Persahabatan 2 Negara Asia dengan Kerajaan Sriwijaya hingga Dibuatkan Prasasti Khusus
loading...
A
A
A
KERAJAAN Sriwijaya menjalin hubungan akrab dengan beberapa negeri di luar. Hubungan Kerajaan Sriwijaya dengan beberapa negeri di luar, bahkan melebihi hubungan antara kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Tercatat dua negara yakni China dan India, menjadi dua negara yang akrab dijalin oleh Sriwijaya.
Bahkan khusus untuk China, hubungan itu terjalin agar Kerajaan Sriwijaya terhindar dari ancaman serangan dari Pulau Jawa.
Di samping China, penguasa Kerajaan Sriwijaya saat itu Sri Culamaniwarman, konon juga meminta perlindungan dari Cola.
Dikutip dari "Sejarah Nasional Indonesia II : Zaman Kuno", mengenai hubungan Sriwijaya dengan China disebut ada beberapa berita China pada abad 5, disebutkan ada sebuah negara yang disebut Kan-t'o-li. Letaknya di sebuah pulau di laut selatan.
Menurut para peneliti, Kan-t'o-li adalah sebuah negeri di Sumatra. Kan-t'o li mengirimkan utusan ke negeri China sejak abad 5, hingga lebih kurang pertengahan abad VI. Setelah itu namanya tidak disebut-sebut lagi dalam berita-berita China.
Nama ini baru muncul kembali pada abad XIV, dalam berita China yang menjelaskan bahwa Sriwijaya pada waktu dahulu disebut Kan-to-li.
Berita terakhir sebelum berita abad XIV mengenai Kan-t'oli ialah mengenai kedatangan utusan dari negeri ini di China pada tahun 563.
Berita China yang menyebutkan kedatangan utusan dari Sumatra yang berikutnya berasal dari tahun 644 atau awal 645 M.
Negeri yang mengirim utusan tadi disebut Mo-lo-yeu. Hubungan yang erat antara Sriwijaya dengan istana Kaisar China merupakan salah satu ciri dari sejarahnya.
Selain dengan China, Sriwijaya juga berhubungan dengan India. Bahkan ada beberapa prasasti yang khusus dibuat oleh raja itu untuk mendedikasikan hubungan bilateral keduanya.
Sebuah prasasti raja Dewapaladewa dari Benggala, yang dibuat pada akhir abad IX menyebutkan sebuah biara yang dibuat atas perintah Balaputradewa, maharaja dari Suwarnadwipa. Prasasti ini dikenal dengan sebutan Prasasti Nalanda.
Sebuah prasasti Raja Cola lainnya, yaitu prasasti dari Rajaraja I, di India Selatan menyebut Marawijayottunggawarman raja dari Katha dan Sriwisaya telah memberikan hadiah sebuah desa untuk diabdikan kepada sang Buddha yang dihormati di dalam Culamaniwarmawihara, yang telah didirikan oleh ayahnya di kota Nagipattana (Negapatam sekarang).
Prasasti ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang berbahasa Sanskerta, yang dibuat pada tahun 1044 dan bagian yang berbahasa Tamil, yang dibuat pada tahun 1046.
Selain hubungan baik dengan kerajaan Cola tadi, ada pula perang antara kedua kerajaan ini, yaitu pada masa pemerintahan raja pengganti Rajaraja I, yang bernama Rajendracoladewa. Konon berbeda dengan kerajaan-kerajaan di nusantara kala itu, Sriwijaya memilih lebih aktif menjalin hubungan dengan asing.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Tercatat dua negara yakni China dan India, menjadi dua negara yang akrab dijalin oleh Sriwijaya.
Bahkan khusus untuk China, hubungan itu terjalin agar Kerajaan Sriwijaya terhindar dari ancaman serangan dari Pulau Jawa.
Di samping China, penguasa Kerajaan Sriwijaya saat itu Sri Culamaniwarman, konon juga meminta perlindungan dari Cola.
Dikutip dari "Sejarah Nasional Indonesia II : Zaman Kuno", mengenai hubungan Sriwijaya dengan China disebut ada beberapa berita China pada abad 5, disebutkan ada sebuah negara yang disebut Kan-t'o-li. Letaknya di sebuah pulau di laut selatan.
Menurut para peneliti, Kan-t'o-li adalah sebuah negeri di Sumatra. Kan-t'o li mengirimkan utusan ke negeri China sejak abad 5, hingga lebih kurang pertengahan abad VI. Setelah itu namanya tidak disebut-sebut lagi dalam berita-berita China.
Nama ini baru muncul kembali pada abad XIV, dalam berita China yang menjelaskan bahwa Sriwijaya pada waktu dahulu disebut Kan-to-li.
Berita terakhir sebelum berita abad XIV mengenai Kan-t'oli ialah mengenai kedatangan utusan dari negeri ini di China pada tahun 563.
Berita China yang menyebutkan kedatangan utusan dari Sumatra yang berikutnya berasal dari tahun 644 atau awal 645 M.
Negeri yang mengirim utusan tadi disebut Mo-lo-yeu. Hubungan yang erat antara Sriwijaya dengan istana Kaisar China merupakan salah satu ciri dari sejarahnya.
Selain dengan China, Sriwijaya juga berhubungan dengan India. Bahkan ada beberapa prasasti yang khusus dibuat oleh raja itu untuk mendedikasikan hubungan bilateral keduanya.
Sebuah prasasti raja Dewapaladewa dari Benggala, yang dibuat pada akhir abad IX menyebutkan sebuah biara yang dibuat atas perintah Balaputradewa, maharaja dari Suwarnadwipa. Prasasti ini dikenal dengan sebutan Prasasti Nalanda.
Sebuah prasasti Raja Cola lainnya, yaitu prasasti dari Rajaraja I, di India Selatan menyebut Marawijayottunggawarman raja dari Katha dan Sriwisaya telah memberikan hadiah sebuah desa untuk diabdikan kepada sang Buddha yang dihormati di dalam Culamaniwarmawihara, yang telah didirikan oleh ayahnya di kota Nagipattana (Negapatam sekarang).
Prasasti ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang berbahasa Sanskerta, yang dibuat pada tahun 1044 dan bagian yang berbahasa Tamil, yang dibuat pada tahun 1046.
Selain hubungan baik dengan kerajaan Cola tadi, ada pula perang antara kedua kerajaan ini, yaitu pada masa pemerintahan raja pengganti Rajaraja I, yang bernama Rajendracoladewa. Konon berbeda dengan kerajaan-kerajaan di nusantara kala itu, Sriwijaya memilih lebih aktif menjalin hubungan dengan asing.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(shf)