Kisah Sedih Juli, Pemuda Merangin yang Mengalami Pembengkakan di Kepala

Kamis, 15 Maret 2018 - 11:34 WIB
Kisah Sedih Juli, Pemuda Merangin yang Mengalami Pembengkakan di Kepala
Kisah Sedih Juli, Pemuda Merangin yang Mengalami Pembengkakan di Kepala
A A A
MERANGIN - Juli (21), warga Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Jambi, bertahun-tahun harus menahan sakit di kepala bagian belakang karena pembengkakan, diduga tumor ganas.

Kini, anak paling bungsu dari Jamilah (63) tersebut harus terbujur di atas tempat berbaringnya menahan sakit. Saat dikunjungi, Kamis (15/3/2018) Juli dan orang tuanya hanya bisa tersenyum. Tidak nampak di wajah mereka raut sedih, meski mereka hanya tinggal berdua di rumah panggung sepeninggal suami Jamilah beberapa tahun silam.

Menurut Jamilah, anaknya tidak pernah diobati semenjak mengalami pembengkakan kepala bagian belakang, Jamilah hanya bisa pasrah karena tidak memiliki biaya.

"Di rumah ini kami tinggal berdua saja suami saya sudah meninggal. Kepala anak saya (Juli-red) sudah bertahun tahun membengkak, tapi tiga bulan terakhir ini semakin membesar, kepala yang bengkak itu sangat lembut seperti balon, coba saja dipegang," kata Jamilah.

Benar saja. Ketika dipegang, kepala bagian belakang Juli tersebut sangat lunak, rasanya seperti menekan balon. "Saya hanya bisa pasrah, sebenarnya ingin sekali mengobati anak saya ini, tapi mau dikata apa. Saya tidak punya apa-apa, harta saya cuma anak," kata Jamilah.

Untuk makan sehari-hari, Jamilah terpaksa turun ke ladang. Ini dilakukan agar tidak membebani tetangga yang sering membantu kebutuhan sehari-harinya.

"Kalau saya ke sawah Juli tinggal di rumah sendirian. Sesekali saya balik ke rumah untuk melihat keadaannya. Mata anak saya sudah rabun, tidak bisa lagi menantang cahaya matahari, matanya itu rabun disebabkan pembengkakan di kepala," tutur Jamilah.

Saat ditanya apakah sudah ada bantuan pemerintah kepada Juli, Jamilah menyebutkan selama ini mereka hanya menerima beras untuk rakyat miskin (raskin). Tapi, bantuan itu tidak rutin.

"Kalau bantuan kesehatan belum pernah kami terima. Saya juga tidak memberi tahu ke kelurahan keadaan anak saya," kata Jamilah.

Setiap malam tiba, Jamilah mulai khawatir sebab anaknya mengeluh sakit di kepalanya. Ditambah musim penghujan, halaman rumahnya sering kebanjiran.

"Saya cuma takutnya malam Juli ini sering mengeluh karena menahan rasa sakit di kepalanya. Kalau sakit dia hanya minum obat yang dibeli dari pasar."

Juli mengatakan, jika rasa sakit di kepala muncul di malam hari, dia seperti ditusuk jarum. "Untuk mengurangi rasa sakit, minum obat dari pasar. Kadang-kadang saya sering nangis karena tidak kuat untuk menahannya. Mau bagaimana lagi, sudah nasib saya, yang penting Emak saya sehat, beliau bisa merawat saya," kata Juli.

Menurut Juli, jika ada yang menawari berobat gratis, dia mau. "Kalau bayar kami tidak ada biaya. Jangankan mau berobat, makan kami seadanya. Saya berdoa penyakit ini bisa diangkat oleh Allah, Ibu saya diberi kesehatan," ucap Juli.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8243 seconds (0.1#10.140)