desa Batujajar Timur, Kecamatan Batujajar, KBB. "Gak punya HP, jadi kalau belajar ikut ke temen," kata Kiki kepada SINDOnews, Selasa (11/8/2020). (Baca: PJJ Tak Efektif dan Banyak Kendala, Orang Tua Ingin Anak Sekolah Tatap Muka)
Jika hendak belajar online dirinya harus turun gunung karena tempat tinggalnya berada di kaki Gunung Batu. Untuk sampai di rumah temannya yang berada di kampung tetangga, dia harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 2 kilometer. Kondisi orang tuanya yang kurang mampu membuatnya harus bersusah payah mengikuti belajar online. "Orang tua juga ga punya HP," ucapnya.
Orang tua Kiki, Rukandi mengaku, sudah seminggu tinggal di gubuk berukuran 1,5 x 1,5 meter di kaki Gunung Batu. Jangankan memikirkan membeli HP belajar online anaknya, untuk kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari juga sangat berat. Bahkan karena keterbatasan ekonomi, membuatnya harus pergi dari kontrakan dan tinggal di gubuk bambu.
"Dulu saya kerja jadi buruh angkut batu tapi sekarang udah enggak, jadi ga punya penggasilan. Kaki saya ga kuat, sakit, kata dokter asam urat," terangnya. Awalnya istri dan anaknya tinggal di sebuah kontrakan dengan sewa Rp350.000/bulan. (Baca: Belajar Online, Sejumlah Pelajar Susuri Hutan)
Sementara dirinya lebih suka tinggal di gubuk yang dibangun di lahan garapan milik perusahaan tambang tempat Rukandi sebelumnya menjadi buruh angkut batu. Itu dilakukan agar dapat sambil menjaga tanaman seperti singkong, ubi, kacang tanah, dan cabe rawit yang digarapnya.
"Baru seminggu anak dan istri tinggal di sini karena tak bisa bayar kontrakan. Ya memang kalau ke kampung sebelah lumayan jauh, kasihan juga anak saya," imbuhnya.
(don)